BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I LATAR BELAKANG. darah. Dikenal pula istilah hiperlipidemia yaitu peningkatan kadar lemak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 3 METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan industri, tentu akan membawa konsekuensi pada perubahan gaya hidup (lifestyle) dan perilaku masyarakat Indonesia sehingga secara tidak langsung dapat pula mempengaruhi derajat kesehatan dan pola penyakit. Pola penyakit di Indonesia sudah mulai bergeser dari penyakit infeksi dan menular menjadi penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di negara-negara maju dan berkembang adalah penyakit kardiovaskuler seperti jantung koroner yang salah satu faktor risiko terbesarnya adalah dislipidemia (Krinatuti, 1999; Rahmat 1996). Menurut Waspadji et al. (2010), dislipidemia atau peningkatan fraksi lipid dalam darah mampu menjadi faktor risiko utama terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada individu. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2004) mengatakan bahwa penyebab dasar dari penyakit kardiovaskuler adalah aterosklerosis. Etiologi aterosklerosis adalah multifaktorial tetapi ada beberapa faktor yang erat kaitannya dengan aterosklerosis yaitu faktor genetik/riwayat keluarga dan penyakit jantung koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, usia, jenis kelamin pria, kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, kurangnya aktivitas fisik, stress, dislipidemia, dan menopause. Prevalensi dislipidemia di negara maju seperti 1

2 Amerika cukup tinggi, yaitu 30%. Sedangkan prevalensi dislipidemia di Indonesia menurut data survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 telah mencapai 14%. Penelitian MONICA di Jakarta pada tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada MONICA I terdapatlah hiperkolesterolemia 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. European Atherosclerosis Society (EAS) telah menetapkan dislipidemia adalah faktor utama penyakit kardiovaskuler. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko yang berasal dari dampak kelebihan nutrisi (Anwar, 2004; Pejic et al., 2006; SKRT, 2004; Weta, 2004). Dislipidemia adalah keadaan akumulasi lemak berlebih, salah satu atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan metabolisme transportasi lipid. Secara klinis dislipidemia dinyatakan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau komboinasi keduanya, atau adanya kenaikan kadar LDL, ataupun turunnya kadar HDL. Kelainan ini dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia primer) maupun sekunder akibat penyakit lain (hiperlipidemia sekunder) (Anonim, 2010). Pada dislipidemia dapat terjadi peningkatan kadar lemak darah sebagai unsur utamanya terdiri dari kolesterol dan trigliserida. Kadar kolesterol diatas 200 mg/dl, trigliserida diatas 150 mg/dl, HDL <40 mg/dl, dan LDL >160 mg/dl (Soeharto, 2004).

3 Menurut El Qudah (2008), pola asupan tinggi lemak dan makanan kolesterol menyebabkan tingginya kadar lemak dalam darah dan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Menurut Kalim (1997) dalam symposium dislipidemia, risiko PJK meningkat secara progresif seiring meningkatnya kadar kolesterol dan LDL dalam darah, sebaliknya penurunan kadar kolesterol sebesar 1% akan menurunkan risiko PJK sebesar 2%. Perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola makan dan aktivitas fisik yang ideal juga erat hubungannya dengan obesitas dan penurunan risiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan regresi aterosklerosis. Berbagai kemudahan membuat manusia menjadi malas untuk beraktivitas fisik dan cenderung mengakibatkan seseorang mengalami obesitas. Hal ini memudahkan seseorang untuk terkena PJK (Rahmawansa, 2009). Di negara maju, obesitas telah menjadi epidemi dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20% terhadap kematian. Obesitas tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi menyebabkan masalah kesehatan yang serius karena dapat memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, protrombik dan respon inflamasi. Kontribusi obesitas terhadap penyakit jantung koroner yaitu sebesar 17%. Obesitas kerap kaitannya dengan abnormalitas lipid dalam darah. Tecumseh Study, Michigan, meneliti lebih dari 4000 orang dan membuktikan bahwa kolesterol total, trigliseridam dan LDL orang yang obesitas jauh lebih tinggi dari orang yang berat badannya normal (Baraas, 1993; Wijaya, 2004; Grundy, 2004; Shemiardji, 2004). Obesitas juga merupakan salah satu akibat dari berubahnya gaya hidup masyarakat.

4 Peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak terhadap perubahan gaya hidup. Kehidupan modern yang difasilitasi dengan berbagai kenyamanan dan kemudahan, menyebabkan masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik. Padahal, aktivitas fisik mempunyai peranan penting dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif. Risiko terjadinya dislipidemia dapat diturunkan dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur, hal ini telah dibuktikan oleh penelitian Ruixing et al. (2008) dan Neuhouser et al. (2002) bahwa hubungan aktivitas fisik dan kejadian hiperkolesterol, hipertrigliserida dan hiperlipidemia adalah negatif serta responden yang mengalami dislipidemia ternyata memiliki pola makan dan aktivitas yang buruk. Penelitian Briony dan Dame B.C dalam Adiyanti (1999) juga menyatakan bahwa kolesterol darah yang tinggi diakibatkan oleh asupan kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Pola makan tinggi lemak diikuti rendahnya aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Hal ini sering terjadi pada hampir semua golongan masyarakat, tidak terkecuali para karyawan yang bekerja di Universitas Gadjah Mada (UGM). Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia tentu memiliki banyak karyawan tetap yang derajat kesehatannya harus ditingkatkan dan dipelihara. Berbagai upaya dilakukan instansi agar pekerjanya dapat bekerja dengan nyaman dan optimal sehingga diadakan salah satu program yang dapat menunjang kesehatan para karyawan yaitu dengan memnberikan program kesehatan berupa pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan di rumah sakit melalui Gadjah Mada Medical Health Center (GMC Health Center). Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap, glukosa darah

5 puasa, kolesterol total, trigliserida, HDL, LD, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, asam urat, elektrokardiografi, dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Berdasarkan data yang didapat dari GMC Health Center, kasus dislipidemia yang ditemukan pada karyawan UGM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 karyawan yang mengalami kasus dislipidemia berjumlah 443 orang dan merupakan peringkat ke-6 dari 10 besar penyakit yang diderita PNS UGM di GMC Health Center. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah kejadian dislipidemia meningkat menjadi 667 orang dan merupakan peringkat ke-5 (Humas UGM, 2006). Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada di GMC-Health Center Yogyakarta. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Pengaruh obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta. 1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Apakah ada pengaruh obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta?

6 1.4 TUJUAN PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh obesitas terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta. b. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta. c. Mengetahui pengaruh asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada peserta medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta. 1.5 MANFAAT PENELITIAN a Memberikan informasi tentang hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada di GMC-Health Center Yogyakarta dan orang lain serta instansi yang terkait. b Bagi program pemerintah, bisa menjadi masukan untuk pengambilan kebijakan dalam mengatasi masalah yang menyangkut dislipidemia di Indonesia.

7 1.6 KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan referensi, penelitian tentang hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan asupan makan terhadap kejadian dislipidemia pada pegawai negeri Universitas Gadjah Mada yang medical check-up di GMC-Health Center Yogyakarta belum pernah dilakukan sebelumnya. penelitian yang pernah dilakukan yang berkenaan dengan dislipidemia antara lain: 1.6.1 Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dislipidemia pada Karyawan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta: Subardjo (2009). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian kasus kontrol pada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 82 pasien terdiri dari 41 orang kasus dan 41 orang kontrol berumur 21-50 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil penelitian didapat bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pola aktivitas fisik dengan kejadian dislipidemia. Durasi aktivitas berat berhubungan dengan kadar HDL, durasi aktivitas berjalan berhubungan dengan kadar trigliserid, kebiasaan berolahraga berhubungan dengan kejadian dislipidemia. IMT berhubungan dengan kadar LDL, HDL, dan trigliserida. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas terutama terletak pada populasi penelitian dimana pada penelitian ini populasinya adalah karyawan di RSUP Dr. Sardjito, metode yang digunakan adalah case control, dan tidak meneliti pola makan dan obesitas.

8 1.6.2 Dislipidemia pada Obesitas dan Tidak Obesitas di RSUP dr. Kariadi dan Laboratorium Klinik Swasta di Kota Semarang: Setiono (2012). Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan profil lipid antara obesitas dan tidak obesitas di RSUP Dr. Kariadi dan laboratorium klinik swasta di kota Semarang. Profil lipid tersebut mencakup total kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL. Sampel penelitian ini adalah data rekam medic pasien yang dislipidemia pada obesitas dan tidak obesitas dengan usia lebih dari 30 tahun di RSUP Dr. Kariadi dan laboratorium klinik swasta di kota Semarang pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012. Data yang diperoleh menggunakan Chi square. Hasil penelitian ini adalah hipertrigliseridemia dan hipo-hdl pada jenis kelamin laki-laki antara obesitas dan tidak obesitas didapatkan perbedaan dan bermakna sedangkan hiperkolesterolemia, hipo-hdl pada jenis kelamin perempuan, hiper-ldl, dislipidemia campuran antara obesitas dan tidak obesitas didapatkan perbedaan tetapi tidak bermakna. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas terutama terletak pada populasi penelitian dimana pada penelitian ini populasinya adalah karyawan di RSUP Dr. Kariadi, serta tidak meneliti pola makan dan aktivitas fisik. 1.6.3 Hubungan antara Aktivitas Fisik dan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Dislipidemia pada Pasien Poli Penyakit Dalam di Rumah

9 Sakit Panti Rapih Yogyakarta: Lesmana, Lanlan (2008). Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian kasus kontrol yang pengambilan datanya dilakukan pada bulan Agustus 2007. Jumlah subjek yang diambil adalah 50 orang kasus dan 50 orang kontrol, dan uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara aktivitas fisik dan merokok dengan kejadian dislipidemia dan tidak ada hubungan bermakna antara jumlah batang rokok/hari dengan kejadian dislipidemia pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam di RS Panti Rapih Yogyakarta.Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas terutama terletak pada populasi penelitian dimana pada penelitian ini populasinya adalah Pasien Poli Penyakit Dalam di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, metode yang digunakan adalah case control, serta tidak meneliti pola makan dan obesitas tetapi meneliti kebiasaan merokok. 1.6.4 Prevalensi dan Faktor Risiko dari Tekanan Darah Tinggi, Overweight, dan Dyslipidemia pada Remaja dan Dewasa Muda di Nepal: Stewart CP, et al. (Stewart, et al., 2013). Penelitian ini merupakan penelitian kohort dengan menggunakan sampel berumur 9-23 tahun dengan variabel berupa tingga badan yang pendek, IMT tinggi, lingkar pinggang, tekanan darah tinggi, kadar gula darah puasa, kadar lemak dalam darah, diet, merokok, alkohol, dan status sosial ekonomi. Hasil yang didapat dari penelitian ini yang berkaitan dengan dislipidemia

10 adalah wanita memiliki risiko dislipidemia yang lebih rendah, IMT tinggi memiliki risiko dislipidemia lebih tinggi, dan ada faktor diet yang berkaitan dengan tingginya hipertensi dan dislipidemia. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas terutama terletak pada populasi penelitian dimana pada penelitian ini populasinya adalah anak remaja dan dewasa muda, metode yang digunakan adalah kohort serta tidak meneliti pola makan, aktivitas fisik tetapi meneliti kebiasaan merokok dan minum alkohol.