BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah mor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu : 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya. Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 19 00 60 00 Lintang Selatan dan 43 00 55 30 Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah, perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km 2. 42
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000. Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005. Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok. Diperkirakan pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok di masa yang akan datang akan menghadapi suatu kondisi, dimana lahan sawah yang semakin menyempit. Pada tahun 2010 diperkirakan lahan sawah akan mengecil bila dibandingkan kondisi sekarang. Penyempitan yang paling parah terjadi pada lahan sawah tadah hujan, disusul sawah irigasi sederhana PU. Sumber Daya Air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara 43
umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua satuan wilayah sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Kemudian sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang, Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan sungai Caringin. Kota Depok memiliki 25 situ yang tersebar di wilayah Timur, Barat dan Tengah. Luas keseluruhan situ yang ada di Kota Depok berdasarkan data tahun 2005 adalah seluas 169,68 Ha), atau sekitar 0,84 % luas Kota Depok. Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km 2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong padat, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam kurun waktu 5 tahun (2000 2005) penduduk Kota Depok mengalami peningkatan sebesar 447.993 jiwa. Pada tahun 1999 jumlah penduduk masih dibawah 1 juta jiwa dan pada tahun 2005 telah mencapai 1.374.522 jiwa, sehingga perkembangan rata-rata 4,23 % per tahun. Peningkatan tersebut disebabkan tingginya angka migrasi setiap tahunnya. 5.2 Karakteristik Karakteristik responden diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pendapatan per bulan dan status marital. Dengan dibuatnya kelompok-kelompok maka akan mempermudah dalam melihat hasil analisis yang telah dilakukan. Berikut ini adalah beberapa tabel dan penjelasan yang akan menggambarkan karakteristik umum responden terhadap kopi instan berdasarkan klasifikasi tersebut. 44
5.2.1 Merek Seluruh responden diajukan pertanyaan apakah mereka pernah mengkonsumsi kopi instan. Hasilnya 100 persen menyatakan bahwa mereka pernah mengkonsumsi kopi instan. Kemudian responden diwawancarai mengenai merek kopi instan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden berturut-turut adalah kopi instan Nescafe, Indocafe, Torabika, Kapal Api, ABC, Good Day dan Kopiko Brown Coffee. Sebaran responden yang sering mengkonsumsi kopi instan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Berdasarkan Merek Kopi Instan Total Merek 1 Nescafe 4 13,33 4 13,33 8 26,66 2 Indocafe 5 16,67 5 16,67 10 33,34 3 Torabika 4 13,33 4 13,33 8 20,00 4 Kapal Api 4 13,33 4 13,33 8 26,66 5 ABC 4 13,33 4 13,33 8 30,00 6 Good Day 4 13,33 4 13,33 8 30,00 7 Kopiko Brown 5 16,67 5 16,67 10 33,34 Coffee Hasil dari 60 responden yang terbagi menjadi dua tempat, yaitu Superindo Depok dan Pujasari Depok menyatakan pernah mengkonsumsi kopi instan. Kopi instan Kopiko Brown Coffee dan Indocafe termasuk kedalam pilihan yang cukup banyak dikonsumsi oleh konsumen. Produk Kopi instan Kopiko Brown Coffee merupakan produk baru, tetapi sudah bisa memposisikan produk tersebut sama dengan produk yang sudah cukup lama dikenal konsumen. Dengan demikian bahwa produk Kopi instan dikenal oleh konsumen. 45
5.2.2 Usia Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Berdasarkan Usia Total Usia 1 15-25 9 30,00 10 33,33 19 31,66 2 26-36 7 23,33 6 20,00 13 21,66 3 37-47 6 20,00 6 20,00 12 20,00 4 48-58 5 16,67 7 23,33 12 20,00 5 >58 3 10,00 1 3,33 4 6,67 Usia responden dari dua tempat yang dijadikan tempat penelitian yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan adalah usia 15-25 tahun dan 26-36 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selera konsumen terhadap kopi instan Kopiko Brown Coffee pada usia 15-25 tahun dan 26-36 cukup tinggi. Dengan demikian bahwa produk Kopi instan Kopiko Brown Coffee juga cukup diminati. 5.2.3 Jenis Kelamin dianalisis melalui jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Jenis kelamin seseorang dapat menggambarkan karakter dan kebiasaan yang berbedabeda. Sebaran yang akan menggambarkan jumlah dan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Berdasarkan Jenis Kelamin Total Jenis Kelamin 1 Laki-laki 20 66,67 22 73,33 42 70,00 2 Wanita 10 33,33 8 26,67 18 30,00 Total responden berdasarkan jenis kelamin yang mendominasi adalah lakilaki sebanyak 70 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 30 persen merupakan 46
responden wanita. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki tetap mendominasi dalam menentukan pemilihan merek kopi instan. 5.2.4 Pendidikan Terakhir Karakteristik juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilainilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya akan suatu masalah. Pengetahuan konsumen akan produk kopi instan dan kesadaran konsumen akan pentingnya hidup sehat akan terkait dengan pendidikan yang didapat. Sebaran yang menggambarkan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Tingkat Total Pendidikan Terakhir 1 SMU 4 13,33 5 16,67 9 15,00 2 Diploma 8 26,67 9 30,00 17 28,33 3 Sarjana 10 33,33 9 30,00 19 31,67 4 S2 3 10,00 2 6,67 5 8,33 5 Karyawan 5 16,67 5 16,67 10 16,67 6 Lainnya - - - - - - dengan tingkat pendidikan Sarjana dan Diploma yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan sebanyak 31,67 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kopi instan paling banyak dikonsumsi oleh mahasiswa. 5.2.5 Pekerjaan Karakteristik responden juga dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini dikarenakan dapat menggambarkan perbedaan tingkat kebutuhan serta selera responden terhadap suatu produk. Pekerjaan seseorang juga dapat menunjukkan tingkat pengetahuan mereka terhadap suatu produk. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7. 47
Tabel 7. Sebaran Berdasarkan Jenis Pekerjaan Total Jenis Pekerjaan 1 Pelajar 4 13,33 5 16,67 9 15,00 2 PNS 3 10,00 2 6,67 5 8,33 3 Karyawan 5 16,67 5 16,67 10 16,67 4 Mahasiswa 18 60,00 18 60,00 36 60,00 5 Lain-lain - - - - - - yang paling banyak mengkonsumsi kopi instan dilihat dari pekerjaan adalah mahasiswa dan karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kopi instan dikonsumsi oleh responden dari berbagai jenis pekerjaan. 5.2.6 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan rata-rata yang diterima responden dalam satu bulan. Tingkat pendapatan yang diperoleh responden akan mempengaruhi jumlah konsumsi yang juga akan berdampak pada pembelian yang dilakukan. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatannya dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Berdasarkan Tingkat pendapatan perbulan Total Pendapatan 1 < Rp 1 juta 17 56,67 15 50,00 32 53,33 2 Rp 1 juta- Rp 2 juta 5 16,67 7 23,00 12 20,00 3 Rp 2 juta- Rp 3 juta 3 10,00 4 13,33 7 11,67 4 > Rp 3 juta 5 16,67 4 13,33 9 15,00 Kemapanan tingkat ekonomi cenderung membuat konsumen untuk memilih produk yang diinginkan. Dalam hal ini responden yang berpendapatan kurang dari Rp 1 juta cenderung mengkonsumsi Kopi Instan. karena harganya cukup terjangkau. 5.2.7 Status Pernikahan Status pernikahan responden dapat pula menggambarkan karakteristik dari responden kopi instan. Status pernikahan dibagi menjadi dua yaitu belum menikah 48
dan status yang sudah menikah. Status pernikahan dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap suatu produk. Sebaran responden berdasarkan status marital dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Berdasarkan Status Pernikahan Total Status 1 Menikah 17 56,67 16 53,33 33 55,00 2 Belum Menikah 13 43,33 14 46,67 27 45,00 Total responden yang berada didua tempat adalah sebanyak 33 orang sudah menikah. Secara keseluruhan konsumen potensial adalah berstatus menikah. 5.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk maupun jasa. Proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee diawali ketika konsumen merasakan dan mengenali adanya kebutuhan akan produk tersebut. Kesadaran akan kebutuhan yang harus dipenuhi membuat responden mencari produk yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Secara rinci responden menentukan keputusan pembelian melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. 5.3.1 Pengenalan Kebutuhan Proses keputusan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee oleh responden dimulai ketika responden merasakan dan mengenali adanya kebutuhan akan produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Tahapan pengenalan kebutuhan dapat dimulai dari mendeteksi motivasi atau alasan responden melakukan pembelian produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Motivasi setiap orang untuk mengkonsumsi suatu produk tentunya berbeda-beda. Pada penelitian ini motivasi responden dalam membeli Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel 10. 49
Tabel 10. Motivasi Untuk Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Motivasi Konsumsi 1 Manfaat yang 9 30,00 8 26,67 17 28,33 diperoleh 2 Harga yang 7 23,33 7 23,33 14 23,33 terjangkau 3 Terpengaruh 8 26,67 7 23,33 15 25,00 iklan 4 Ingin mencoba 6 20,00 8 26,67 14 23,33 Dapat diketahui bahwa motivasi atau alasan utama responden mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sadar akan pentingnya manfaat dari mengkonsumsi seperti menghilangkan rasa kantuk dan harga yang cukup terjangkau yaitu Rp.1.000,-/ sachet. Setelah mengenali kebutuhannya, responden akan memiliki tingkat kepentingan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Tingkat kepentingan responden terhadap suatu produk tentunya akan berbeda-beda. Untuk mengetahui seberapa penting kopi instan Kopiko Brown Coffee untuk dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Kepentingan Dalam Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tingkat Kepentingan 1 Sangat Penting 7 23,33 7 23,33 14 23,33 2 Penting 12 40,00 11 36,67 23 38,33 3 Tidak Penting 6 20,00 7 23,33 13 25,00 4 Sangat Tidak 5 16,67 5 16,67 10 16,67 Penting Jumlah responden yang menyatakan penting dalam mengkonsumsi kopiko instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar 38,33 persen. Konsumen mulai termotivasi dari kandungan yang terdapat dalam kopi instan Kopiko Brown Coffee. Untuk mengenali kebutuhannya, responden mencari manfaat yang dapat diperoleh dari suatu produk dengan harga yang terjangkau. Manfaat yang dicari responden dapat dilihat pada Tabel 12. 50
Tabel 12. Tingkat Kepentingan Dalam Mengkonsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Manfaat 1 Menjaga 13 43,33 12 23,33 25 41,67 kesehatan 2 Pemenuhan Gizi 8 23,33 9 36,67 17 28,33 3 Pencegahan 9 23,33 9 23,33 18 30,00 penyakit Manfaat yang dicari responden berdasarkan hasil wawancara adalah pemenuhan gizi, menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit. Jumlah responden yang menyatakan penting dalam mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar 41,67 persen. Konsumen mulai termotivasi dari kandungan yang terdapat dalam kopi instan Kopiko Brown Coffee. 5.3.2 Pencarian Informasi Dengan adanya motivasi atau alasan serta manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee, sehingga kebutuhan akan kopi instan Kopiko Brown Coffee pun terkendali. Setelah melalui tahap pengenalan kebutuhan ini, kemudian responden akan melakukan pencarian informasi mengenai kandungan gizi dari kopi instan Kopiko Brown Coffee yang ingin responden beli. Pencarian informasi dapat dilakukan responden melalui dua cara, yaitu pencarian internal (pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan) maupun pencarian eksternal (memperoleh informasi dari lingkungan). Pencarian internal biasanya dilakukan oleh responden yang sebelumnya pernah membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee, dimana responden sangat mengandalkan pengetahuan yang sudah ada. Tingkat kepuasan dengan pembelian sebelumnya juga akan menentukan pengandalan responden pada pencarian internal. Bagi responden yang baru pertama kali membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee tentu saja tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pembelian. tersebut tentu akan melakukan pencarian eksternal. 51
yang memiliki pencarian internal juga dimungkinkan akan melakukan pencarian eksternal. Hal ini mungkin disebabkan pengetahuan responden yang tidak memadai untuk kategori produk dicirikan dengan waktu antar pembelian yang lama (lamanya waktu diantara pembelian yang satu dengan pembelian berikutnya). Selama adanya renggang waktu tersebut, mungkin terdapat perubahan produk yang signifikan dalam hal harga, produk baru yang sejenis dan toko. kopi instan Kopiko Brown Coffee menyatakan bahwa awal mereka mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee berasal dari pencarian eksternal. Pencarian informasi tersebut mereka dapatkan dari berbagai sumber seperti yang digambarkan pada Tabel 13. Tabel 13. Sumber Informasi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Sumber Informasi 1 Teman 8 26,67 7 23,33 15 25,00 2 Keluarga 7 23,33 8 26,367 15 25,00 3 Media Televisi 9 30,00 9 30,00 18 30,00 4 Penjual 6 20,00 6 20,00 12 20,00 Berdasarkan sumber informasi, dapat disimpulkan bahwa sumber informasi yang diperoleh responden paling banyak melalui media televisi sebanyak 30 persen. Melalui media televisi inilah responden memperoleh informasi yang membahas mengenai kopi instan Kopiko Brown Coffee. Media televisi dianggap paling efektif dalam mempublikasikan produk kopi instan Kopiko Brown Coffee karena cukup praktis dan terpercaya. Pada media televisi sudah banyak dibahas oleh para ahli mengenai manfaat dari kopi. Selain itu keluarga dijadikan media informasi selanjutnya. Keluarga dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap pola konsumsi seseorang. 5.3.3 Evaluasi Alternatif akan melakukan evaluasi alternatif, apabila ia telah memiliki informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan 52
dibeli. Pada tahap ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang dirasakan paling bermanfaat dan untuk memecahkan masalahnya. Kriteria ini dijadikan sebagai pertimbangan awal responden dalam memilih dan membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Tabel 14. Fokus Terhadap Informasi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Atribut 1 Rasa 2 6,67 3 10,00 5 8,33 2 Harga 2 6,67 1 3,33 3 5,00 3 Aroma 2 6,67 2 6,67 4 6,67 4 Halal 4 13,33 4 13,33 8 13,33 5 Gizi 4 13,33 4 13,33 8 13,33 6 Lokasi 3 10,00 4 13,33 7 11,67 7 Kemasan 3 10,00 3 10,00 6 10,00 8 Produk 3 10,00 3 10,00 6 10,00 9 Kualitas 4 13,33 2 6,67 6 10,00 10 Promosi 3 10,00 4 13,33 7 11,67 Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa responden menyatakan halal sebagai pertimbangan utama pada saat akan membeli kopi instan Kopiko Brown Coffee. 5.3.4 Keputusan Pembelian Tujuan akhir dari tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif adalah untuk melakukan pembelian. Pada tahap evaluasi alternatif konsumen menyusun daftar pilihan yang diikuti adanya kemungkinan konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang disukai. Pada proses pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai waktu dan tempat pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee. Proses pembelian dapat dilakukan melalui berbagai media. Berikut adalah beberapa tempat yang dijadikan media pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel 15. 53
Tabel 15. Sebaran Berdasarkan Tempat Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tempat Pembelian 1 Supermarket 11 36,67 12 40,00 23 38,33 2 Pasar 3 10,00 4 13,33 7 11,67 Tradisional 3 Warung/Toko 7 23,33 6 20,00 13 21,67 Kecil 4 Agen/Toko 9 30,00 8 26,67 17 28,33 Besar Sebagian besar responden memilih supermarket sebagai tempat membeli kopi instan Kopiko Brown Coffee yaitu sebesar 38,33 persen dan agen toko besar. Alasan tersebut karena lebih praktis dan menginginkan kemudahan dalam mendapatkan kopi instan Kopiko Brown Coffee melalui supermarket yang berada disekitar rumah konsumen. memiliki keputusan yang berbeda dalam hal cara memutuskan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee. Keputusan tersebut bisa dilakukan dengan cara yang mendadak, terencana maupun tergantung situasi itu. Adanya perbedaan tersebut akan menggambarkan kebiasaan yang dilakukan oleh masingmasing responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Cara Melakukan Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tempat Pembelian 1 Terencana 13 43,33 12 40,00 25 41,67 2 Mendadak 7 23,33 8 26,67 15 15,00 Tergantung 10 33,33 10 33,33 20 21,67 3 situasi Sebanyak 41,67 persen responden merencanakan pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee, sehingga persediaan dirumah harus terjaga. Selain itu, responden melakukan pembelian pada saat itu juga apabila responden tersebut mempunyai keinginan meminum kopi instan Kopiko Brown Coffee. 54
Tabel 17. Waktu Konsumsi Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Waktu Konsumsi 1 Pagi 9 30,00 10 33,33 25 41,67 2 Siang 3 10,00 2 6,67 9 15,00 3 Sore 8 26,67 9 30,00 13 21,67 4 Malam 5 16,67 4 13,33 9 15,00 5 Tidak Tentu 5 16,67 5 16,67 9 15,00 Berdasarkan Tabel 17 sebanyak 41,67 persen responden mengkonsumsi kopi instan Kopiko Brown Coffee Lebih dari satu kali selama satu hari. Selain itu juga bahwa kopi instan Kopiko Brown Coffee baik dimimun kapan saja. Pengaruh pribadi memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya jika ada keterlibatan yang tinggi dan resiko yang dirasakan suatu objek. Untuk mengetahui pengaruh pribadi terhadap pilihan konsumen, responden diajukan pertanyaan mengenai pengaruh pembelian kopi instan. Sebaran responden berdasarkan pengaruh pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Berdasarkan Pengaruh Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Tingkat Pengaruh 1 Diri sendiri 5 16,67 6 20,00 11 18,33 2 Teman 6 20,00 4 13,33 10 16,67 3 Keluarga 9 30,00 8 26,67 17 28,33 4 Penjual 5 16,67 6 20,00 11 18,33 5 Iklan 5 16,67 6 20,00 11 18,33 Pengaruh keluarga menjadi motivasi dalam pembelian suatu produk, yaitu kopi instan Kopiko Brown Coffee sebesar 28,33 persen. Dapat diketahui bahwa peran keluarga sangat mempengaruhi responden dalam memilih suatu produk yang akan dikonsumsi. Selain itu juga teman dapat memberikan pengaruh untuk membeli produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. 55
Tabel 19. Rata-Rata Pengeluaran Untuk Pembelian Kopi Instan Kopiko Brown Coffee per bulan. Rata-rata Total Pengeluaran (Rp) 1 < 10.000 8 26,67 9 30,00 17 28,33 2 10.001-30.000 13 43,33 12 40,00 25 41,67 3 30.001-50.000 6 20,00 5 30,00 11 18,33 4 >50.000 3 10,00 4 10,00 7 10,00 Rata-rata pengeluaran per bulan dalam pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee adalah sebesar Rp. 10.001- Rp.30.000, dengan persentase sebesar 41, 67 persen menunjukan minat konsumen yang tinggi untuk pembelian kopi instan Kopiko Brown Coffee. 5.3.5 Evaluasi Pasca Pembelian Proses keputusan responden tidak berhenti ketika pembelian selesai dilakukan. akan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh penyedia produk atau jasa. akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh dari pembelian produk cukup memuaskan apa tidak dan apakah sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Hasil dari tahap ini adalah kepuasan konsumen atau ketidakpuasan. Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan yang ditunjukkan responden adalah penilaian kepuasan terhadap keseluruhan atribut yang dimiliki oleh produk kopi instan Kopiko Brown Coffee. Keyakinan dan sikap pada tahap ini mempengaruhi niat pembelian selanjutnya dimasa mendatang. Tabel 20.Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Total Perasaan 1 Puas 19 63,33 18 60,00 37 61,67 2 Biasa aja 11 36,67 12 40,00 23 38,33 3 Tidak puas 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan Tabel 20, dapat diambil kesimpulan bahwa responden puas terhadap kopi instan Kopiko Brown Coffee dengan persentase sebanyak 61,67 56
persen, dan menunjukkan perbedaaan yang signifikan. Sebaran responden berdasarkan niat mengkonsumsi kopi instan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Niat Konsumen Terhadap Kopi Instan Kopiko Brown Coffee Mengganti Total dengan Kopi Instan Lain (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) 1 Ya 5 16,67 4 13,33 9 15,00 2 Tidak 25 83,33 26 86,67 51 85,00 Dapat diketahui bahwa 85 persen konsumen masih loyal terhadap produk Tersebut, walaupun masih tergolong baru, kopi instan Kopiko Brown Coffee sudah punya pasar yang cukup potensial. 57