BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

Peraturan Menteri Keuangan 107/PMK.011/2013 tgl 30 Juli 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

No dan investasi Harta ke dalam wilayah NKRI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang tidak mengik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan Negara yang dominan.reformasi perpajakan mulai berjalan dan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) mensukseskan pembangunan nasional secara merata untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Heltyova Purba. Erly Suandy. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB VI ASPEK KEUANGAN

PRES I DEN REPUELIK INDONESIA IENTANG. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO8 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur, program pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, disusun

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB III GAMBARAN DATA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

final. Menurut Mustadir (2013) Sederhana dan mudah! Itulah nafas utama dari

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan Terpadu

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dalam UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan di Pasal 1 sebagai berikut:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

BAB II DASAR TEORI. wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa. berdasarkan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya produksi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH KPP PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA

ANALISIS PERBEDAAN PERLAKUAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN Dedi Haryanto

AGENDA. PPh Pasal 26

BAB II LANDASAN TEORITIS

ALBERTUS MAGNUS GALIH SWASTYANANTO ERLY SUANDY

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya telah diatur pelaksanaan pembangunan nasional secara berencana, menyeluruh,

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) FINAL TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERDASARKAN PP NO 46 TAHUN 2013

Pengertian Pajak Penghasilan 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

BAB II NORMA PENGHITUNGAN DAN PPH FINAL. negara, sehingga negara dapat terus berkembang. Penerimaan pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. hidup rakyat, dan untuk memajukan bangsa. Pengeluaran-pengeluaran negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. Negara pada tahun 2014, penerimaan perpajakan ditargetkan sebesar Rp

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pajak langsung, dan pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak memilki dimensi yang berbeda beda menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak digunakan untuk membiayai

BAB II NORMA PENGHITUNGAN DAN PAJAK PENGHASILAN FINAL

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

Transkripsi:

BAB I 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional pada dasarnya diselenggarakan untuk masyarakat dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Untuk mensukseskan pembangunan nasional, maka peranan penerimaan dalam negeri sangat penting serta mempunyai kedudukan yang strategis. Roda pemerintahan dan pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dana, terutama dana dari pemerintah dalam negeri. Dengan adanya pengikutan kebutuhan dana pemerintah yang relatif cukup besar untuk menjalankan roda pemerintahan maka pemerintah cenderung mengoptimalkan sumber-sumber pemerintahan negara yang stabil, berasal dari masyarakat sendiri dan dari realokasi dana yang berasal dari simpanan masyarakat yaitu dari sektor perpajakan. Oleh karena itu sektor perpajakan harus dioptimalkan sedemikian rupa sehingga dapat menopang dalam pembangunan nasional di Indonesia. Dengan adanya pengikutan kebutuhan dana pemerintah yang relatif cukup besar untuk menjalankan roda pemerintahan maka pemerintah cenderung mengoptimalkan sumber-sumber pemerintahan negara yang stabil, berasal dari masyarakat sendiri dan dari realokasi dana yang berasal dari simpanan masyarakat yaitu dari sektor perpajakan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2 Peran pajak sangat menentukan maju mundurnya negara kita mengingat sektor pertambangan dan energi, pertanian, ekspor dll, tidak dapat kita andalkan. Setiap tahun negara kita masih mengandalkan pajak sebagai urat nadi bangsa untuk memutar roda perekonomian bangsa dan membangun negara. Seandainya pajak yang merupakan faktor terpenting dalam menciptakan masyarakat adil dan makmur tidak dijalankan sesuai dengan semestinya maka dapat dipastikan masyarakat adil dan makmur tidak akan terwujud. Salah satu perangkat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi anggaran untuk tujuan pembangunan, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, dan juga fungsi stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Itu sebabnya kebijakan fiskal memiliki fungsi strategis dalam mempengaruhi perekonomian dan mencapai sasaran pembangunan. Berdasarkan arah dan strategi kebijakan fiskal di atas, maka postur RAPBN akan meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut: a) Pendapatan negara dan hibah b) Total Belanja Negara c) Keseimbangan Primer (primary balance) d) Pembiayaan Defisit. Perkembangan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai macam tantangan, baik dari sisi eksternal maupun internal. Pendapatan negara merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam struktur APBN mengingat peranannya dalam meningkatkan kapasitas fiskal, menekan defisit, dan pembiayaan belanja negara. Pendapatan negara sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara terdiri dari penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan hibah. Dalam struktur APBN, penerimaan negara terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan

3 PNBP. Penerimaan perpajakan meliputi pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri berupa pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (PBB dan BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Dalam APBN 2013, besarnya pendapatan negara adalah Rp. 1,502,005,024,993,000 yang terdiri dari penerimanaan pajak dan non pajak pajak. Besarnya penerimaan Negara dari sector pajak sebesar Rp. 1,148,364,681,288,000.00 atau 76,5 % dari total penerimaan Negara, dimana sebesar Rp. 538,759,856,000,000.00 bersal dari sumber penerimaan pajak penghasilan (PPh) atau sebesar 46,9 persen (UU No.15/2013 Tentang APBN). Besaran pendapatan negara dalam APBN baik perpajakan maupun PNBP dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni kondisi ekonomi makro, realisasi pendapatan dalam tahun sebelumnya, kebijakan yang dilakukan dalam bidang tarif, subjek dan objek pengenaan serta perbaikan, efisiensi, dan efektivitas administrasi pemungutan. Dalam rangka peningkatan pendapatan Negara melalui pajak penghasilan maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tanggal 12 Juni 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang peraturan pelaksanaanya berlaku sejak tanggal 01 Juli 2013. Materi pokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini mengenai pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan penetapan besaran tarif pajak terhadap penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

4 Fenomena munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini ditetapkan dengan berdasarkan pada pertimbangan perlunya kesederhanaan dalam pemungutan pajak serta berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Walaupun pada awalnya terdapat perbedaan peraturan antara Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 dengan Peraturan Pemerintah nomor 46 ini namun seiring berjalannya waktu pada bulan Aguatus Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Pelaksanan atas Peraturan Pemerintah ini dengan nomor: PMK No.107/PMK.011/2013 tanggal 15 Agustus 2013 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, dimana tujuan pengaturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran bruto tertentu, untuk melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang. Pengertian peredaran bruto tertentu dalam hal ini adalah Penghasilan /omset yang diterima ataupun diperoleh oleh Wajib Pajak yang tidak melebihi dari Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ini lebih memfokuskan kepada penghasilan atas Peredaran bruto, dimana Peredaran bruto yang diatur dalam Peraturan ini tidak melebihi dari Rp. 4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta) dalam setahun. Peredaran bruto yang dimaksud dalam hal ini merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, selain peredaran bruto dari usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Perundangundangan

5 Namun demikian tidak semua Wajib Pajak yang Penghasilan brutonya dibawah Rp.4.800.000.000,- dapat menggunakan fasilitas Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2013 ini antara lain adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang kegiatan usahanya adalah pekerjaan bebas. Dalam hal ini yang termasuk dalam pekerjaan bebas antara lain : 1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris. 2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari. 3. Olahragawan 4. Penasihat, pengajar, pelatih, penyuluh dan moderator 5. Pengarang, Peneliti dan penerjemah 6. Agen iklan 7. Pengawas atau pengelola proyek 8. Perantara, Penjaja Barang Dagangan 9. Agen Asuransi 10. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya. Selain dari pekerjaan bebas yang tercakup diatas, Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2013 ini juga tidak dapat digunakan oleh Wajib Pajak Badan dengan kegiatan usaha di bidang Jasa Konstruksi. Selain itu masih terdapat juga pengecualian Subjek Pajak dari PP nomor 46 tahun 2013 ini yaitu: Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang,

6 baik yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar dan sejenisnya. Wajib Pajak Badan yang belum beroperasi seacara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beropersi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp.4.800.000.000,-. Tarif yang diberlakukan atas Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2013. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000,- dalam 1 tahun dikenai PPh Final dengan tarif 1 % (satu persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha PPh terhutang dihitung berdasarkan tarif 1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha (PPh terhutang = 1% X Peredaran Bruto setiap bulan) Mengingat akan pentingnya implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khususnya di Kantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 1.2. Perumusan Masalah Mendasarkan pada uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan adalah Bagaimana Implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas

7 penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu di Kantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 1.3. Tujuan Penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan tujuannya antara lain : Mengetahui Implementasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu di Kantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 1.4. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Teoritis. Sebagai konsep teoritis dalam rangka pengembangan ilmu administrasi publik khususnya dalam kajian implementasi kebijakan. 2. Manfaat Praktis. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah dalam upaya peningkatan penerimaan Negara melalui pajak penghasilan.