BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengidentifikasi kemungkinan faktor pemicu stres pada remaja. Bidang akademik

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap adanya tuntutan atau beban. Menurut Griffin dalam Sood (2013)

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki fakultas kedokteran adalah suatu keputusan yang besar. Hal ini

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk evaluasi yang sering di laksanakan oleh guru di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif berupa kualitas pendidikan yang semakin membaik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan kehidupannya. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1. Pendahuluan. yang tidak diketahui atau dikenal (Laraia & Stuart, 1998). Sedangkan (Corey. tegang yang memaksa individu untuk berbuat sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini. 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan menyediakan sumber yang besar dari pengalaman emosional.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi individu. Secara filosofis dan historis, pendidikan menggambarkan suatu

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB I PENDAHULUAN. ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial (Batubara, 2010). Monks dan Knoers (2002) menjelaskan bahwa masa remaja terbagi menjadi beberapa fase, yaitu fase remaja awal antara usia 12-15 tahun, masa remaja peralihan yaitu antara usia 15-18 tahun dan masa remaja akhir yaitu antara usia 18-21 tahun. Menurut Santrock (2003) pada masa remaja terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan sehingga terjadi perubahan besar dalam segala aspek. Masa remaja ditandai oleh perubahan diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan baru. Perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan tekanan pada remaja yang menyebabkan stres. Menurut Santrock (2003) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres, yang mengancam dan mengganggu seseorang untuk menanganinya. Sarwono (2003) mengatakan stres adalah kondisi kejiwaan ketika jiwa itu mendapat beban. Stres itu sendiri bermacam-macam, bisa berat, bisa juga ringan. Stres ringan dapat merangsang dan memberikan gairah nyata dalam kehidupan setiap harinya menjenuhkan. Stres berat berkemungkinan menyebabkan berbagai gangguan. Stres yang berlebihan, apabila tidak ditanggulangi sejak dini, akan membahayakan kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

Beberapa peneliti menganggap stres sebagai respons terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan didefinisikan berdasarkan kriteria yang sangat beragam seperti penderitaan emosional, deteriorasi kinerja, atau berbagai perubahan fisiologis seperti meningkatnya hormon tertentu. Berbagai perubahan fisiologis pada tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap sejumlah stimuli yang dianggap stres, contohnya, mengantisipasi kejadian yang tidak menyenangkan (Davison, 2012). Stres dapat timbul pada remaja, terutama bagi siswa SMA dalam menghadapi pelajaran yang berat di sekolah, karena pada saat ini remaja pada umunya mengalami tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik dan bisa masuk ke universitas favorit. Siswa SMA, terutama siswakelas XII yang akan menghadapi UAN dan UMPTN sering mengalami ketegangan dan kecemasan, mereka takut tidak lulus di universitas negeri yang mereka inginkan (Toepra, 2003 dalam Nasution, 2007). Rafknowladge (2004) mengatakan bahwa stres dapat memicu kesulitan tidur atau mengganggu kualitas tidur seseorang. Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami gangguan tidur (Hidayat, 2006). Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat dan juga dialami oleh anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun para lanjut usia (Japardi, 2002). Studi remaja di beberapa negara menunjukkan bahwa rata-rata periode tidur siswa berkurang di hari-hari sekolah menjadi sekitar tujuh jam karena kecenderungan siswa untuk menunda tidur sambil mempertahankan waktu bangun yang sama untuk mematuhi jadwal sekolah. Tidur yang baik ikut memainkan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

peranan penting dalam belajar dan berpikir. Tuntutan performa di sekolah sering menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas tidur pada remaja. Para remaja cenderung memiliki jam yang tidak teratur terutama jam untuk istirahat yakni jam untuk tidur. Remaja terkenal dengan kebiasaan tidur di ruang kelas atau jadwal istirahat yang tidak teratur. Remajabiasanya mengalami kantuk harian berlebihan karena mereka tidak mendapatkan jumlah tidur yang cukup. Remaja membutuhkan jumlah rata-rata tidur harian sekitar 8,5-9,25 jam (Louzada, et al,2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saifudin pada tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan pola tidur pada remaja. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMP Pondok Pesantren Modern MBS di Bokoharjo, Prambanan, Sleman dengan hasil stres ringan yaitu 53 orang (55,8%), sedangkan tingkat stres kategori sedang sebanyak 42 orang (44,2%) dan tingkat berat tidak ada. Hasil penelitian terhadap pola tidur siswa adalah cukup terpenuhi 34 orang (35,8%), kemudian diikuti pola tidur kategori kurang terpenuhi sebanyak 24 orang (25,3%), pola tidur kate gori terpenuhi sebanyak 23 orang (24,2%) dan terakhir pola tidur kategori tidak terpenuhi sebanyak 14 orang (14,7%). Hasil hubungan stres dan pola tidur yaitu siswa yang mengalami stres ringan sebagian besar pola tidurnya cukup terpenuhi sebanyak 21 orang (22,1%), Siswa yang mengalami stres sedang sebagian besar pola tidurnya tidak terpenuhi atau cukup terpenuhi yaitu masing-masing 12 orang (12,6%), hal ini menunjukkan semakin ringan stres siswa maka pola tidur semakin terpenuhi, demikian pula sebaliknya semakin berat stres siswa maka pola tidur semakin tidak terpenuhi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Desmita (2010) menjelaskan bahwa stres ditemukan di kalangan siswa yang bersekolah di sekolah unggulan. Primasari (2013) menyatakan bahwa SMA 10 Padang merupakan salah satu SMA unggulan di kota Padang dengan kompetensi dan penyelenggaraan pembelajaran yang baik, memiliki banyak siswa High Achievers (HA) yang secara umum belajar dengan baik di sekolah dan memperoleh hasil belajar yang tinggi. Sekolah unggulan memiliki beberapa program peningkatan mutu pendidikan seperti kurikulum yang diperkaya, intensitas belajar yang tinggi, rentang waktu belajar formal yang lebih lama, tugas-tugas sekolah yang lebih banyak, dan keharusan menjadi pusat keunggulan. Hal-hal tersebut telah menimbulkan stres di kalangan siswa tersebut (Desmita, 2010). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mempelajari hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada remaja khususnya pada siswa kelas XII yang sedang persiapan menghadapi ujian nasional di SMAN 10 Padang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tingkat stres, pada siswa kelas XII di SMAN10 Padang? 2. Bagaimanakah kualitas tidur pada siswa kelas XII di SMAN10 Padang? 3. Apakah terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada siswa kelas XII di SMAN10 Padang? Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan stres dengan kualitas tidur pada siswa kelas XII di SMAN 10 Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat stres pada siswa kelas XII di SMAN 10 Padang. 2. Untuk mengetahui kualitas tidur pada siswa kelas XII di SMAN 10 Padang. 3. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pada siswa kelas XII di SMAN 10 Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada remaja. 2. Bagi instansi kesehatan diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai data yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang jiwa. 3. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan serta masukan bagi pendidik untuk melakukan promosi kesehatan, khususnya pada remaja. 4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa SMAN 10 Padang mengenai tingkat stres dan kualitas tidur untuk menjaga kesehatan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5