BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat untuk masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya pote nsi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut menunjukkan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. Undang-undang ini memberikan implikasi imperatif terhadap semua penyelenggaraan pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal agar senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun karakter peserta didik yang mempunyai ciri-ciri pribadi seperti tercantum dalam tujuan tersebut. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran di bawah pengawasan guru. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman itu terjadi melalui interaksi antar individu dengan lingkungannya. Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktik atau latihan. Dari definisi diatas nampak bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan (Syamsudin, 2002). Belajar menunjuk kepada suatu cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Belajar menurut Morgan dkk merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Djaali, 2011:115). Pada kegiatan belajar, menggunakan seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk melakukan pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar. Belajar tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak ada perubahan dalam diri individu (Hamalik, 1992: 56).

Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri (Djaali, 2011:101). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138). Motivasi mempunyai arti yaitu berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Yusuf & Nurihsan, 2009). Penelitian Marcal (2010) menemukan bahwa ada pengaruh motivasi berprestasi dan disiplin diri terhadap prestasi belajar. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan disiplin dirinya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Penelitian Mulyani (2006) menemukan ada hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar dengan prestasi. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan lebiasaan belajarnya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Jika salah satu faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut mengalami masalah, maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Salah satu faktor prestasi belajar yang sering mengalami masalah adalah motivasi berprestasi. Masalah motivasi berprestasi merupakan masalah yang dihadapi di banyak sekolah, salah satunya yaitu SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung. Banyak di SMPN 2 Arjasari yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, hal ini diindikasikan dengan banyaknya yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alfa), banyak yang tidak memperhatikan guru ketika guru sedang menyampaikan materi, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) ketika ulangan harian dan dinyatakan belum tuntas pada beberapa mata pelajaran di akhir semester, dan memutuskan untuk keluar sekolah karena malas atau lebih memilih bekerja membantu orangtua. Hasil pengamatan tentang keadaan kondisi SMPN 2 Arjasari menunjukkan mayoritas berasal dari keluarga perekonomian menengah ke bawah dan berada di lingkungan yang tidak terlalu mementingkan sekolah, teman di sekitarnya banyak yang tidak sekolah, lebih memilih bekerja untuk membantu orang tua daripada sekolah. Siswa lebih memilih membantu orang tua di sawah atau ladang dengan mengorbankan sekolahnya yaitu dengan membolos sekolah, selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang mayoritas anak seumuran mereka tidak bersekolah. Selain yang membolos karena membantu orang tua, lain yang membolos beralasan tidak bersekolah karena malas. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru-guru bidang studi di SMPN 2 Arjasari dikatakan

bahwa banyak kurang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, banyak tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Upaya pihak sekolah untuk mengatasi masalah bolos yaitu dengan melakukan kunjungan rumah (home visit) oleh wali kelas dan guru BK, upaya tersebut berhasil pada beberapa, tetapi pada beberapa lain tidak berhasil, atau pada awalnya mau bersekolah kembali tetapi pada beberapa minggu kemudian tersebut kembali membolos. Dalam model bimbingan dan konseling komprehensif terdapat beberapa komponen, yaitu layanan dasar, layanan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Dari ke empat komponen tersebut, dalam menyelesaikan masalah di SMPN 2 Arjasari maka layanan yang tepat untuk menanganinya yaitu dengan layanan responsif. Layanan responsif, yaitu layanan BK yang bertujuan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan yang dirasakan penting oleh peserta didik saat ini (Yusuf & Nurihsan, 2009). Layanan responsif tujuannya adalah untuk membantu berbagai pihak yang terkait dalam pemecahan masalahnya. Layanan responsif bimbingan dan konseling ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari karena semakin banyak yang mengundurkan diri dengan alasan ingin bekerja membantu orang tua, tidak mau sekolah lagi karena malas, dan tidak mau sekolah karena teman di lingkungan rumahnya banyak yang tidak bersekolah. Hal ini juga diperlukan mengingat program pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun,

maka tugas guru, pendidik dan semua pihak beruasaha agar anak-anak bersekolah minimal lulus SMP. Strategi layanan responsif dapat dilakukan melalui konsultasi, konseling kelompok, konseling individual, referal (rujukan atau alih tangan kasus), atau bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation) (Nurihsan, 2010). Pada penelitian ini strategi layanan responsif yang digunakan adalah konseling kelompok. Beragam intervensi konseling kelompok dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya mengadakan pelatihan motivasi berprestasi (achievement motivation training), membuat program motivasi berprestasi komprehensif, assertive training, self-management, rational-emotive therapy atau dengan menggunakan teknik modeling. Pada penelitian ini digunakan symbolic modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Symbolic modeling merupakan suatu bentuk modeling yang melibatkan tokoh fiksi maupun nonfiksi yang ditampilkan melalui film, cerita maupun media online untuk menampilkan suatu perilaku. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Bimbingan belajar di sekolah dapat dilakukan oleh guru bidang studi ataupun guru bimbingan dan konseling. Guru bidang studi dapat melakukan bimbingan belajar kepada yang memiliki masalah kesulitan belajar dengan cara mencari metode yang tepat dalam penyampaian materi atau mempunyai variasi penyampaian materi agar tidak monoton. Sedangkan guru bimbingan dan

konseling dapat melakukan bimbingan belajar kepada seluruh yang mempunyai kesulitan belajar maupun yang tidak mempunyai kesulitan belajar. Pada yang tidak mempunyai kesulitan belajar, bimbingan belajar dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kesulitan belajar yang dialami dan untuk meningkatkan prestasi belajar. Pada yang telah mengalami kesulitan belajar maka harus dilakukan layanan responsif bimbingan dan konseling. Masalah kesulitan belajar salah satunya yaitu motivasi berprestasi. Jika mempunyai motivasi berprestasi yang rendah maka akan mengganggunya dalam mengikuti semua kegiatan di sekolah. Layanan responsif merupakan salah satu layanan bimbingan konseling. Layanan responsif adalah suatu layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling kepada yang tengah mengalami masalah. Dalam penelitian ini peneliti akan mendesain layanan responsif bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari. Sesuai uraian masalah penelitian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana layanan responsif bimbingan konseling yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Arjasari Kabupaten Bandung. Secara operasional rumusan masalah penelitian dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran motivasi berprestasi di SMPN 2 Arjasari. 2. Bagaimana rancangan layanan responsif bimbingan dan konseling yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari.

3. Bagaimana efektivitas layanan responsif bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah merumuskan layanan responsif yang efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan layanan responsif bimbingan dan konseling dalam adegan sekolah, khususnya konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari. Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis Memperkaya khazanah pendidikan, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling terutama tentang layanan responsif dalam meningkatkan motivasi berprestasi. 2. Manfaat praktis Memberikan pilihan layanan responsif bagi konselor sekolah untuk meningkatkan motivasi berprestasi, membantu agar dapat meningkatkan motivasi berprestasi, membantu pihak sekolah dalam upaya menyelesaikan masalah khususnya dalam meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung, serta memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang motivasi berprestasi.

E. Asumsi 1. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Santrock dalam Sardiman, 2000). 2. Motivasi diperlukan bagi reinforcement (stimulus yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku, dimana salah satu diantaranya dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki (Juwono dalam Djaali, 2011:104). 3. Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut (Brophy, 2004). 4. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung (Brophy, 2004). 5. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahanbahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan (Brophy 2004).

6. Bimbingan belajar merupakan salah satu layanan BK yang menangani masalah-masalah kesulitan belajar pada termasuk motivasi belajar yang rendah dapat ditangani dengan bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru BK. (Nasihudin, 2010). F. Hipotesis Layanan responsif bimbingan dan konseling efektif dalam meningkatkan motivasi berprestasi SMPN 2 Arjasari. G. Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode quasi experimental dengan desain nonequivalent control group. Data motivasi berprestasi diungkap menggunakan kuesioner tentang motivasi berprestasi. Populasi penelitian adalah SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel menggunakan sampling random. Teknik statistik yang digunakan adalah uji-t.