PEDULI - Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat, Vol. 1 No. 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN USAHA BATIK MELALUI MESIN PEWARNAAN BATIK DI DESA PILANG KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN. Universitas Sebelas Maret

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

PENGEMBANGAN KEMITRAAN USAHA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KELOMPOK BATIK SEKAR CANTHING PURBALINGGA

PANDUAN LOMBA CIPTA SENI PELAJAR NASIONAL TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BIDANG PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

PELATIHAN KETRAMPILAN DAN PENJUALAN ONLINE HASIL KERAJINAN KAYU BAGI USAHA MIKRO BJ WOOD PROCESSING DAN RAKA JAYA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

IbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN

PETUNJUK TEKNIS LOMBA CIPTA SENI PELAJAR NASIONAL TAHUN 2016

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USAHA KRIPIK NABATI: MANAJEMEN USAHA DAN PROSES PRODUKSI

IbM PENGUSAHA KERUPUK KARAK DI DESA DUKUH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MAKANAN SEHAT DAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sudah sejak lama terkenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. Mengoptimalkan Peluang Bisnis Online Shop di Tengah Perkembangan Trend Fashion di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

IBM KELOMPOK USAHA HASIL LAUT PULAU LAE-LAE MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL KAGACI KARDUS GANTUNGAN KUNCI SEBAGAI PEMANFAATAN LIMBAH KARDUS DAN BERNILAI JUAL TINGGI BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, industri kreatif dibagi menjadi 15 subsektor, diantaranya: mode,

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Manajemen dan Bisnis MEDIA EKONOMI Volume XVII, NO. 1 Januari 2017

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun Nilai Ekspor Batik Nasional

Seminar Nasional IENACO ISSN: DESAIN CANTING UNTUK MEMINIMALISIR WAKTU PROSES BATIK TULIS MELALUI PENDEKATAN MICROMOTION STUDY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN. Disusun oleh :

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

I b M PENJAHIT PAKAIAN PANTAI DI DESA SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR

PROGRAM REFORMASI KOPERASI

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

Peluang Bisnis Batik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN PADA PELAKU USAHA TOKO KELONTONG DUSUN PULUHAN, DESA BANYUSIDI, PAKIS, MAGELANG, JAWA TENGAH

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM

I. PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi informasi yang berkembang pesat sejak

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

ABSTRAK. Kata Kunci : enterprise architecture, arsitektur sistem informasi, 8-Productions, TOGAF, TOGAF ADM

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

Kerajinan Batik Tulis

URUSAN WAJIB KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

PENCATATAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN USAHA BAGI PARA PENGRAJIN DI KELURAHAN PADANGSARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

Penelitian otomasi pada industri batik pernah dilakukan oleh Wibisono,et al (2010), berupa perancangan dan pengembangan prototipe mesin cap batik

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENJAHIT KURMA (KEREN, RAPI, DAN TAHAN LAMA) BIDANG KEGIATAN: PKM-K. Diusulkan oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PELATIHAN INOVASI DESAIN KESET DESA KARANGREJO KABUPATEN PASURUAN

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

NASKAH APA KABAR JOGJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SEKACA (SEPATU KAIN PERCA) MEMANFAATKAN BARANG BEKAS MENJADI BARANG LAYAK PAKAI BIDANG KEGIATAN:

Memanfaatkan Teknologi dalam Mengoptimalisasi Proses Produksi

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUSAHAAN KAYU JATI ONLINE SEBAGAI PELUANG USAHA E-BUSINESS. Disusun guna memenuhi tugas. Mata kuliah E-Business

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

PENINGKATAN KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS KRIPIK PISANG DENGAN MESIN PERAJANG DI DESA JATI KECAMATAN UDANAWU KABUPATEN BLITAR

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang undang. Usaha kecil adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUKSI BATIK KHAS PASURUAN PADA PENGRAJIN BATIK DI KECAMATAN BANGIL KABUPATENPASURUAN Sujito 1, Mahmud Yunus 2, Sri Esti Trisno Sami 312 Abstrak: Pengembangan usaha batik di Kecamatan Bangil masih sangat menjanjikan, dikarenakan: permintaan produk batik dan turunannya terus meningkat, ada banyak pengrajin batik, adanya kebijakan pemerintah daerah yang mendorong tumbuhkembangnya usaha batik, serta adanya peluang untuk memanfaatkan teknologi informasi guna memperluas area pemasaran. Namun faktor-faktor tersebut belum dapat dioptimalkan, karena proses memproduksi batik membutuhkan waktu yang lama, jumlah peralatan membatik sangat terbatas, pemasaran masih terbatas dikarenakan jumlah produksi sedikit dan konvensional; serta belum menerapakan manajemen usaha yang baik untuk pengembangan usaha. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu meningkatkan status mitra usaha dari usaha rumah tangga menjadi usaha mikro.solusi yang diberikanmeliputi: (1) memberikan peralatan dan pelatihan perbaikan proses produksi seperti (a) penggunaan alat cap motif batik, wajan dan meja cap untuk mempercepat proses pencetakan motif ke kain; dan (b) penggunaan bak celup, kompor jos dan panci lorod untuk proses pewarnaan; (2) pemanfaatan media online untuk pengembangan sistem pemasaran; (3) pelatihan manajemen usaha meliputi: (a) perbaikan sistem perencanaan pengadaan bahan baku;(b) perbaikan sistem produksi dan pengendalian kualitas, serta (c) perbaikan sistem akuntansi; dan (4) pendampingan pengurusan ijin usaha ke dinas terkait.kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi batik para mitra. Kata kunci: kualitas, kuantitas, produksi batik, khas Pasuruan Abstract:The development of batik business in Bangil sub-district of Pasuruan Regency is still very promising, due to the increasing demand of batik products and its derivatives, there are many batik craftsmen, the existence of local government policies that encourage the growth of batik business, and the opportunity to utilize information technology to expand the marketing area. But these factors can not be optimized, because the process of producing batik takes a long time, the amount of batik equipment is very limited, marketing is still limited due to the number of small and conventional production; and have not applied good business management for business development. Based on this, the purpose of this activity is to help improve the status of business partners from household business to micro business. The solutions include: (1) providing equipment and production process improvement training such as (a) the use of batik motif, wok and table cap to accelerate the process of printing motifs to fabrics; and (b) use of dyed bags, lorod stoves and lantern pans for staining processes; (2) utilization of online media for marketing system development; (3) business management training includes: (a) improvement of raw material procurement planning system; (b) improvement of production system and quality control, and (c) improvement of accounting system. Activities undertaken can improve the quality and quantity of batik production of partners. Keywords: quality, quantity, batik production, typical of Pasuruan PENDAHULUAN Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang dapat menangkap peluang terbukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Selama ini ekonomi kreatif terus berkembang seiring perkembangan teknologi informasi yang melahirkan wujud kreativitas baru dalam bentuk industri kreatif 12 Sujito dan Mahmud Yunus adalah dosen Teknik Informatia, Sri Esti Trisno Sami dosen Manajemen Informatika STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang, Email: sujito@stimata.ac.id, myoenoes@stimata.ac.id, sriesti@stimata.ac.id 101

102 berdasarkan budaya lokal dan ilmu pengetahuan. Ekonomi kreatif tidak hanya mengenai penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya, dan lingkungan. Salah satu program nyata Nawa Cita yang digagas oleh Presiden Joko Widodo adalah dengan menempatkan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor perekonomian yang penting. Untuk mewujudkan upaya tersebut, pada 20 Januari 2015, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif, Presiden Joko Widodo membentuk lembaga baru non kementerian bernama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Bekraf bertugas membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Menurut Rudy Salahuddin, Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Perekonomian, dalam 5 (lima) tahun ke depan sektor ekonomi kreatif ditargetkan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 12%, menyerap hingga 13 juta tenaga kerja dan berkontribusi terhadap nilai ekspor sebesar 10%. Diperlukan sejumlah dukungan dari pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah agar ekonomi kreatif dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Beberapa diantaranya infrastruktur dan ruang publik yang memfasilitasi pengembangan industri kreatif di suatu daerah (Kompas, Oktober 2015). Industri kreatif sebagai salah satu sub-sistem ekonomi kreatif tidak hanya menghasilkan produk-produk dari seni budaya saja, tetapi juga mulai menghasilkan produk-produk yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Industri kreatif di semua negara menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi global, termasuk juga kontribusinya dalam penciptaan lapangan pekerjaan, nilai tambah, dan jumlah usaha. Selain itu, ekspor produk kreatif dunia terus menunjukkan peningkatan. Kekayaan alam, budaya, dan manusia Indonesia dapat menghasilkan potensi besar ketika digabungkan dengan kreativitas sehingga dapat memberikan sumbangsih tidak hanya terhadap perekonomian nasional, tetapi juga dalam penguatan citra dan identitas bangsa. (Lukman Hakin, 2015). Sebagai salah satu hasil budaya asli Indonesia, batik merupakan jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari salah satu warisan dunia yang telah dikenal sejak lama.batik merupakan seni menggambar atau melukis di atas kain mori dengan motif tertentu dengan mengunakan malam dan canting. Pada awalnya batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun seiring perkembangan jaman pengrajin batik mulai menyerap berbagai pengaruh perkembangan mode sesuai keinginan pemakainya. Warna-warna cerah seperti merah dan biru serta motif bunga-bunga dan benda-benda lain sesuai tren dipengaruhi oleh budaya lain yang tidak mempunyai makna sakral tertentu. Sedangkan batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri batik di Indonesia, masyarakat tiap daerah di Indonesia seakan berlomba untuk mengembangkan batik dengan ciri khas dan karakter daerahnya masing-masing sebagai simbol eksistensi budaya dan potensi daerahnya. Masyarakat di Kecamatan Bangil Jawa Timur tidak ketinggalan untuk ikut mengembangkan batik dengan ciri khas motif gunung Pananjakan dengan pemandangannya,daun sirih, bunga krisan dan motif bunga

103 sedap malam yang banyak tumbuh di. Guna mendorong tumbuh kembangnya pengrajin-pengrajin batik serta pasar batik yang potensial, saat ini pemerintah mewajibkan PNS mempunyai dan mengenakan batik bermotif khas. Para pengrajin batik di Kecamatan Bangil telah menjalankan usahanya sejak sekitar tahun 2013. Batik dibuat dengan cara yang masih tradisional, yaitu dengan menulis langsung ke kain mori/katun menggunakan peralatan canting. Waktu pengerjaan 1 (satu) lembar kain batik relatif lama, yaitu sekitar 5 hari. Lamanya waktu pengerjaan batik dan tingkat kesulitan pembuatannya, membuat harga jualnya menjadi mahal, yaitu antara Rp. 350.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- per lembar (2 meter). Harga jual yang mahal tersebut kurang dapat bersaing di pasaran. Hanya kalangan tertentu yang dapat menjangkau/membeli batik dengan harga di kisaran tersebut. Hasil produksi pengrajin batik seperti ditunjukkan pada gambar 1. Sumber: https://fitinline.com/article/read/batik-pasuruan/ Gambar 1: Hasil Produksi Pengrajin Batik di Kecamatan Bangil, Para pengrajin batik di Kecamatan Bangil menghadapi beberapa kendala lain dalam pengembangan usahanya, antara lain (1) desain motif dan pewarnaan masih menggunakan cara tradisional, sehingga hasilnya tidak konsisten, terkadang bagus terkadang kurang memuaskan; (2) proses produksi memakan waktu yang lama karena alat yang digunakan masih konvensional sehingga produktivitasnya masih rendah dengan biaya produksi yang tinggi; dan (3)masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek bisnis seperti manajemen usaha danpemasaran yang masih dilakukan dengan sistem konvensional, sehingga kurang dapat meningkatkan daya saing di pasar yang lebih luas. Diperlukan usaha untuk mencari jalan keluar agar produk batik hasil produksi para pengrajin batik dapat dijangkau oleh banyak kalangan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan alat cap motif batik dan alat celup untuk pewarnaan dalam proses produksi batik. Pemanfaatan alat produksi tersebut dapat mempercepat proses produksi batik. Estimasi produksi dalam 1 (satu) hari dapat dihasilkan sekitar 20 (dua puluh) lembar, sehingga perbandingannya dengan cara tradisional adalah 1:100. Harga jual batik hasil produksi dengan menggunakan alat cap dapat ditekan hingga di kisaran Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Hal ini tentunya mendorong lebih banyak lagi kalangan masyarakat yang dapat menjangkaunya. Selain hal tersebut, kondisi usaha para pengrajin batik di Kecamatan Bangil, ini masih sangat memerlukan dukungan dari semua pihak terkait utamanya Pemerintah Daerah, masyarakat sekitar dan Perguruan Tinggi, agar pengembangan usaha batik di Kecamatan Bangil, bisa berkembang dengan pesat dan dapat menjadi salah satu produk andalan dari industri kreatif berbasis budaya masyarakat.

104 Berdasarkan analisis situasi,pengembangan usaha batik di Kecamatan Bangil masih sangat menjanjikan, hal ini dikarenakan (1) permintaan produk batik dan turunannya terus meningkat; (2) terdapat banyak pengrajin batik yang potensial sebagai modal sosial yang sangat penting untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan; (3) adanya kebijakan pemerintah daerah yang mendorong tumbuhkembangnya usaha batik sebagai salah satu industri kreatif asli daerah Kabupaten Pasuruan; serta (4) adanya peluang untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi guna memperluas area pemasaran produk para pengrajin batik di Kecamatan Bangil. Namun berbagai faktor tersebut, tidak serta merta dapat diwujudkan menjadi salah satu industri kreatif andalan. Hasil observasi terhadap 3 (tiga) pengrajin batik di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan sebagai mitraprogram Kemitraan Masyarakat (PKM) ini, yaitu (1) Muhammad Romadhoni, alamat Jl. Satak RT 03 RW 02 Manurawi; (2) Muhammad Hariyanto, alamat Jl. Bader 134 RT 01 RW 03 Kalirejo dan (3) Dayla Putri Rahmayanti, alamat Jl. Bader gang Masjid 275A, RT 02 RW 03 Kalirejo, menghadapi beberapa permasalahan yang teridentifikasi, yaitu; 1. Proses memproduksi batik memakan waktu yang cukup lama dengan hasil yang kurang baik, hal ini disebabkan karena proses membatik dilakukan dengan mencanting secara manual menggunakan peralatan yang masih tradisional. 2. Peralatan membatik yang digunakanjumlahnya yang sangat terbatas, mengakibatkan jumlah produksinya masih minim 3. Proses pemasarannya pun masih sangat terbatas dikarenakan jumlah yang dihasilkan masih sedikit dan dilakukan secara konvensional (melalui pasar tradisional). Belum memiliki sistem pemasaran secara online, sehinggapemasaran belum bisa dilakukan secara optimal. 4. Belum diterapkannya manajemen usaha yang baik dalam pengembangan usahanya, seperti(a) sistem perencanaan pengadaan bahan baku;(b) sistem produksi yang bagus dan target yang ingin dicapai; (c) sistem pengendalian kualitas yang baik; serta (d) sistem pencatatan keuangan (akuntansi). METODE KEGIATAN Berdasarkan hasil identifikasiyang dilakukan, permasalahan mitra dapat disederhanakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu (1) permasalahan di bidang produksi dan pemasarannya; serta (2) permasalahan di bidang manajemen. Tahapan solusi untuk mengatasi permasalahan mitra tersebut adalah sebagai berikut; 1. Permasalahan di bidang produksi dan pemasaran produk a. Pengadaan dan penyerahan alat produksi batik cap berupa canting cap, meja cap, loyang cap, bak celup, kompor jos, dan panci lorod. b. Pelatihan penggunaan alat-alat produksi yang lebih baik seperti (1) penggunaan alat cap motif batik, wajan dan meja cap untuk mempercepat proses pencetakan motif batik ke kain; dan (2) penggunaan bak celup, kompor jos dan panci lorod untuk proses pewarnaan batik yang lebih baik. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Peningkatan kualitas yang dimaksud meliputi (1) motif batik yang lebih beragam; (2) lukisan/motif batik yang lebih rapi dan jelas; serta (3) warna yang lebih cerah/terang dan lebih tahan lama (tidak mudah luntur). Sedangkan peningkatan kuantitas (jumlah) jumlah produksi batik akan dapat dicapai dengan cara pemanfaatan peralatan & meja cap membatik untuk menggantikan peralatan tradisional canting untuk membatik.

105 c. Pelatihan pemanfaatan teknologi Internet sebagai media online untuk memperkenalkan dan memasarkan produk batik mitra dalam area pemasaran yang lebih luas. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk batik serta usaha perluasan area pemasaran untuk menjangkau lebih banyak konsumen dari daerah lain, akan bermuara pada keuntungan finansial bagi para pengerajin batik. 2. Permasalahan di bidang manajemen a. Pelatihan manajemen perencanaan pengadaan bahan baku dengan tujuan untuk memperoleh bahan bahan baku batik dengan harga yang lebih murah (efisiensi) b. Pelatihan manajemen produksi dan pengendalian kualitas, dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memiliki nilai jual dan daya saing yang tinggi (optimasi) c. Pelatihan sistem akuntansi sederhana untuk meningkatkan tertib administrasi keuangan hasil usaha mitra. Perananmitra dalam kegiatanadalah sebagai pihak yang aktif dalam kegiatan khususnya dalam pelatihan (1) penggunaan alat cap motif batik, wajan dan meja cap untuk mempercepat proses pencetakan motif batik ke kain; dan (2) penggunaan bak celup, kompor jos dan panci lorod untuk proses pewarnaan batik yang lebih baik. Bahan pokok pembuatan batikseperti malam dan pewarna dalam kegiatan ini disediakan oleh pihak mitra usaha, sedangkan kain mori/katun disediakan tim pengabdian. Keaktifan ini membuat para mitra memperoleh kemampuan mengoperasikan alat-alat produksi seperti alat cap motif batik, wajan dan meja cap, bak celup, kompor jos dan panci lorod dengan baik sebagai bekal menjalankan usahanya. Selain itu, mitra juga dapat memperoleh acuan waktu lama proses pemotifan dan pewarnaan batik yang lebih baik dari sebelumnya. Setelah pelatihan pemasaran mitra diharapkan dapat melaksanakan pemasaran secara online.untuk sementara, penjualan masih bersifat semi online, dimana gambar produk hasil para mitra ditampilkan di website kumpulan UMKM binaan STMIK Pradnya Paramita yang dikelola oleh administrator institusi.sedangkan untuk melakukan pemesanan langsung menghubungi mitra melaui telepon. Dalam kegiatan pelatihan, mitra menentukan jadwal teknis pelaksanaan, tempat dan waktu kegiatan. Dengan jadwal yang dibuat oleh mitra sendiri, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar. HASIL KARYA Program Kemitraan Masyarakat (PKM)yang membina pengrajin batik ini mempunyai targetutama (1) menghasilkan produk batik yang lebih berkualitas dan meningkat secara kuantitas, sehingga dapat meningkatkan penghasilan para mitra; (2) membantu meningkatkan status mitra usaha dari usaha rumah tangga menjadi usaha mikro/menengah denganmeningkatkanmodaldari hasilusahanya; (3) Mengembangkan sistem pemasaran produk melalui media internet guna memperluas daerah pemasaran; dan (4) hasil kegiatan PKM dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dengan tujuan untuk memperkenalkan produk pengrajin batik Kecamatan Bangil Jawa Timur kepada masyarakat. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilakukan melalui 2 kegiatan utama yaitu pelatihan dan pengadaan peralatan. Pelatihan yang dilaksanakan, meliputi: (1) Pelatihan akuntansi sederhana dan pemasaran on-line, dilaksanakan di rumah saudari Dayla Putri Rahayanti, Jl. Bader Gg. Masjid No. 275-A Kalirejo Kec. Bangil Kab. Pasuruan, pada tanggal 08 Juli 2017; (2) Pelatihan manajemen pengadaan bahan baku serta sistem produksi dan kontrol kualitas, dilaksanakan di rumah Bapak Muhammad

106 Romadhoni, Jl. Satak RT. 03 RW. 02 Desa Manaruwi Kec. Bangil Kab. Pasuruan, pada tanggal 15 Juli 2017; (3) Pelatihan proses produksi batik cap dilaksanakan di rumah Bapak M. Hariyanto, Jl. Bader No. 134 Kalirejo, Kec. Bangil Kab. Pasuruan, pada tanggal 22 Juli 2017 setelah dilaksanakan prosesi penyerahan peralatan membatik dari tim pengabdian masyarakat. Peralatan yang diadakan dan dihibahkan kepada mitra binaan adalah peralatan untuk memproduksi batik cap, meliputi: a. Meja cap kayu jati ukuran 90 cm x 90 cm x 75 cm, dengan ketebalan spon 4 cm. Fungsi meja cap adalah sebagai untuk melakukan pengecapan pada kain mori/katun. b. Loyang/wajan cap untuk tempat cairan malam/lilin c. Canting cap untuk membuat pola pada kain d. Bak celup rangka katu jati ukuran 95 cm x 55 cm x 30 cm, digunakan untuk mencelup kain dalam proses pewarnaan e. Panci lorot digunakan untuk melunturkan/menghilangkan malam setelah proses pewarnaan. f. Kompor jos tekanan tinggi untuk memanaskan air dalam panci lorot untuk melepas/ melarutkan malam Dokumentasi peralatan yang dihibahkan serta proses penyerahan peralatan disajikan pada gambar 2 Gambar 2: Peralatan yang dibibahkan dan proses penyerahan DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Setelah proses produksi batik dilaksanakan dengan menggunakan canting cap, terjadi peningkatan kualitas dan jumlah produksi. Kualitas yang dimaksud adalah, jika menggunakan canting tradisional terkadang motif yang dihasilkan tidak sesuai harapan (njlembret) dan tidak standart (tidak sama untuk objek yang seharusnya sama). Setelah menggunakan canting cap, motif yang dihasilkan menjadi lebih rapi dan standart. Peningkatan jumlah produksi dari masing-masing mitra ditunjukkan pada tabel 1.

107 Tabel 1. Peningkatan Jumlah Produksi Mitra PKM Jumlah Produksi Per Bulan No Nama Mitra Menggunakan Canting Biasa Menggunakan Canting Cap 1 Muhammad Romadhoni 5 20 2 M. Hariyanto 3 15 3 Dayla Putri Rahmayanti 4 10 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah produksi yang cukup signifikan dari para mitra, meskipun belum sesuai estimasi awal yaitu 100 kali lipat. Penyebab pengingkatan produksi belum sesuai estimasi adalah para mitra masih menyesuaikan diri dengan peralatan baru dan modal usaha. Modal usaha mereka ada pada persediaan kain batik, sehingga jika kain batiknya belum terjual belum bisa produksi kembali. Perbandingan proses produksi menggunakan canting tulis dan canting cap ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3: Perbandingan membatik menggunakan canting tulis dan cap Penggunaan canting cap dapat berdampak pada kualitas motif yang lebih rapi dan jelas, disamping pengerjaan yang lebih cepat. Contoh hasil produksi para mitra ditunjukkan pada gambar 4. Gambar 4: Contoh Hasil Produksi Para Mitra Pengabdian KESIMPULAN Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang membina pengrajin batik ini mempunyai targetutama: (1) menghasilkan produk batik yang lebih berkualitas dan meningkat secara kuantitas; (2) membantu meningkatkan status mitra usaha dari usaha rumah tangga menjadi usaha mikro/menengah; (3) Mengembangkan sistem pemasaran produk melalui media internet guna memperluas daerah pemasaran; dan (4) hasil kegiatan PKM dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilakukan melalui 2 kegiatan utama yaitu pelatihan dan pengadaan peralatan. Pelatihan yang telah dilaksanakan, meliputi:

108 (1) pelatihan akuntansi sederhana dan pemasaran on-line; (2) pelatihan manajemen pengadaan bahan baku serta sistem produksi dan kontrol kualitas; (3) pelatihan proses produksi batik cap. Sedangkan peralatan yang diadakan dalam program ini adalahmeja cap, loyang/wajan cap, canting cap, bak celup, panci lorot dankompor jos tekanan tinggi Setelah proses produksi batik dilaksanakan dengan menggunakan canting cap, terjadi peningkatan kualitas dan jumlah produksi. Peningkatan kualitas yang dimaksud meliputi (1) motif batik yang lebih beragam; (2) lukisan/motif batik yang lebih rapi dan jelas; serta (3) warna yang lebih cerah/terang dan lebih tahan lama (tidak mudah luntur).peningkatan jumlah produksi dapat meningkat sekitar 4 kali lipat dibandingkan dengan sebelum menggunkan cap. DAFTAR PUSTAKA DirektoratPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2017, Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Perguruan Tinggi, Edisi XI, Jakarta: Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenpan. 2014. Pemerintah Segera Bentuk Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif. Available from: http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2846-pemerintah-segerabentuk-badan-pengembangan-ekonomi-kreatif, November 2014. Omen, L. H. Menangkap Gelombang Ekonomi Kreatif Indonesiadi Era MEA [online].available from: https://www.selasar.com/ekonomi/menangkapgelombang-ekonomi-kreatif-indonesia-di-era-mea...2003. Batik Pasuruan [online]. [cited 26 Juli 2017]. Available from: https://fitinline.com/article/read/batik-pasuruan/. 2015.Ekonomi Kreqatif Menyerap 12 Juta Tenaga Kerja [online]. Available from: http://print.kompas.com/baca/2015/10/23/ekonomi-kreatif-menyerap-12-juta- Tenaga-Kerja, Oktober 2015.