BAB IV PENUTUP. 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang. temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas 3 macam yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Rumah Pemotongan Hewan yang Higienis di Balikpapan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 pada Pasal 1 ayat (3). Negara berkewajiban untuk melindungi warga

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH POTONG HEWAN DI KABUPATEN DATI I1 BOGOR THE MANAGEMENT OF WATER TREATMENT AT THE SLAUGHTERHOUSE DEPOK-BOGOR ABSTRAK

BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH)

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

PENGELOLAAN DAMPAK PEMBANGUNAN RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA DI KOTA BATU

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP RANTAI PASOK DAGING SAPI BEKU

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

Data Dinas Peternakan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. menunjukkan bahwa konsumsi daging di DKI Jakarta pada tahun 2000

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ayam broiler merupakan komoditi ternak yang mempunyai prospek

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

RENCANA UMUM PENGADAAN DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A)

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 4, Nomor 2, Juni 2012, Halaman ISSN:

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT,

BAB V Area Beresiko Sanitasi

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk

3 METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

Nomor 162 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 162 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

S A L I N A N Nomor 17/D 2002.

BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

RENCANA PENGADAAN BARANG /JASA TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KAB. BANYUMAS

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan 2.2 Kebersihan Definisi kebersihan

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

KOTA TANGERANG SELATAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Laporan Tahunan Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

1.2 Latar Belakang Kondisi Peternakan Di Indonesia

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengelolaan Limbah Rumah Potong Lubuk Buaya Padang Dalam hasil observasi lapangan dan wawancara dengan Ibu Mutia Hanum di temukan bahwa pengelolaan limbah RPH terbagi atas 3 macam yaitu: 1) Limbah Cair Limbah cair adalah limbah hasil buangan dari proses pengandangan hingga proses pemotongan yang berupa i. Pencucian atau sanitasi kandang. i Urine ternak Air/limbah cair yang terkontaminasi limbah padat seperti sisa pakan ternak dan kotoran ternak Sedangkan dari kegiatan pemotongan ternak, limbah cair yang dihasilkan meliputi: i. Darah dari penyembelihan. i Air limbah pencucian pemotongan Air limbah pencucian jeroan Cairan rumen. Pengelolaan limbah cair terdiri: a. Pengelolaan Limbah Air Permukaan Yaitu : a) Limbah cair berasal dari kandang dialirkan ke drainase dan masuk kesaluran Pengelelolaan limbah cair (IPAL)

b) Cairan darah penyembelihan hewan ternak ditampung dalam sebuah wajan/ tempat sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir. c) Air bekas cucian jeroan, isi perut, dan limbah pembersihan RPH disalurkan ke drainase dan masuk ke kolam pengelolaan limbah cair d) Semua drainase pada unit kegiatan pengandagan dan rumah potong hewan dibuat dalam satu kesatuan dan dialirkan ke saluran pengolahan limbah cair. e) Membuat sistem pengolahan limbah cair yang tepat sasaran yaitu menggunakan sistem aneron dan aerob. b. Pengelolaan Limbah Air Tanah Yaitu : a) Mengalirkan limbah cair ke unit pengelohan air limbah agar tidak terjadi peresapan terhadap limbah cair ke dalam air tanah. b) Menghindari dan menimalkan limbah cair yang dihasilkan dari RPH tergenang diatas permukaan tanah agar limbah cair tidak meresap kedalam tanah. c) Menyediakan septitank dan mengalirkan limbah MCK ke dalamnya. B. Limbah Padat. Pengelolaan limbah padat yaitu: 1) Menjaga kandang hewan ternak dalam keadaan bersih 2) Membersihkan drainase di sekitar tempat pemotongan hewan dari limbah padat yang dihasilkan seperti endapan kotoran. 3) Menyediakan septitank sebagai wadah penampungan kotoran ternak.

4) Memanfaatkan limbah padat seperti kotoran ternak dan lainnya untuk kebutuhan pupuk kandang. C. Limbah Gas/Bau Pengelolaan limbah gas/bau yaitu : 1) Menyediakan ruang terbuka hijau disekitar lokasi kegiatan. 2) Kegiatan pemotongan hewan dilaksanakan dalam ruangan atau tempat pemotongan hewan sehingga kebisingan tidak sampai ke arah luar bangunan gedung. 3) Menggunakan kendarraan yang layak pakai dan telah lolos uji keur 4) Membuat tempat khusus untuk genset sehingga tidak menggangu masyarakat dan aktifitas yang berlangsung di tempat pemotongan hewan. 1. Kendala yang dihadapi oleh Dinas Perternakan dalam melakukan pengelolaan rumah potong hewan Lubuk Buaya di Kota Padang: a.kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam melakukan pengelolaan limbah rumah potong hewan tersebut, baik dari segi unit penanganan limbah, syarat-syarat pemotongan hewan,syarat-syarat teknis hingga higiene dan syarat-syarat sanitasi. b.kurangnya perhatian pemerintah Kota Padang dalam mengawasi pengelolaan RPH Lubuk Buaya dan kurangnya anggaran yang berguna sebagai penunjang prasarana ataupun fasilitas RPH Lubuk Buaya sehingga akhirnya RPH tersebut tak mampu menjalankan fungsinya sesuai dengan peraturan yang ada. B. Saran 1. Untuk Pihak Dinas perternakan

Sebagai instansi pemerintahan yang turut dan berkewajiban dalam melindungi kepentingan konsumen dan pelaku usaha pemotongan hewan, seharusnya rumah potong milik pemerintahan Kota Padang tersebut memiliki RPH yang baik, baik dalam segi pengelolaan limbah, baik dalam hal pengelolaan rumah potong bahkan memiliki fasilitas dan sarana penanganan daging yang sesuai dengan aturan yang telah di atur dalam Undang-Undang. Diharpkan nantinya RPH yang telah disediakan oleh pemerintah Kota Padang tak menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan sesuai dengan persyaratan teknis, higiene dan sanitasi yang baik, sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik di konsumsi bagi masyarakat dan juga tetap menjaga kualitas lingkungan hidup di sekitar area rumah potong hewan tersebut. 2. Kepada Pengelola Rumah Potong Hewan Lubuk Buaya Padang Sebagai RPH yang di kelola oleh pemerintah Kota Padang. Seharusnya RPH Lubuk Buaya Kota Padang dapat memberikan contoh bagai mana pengelolaan limbah yang benar, baik limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas/bau. Sehingga apabila dalam pengelolaan limbah tersebut berjalan sesuai yang telah di tetapkan oleh Undang-Undang ataupun upaya pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh Bapedalda kota padang sehingga limbah yang dihasilkan tak merusak lingkungan sekitar area RPH tersebut. 3. Kepada Pengelola Rumah Potong Hewan Milik Swasta Dimana pihak swasta sebagai pengelola wajib mentaati segala bentuk aturanaturan yang telah menjadi syarat-syarat pengelolaan RPH yang benar, baik dari proses pemotongan hewan, unit pengelolaan limbah, sarana dan fasilitas hingga higiene dan sanitasi pun wajib dipenuhi sesuai standar yang telah di tetapkan oleh Undng- Undang. Dan apabila pihak swasta tak mampu melaksanakan segala aturan

maupun persyaratan tersebut, pihak swasta dapat melakukan pemotongan hewan di RPH yang telah di sediakan oleh pemerintan Kota Padang, sehingga produk yang dihasilkan dapat menjamin kualitas yang baik sehinnga dapat di nikmati oleh masyarakat sebagai konsumennya.