BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Megacolon kongenital merupakan Penyakit bawaan sejak lahir,bagian tubuh yang diserang adalah pada usus besar yang mengalami, usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses ( FK UII, 10 Desember 2006). Megakolon adalah pengembangan abnormal oleh kolon (satu bahagian daripada usus besar) yang disebabkan oleh tersumbat secara mekanikal. Pengembangan selalu diiringi paralisis oleh pergerakan peristalsis usus, menyebabkan sembelit kronik. Dalam kasus yang lebih ekstrim, najis mengeras di dalam kolon, dipanggil fekaloma yang memerlukan pembedahan untuk dibuang. Kolon manusia dianggap sebagai luar biasa membesar jika diameternya melebihi 12 cm di sekum, melebihi 6.5 cm di kawasan rektosigmoid dan melebihi 8 cm di kolon menaik (Wikipedia, 1 Februari 2008). Menurut catatan Swenson, 81, 1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah lakilaki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai
gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Budi Irwan, 2003). Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus akibat defisiensi ganglion. Hirschsprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta. Mortalitas dari kondisi ini dalam beberapa dekade ini dapat dikurangi dengan peningkatan dalam diagnosis, perawatan intensif neonatus, teknik pembedahan dan diagnosis dan penatalaksanaan Hirschsprung dengan enterokolitis (Medicine and Linux, 01 September 2007) Karekteristik megakolon didapat pada anak-anak adalah akibat dari kombinasi latihan BAB (Buang air besar) yang salah dan gangguan mental dan emosional yang dikarenakan oleh anak tersebut tidak mau mencoba untuk BAB. Administrasi dosis laksatif yang gagal untuk menyelasaikan masalah secara permanen dan dalam masa yang panjang rectum anaknya akan dipenuhi feses yang padat dan kolon menjadi
besar secara progresif. Setelah bagian kolon yang menggelembung dikosongkan, rawatan primer untuk kelainan ini adalah psychiatric dan termasuk merujuk anak tersebut menerima latihan tersebut Megakolon pada dewasa biasa disebkan oleh mengambil obat-obat tertentu, fungsi tyroid yang abnormal, DM (Diabetes millitus, scleroderma atau amyloidosis. Berbagai prosedur pembedahan untuk membaikkan kondisi ini ( FK UII, 10 Desember 2006) Namun hingga saat ini, belum ada satupun parameter atau system penilaian fungsi anorektal yang diterima secara universal guna mengevaluasi tingkat keberhasilan tindakan bedah definitive. Sehingga masih sulit dalam memberikan perawatan pada klien. Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ini mengambil judul Asuhan Keperawatan An. F di IRNA A2 RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hal ini melihat fenomena-fenomena yang penulis lampirkan di atas baik dari gejala yang sering muncul, akibat dari masalah itu sendiri, yang akirnya mengurangi produktifitas pasien untuk itu askep yang penulis buat secara profesional pada pasien megakolon, sangat diharapkan oleh pasien atau keluarga.
B. Tujuaan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien An. F dengan megacolon di IRNA A2 RSUP Dr Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian analisa data dan merumuskan masalah keperawatan. b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien. c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan. e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan C. Pengumpulan Data Metode yang dilakukan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Studi kasus Kelompok melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan megacolon.
2. Observasi Mengobservasi gejala gejala yang dialami klien dengan megacolon dan observasi keberhasilan standard asuhan keperawatan yang diberikan. 3. Wawancara Pengkajian dalam rangka pengumpulan data dilakukan terhadap keluarga serta perawat ruangan 4. Studi perpustakaan Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan megakolon termasuk bahan bahan perkuliahan agar karya tulis ilmiah ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan. D. Sistemaatika Penulisan 1. Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari a. Latar belakang b. Tujuan c. Metode d. Sistematika penulisan 2. Bab II : Tinjauan Teori a. Pengertian b. Anatomi Fisiologi c. Etiologi d. Pathofisologi e. Manifestasi klinis
f. Penatalaksanaan g. Pathways keperawatan h. Fokus intervensi dan rasional 3. Bab III : Tinjauan kasus a. Pengkajian b. Riwayat kesehatan c. Pola fungsional Gordon d. Pemeriksaan fisik e. Pemeriksaan penunjang f. Analisa data g. Diagnosa keperawatan h. Nursing Care Plane, Implementasi, dan Evaluasi 4. Bab IV : Pembahasan 5. Bab V : Kesimpulan