BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

BAB II LANDASAN TEORI

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PEKERJA INDUSTRI TEKSTIL X DI JEPARA. Ari Suwondo, Siswi Jayanti, Daru Lestantyo 1

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di kalangan pekerja salon, baik sebagai dermatitis kontak iritan atau dermatitis

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku tujuan

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena semakin banyaknya peralatan-peralatan yang mengandung nikel digunakan seharihari

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City

Skripsi OLEH : Febria Suryani NIM : PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim

BAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Luka dan Proses Penyembuhannya

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

penyakit lainnya yaitu tidak adanya keseimbangan antara host (manusia), agent

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

Obat Minum Untuk Gatal Eksim

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. disebabkan oleh faktor paparan/kontak akibat pekerjaan atau ketika suatu bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

I PENDAHULUAN. 2 bagian yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Saat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

2. STRUKTUR RAMBUT. Gambar 1.2 Struktur Rambut Sumber web :

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kemajuan pesat dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

MENGINDENTIFIKASI TANGAN, KAKI DAN KUKU

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 2: INTEGUMEN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usage and Attitude Urban Indonesia oleh Research International (2008),

Kontaminasi Pada Pangan

b) Luka bakar derajat II

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

Dermatitis Kontak Alergi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi kulit dan fungsi kulit Kulit merupakan pembungkus elastis yang dapat melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 1,5% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m2, rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (16 mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki, sedangkan paling tipis (1,5 mm) terdapat di penis. 12 Berikut akan dijelaskan pembagian kulit secara histopatologik. Gambar 2.1 Anatomi kulit manusia 1. Epidermis (lapisan tanduk), terdiri dari 5 lapis : a. Stratum korneum, merupakan lapisan paling luar yang terdiri dari kumpulan sel-sel yang telah mati dan terus menerus diganti oleh sel 1

yang baru. Lapisan ini menebal di telapak tangan dan kaki sedangkan menipis di kelopak mata. b. Stratum lusidum, terdapat dibawah lapisan stratum korneum yang terdiri dari protein dan lemak, berwarna transparan dan tampak jelas di telapak kaki dan tangan. c. Stratum granulosum, terdiri dari sel-sel yang memipih dengan sitoplasma berwarna gelap karena keratohialin.adanya granula ini menunjukan bahwa sel-sel mulai mati. d. Stratum spinosum, terdiri dari sel-sel polygonal yang makin ke atas makin pipih. Diantara stratum spinosum terdapat jembatan antar sel dan sel Langerhans. e. Stratum basal, terdiri dari satu lapis sel silindris dengan sumbu panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan impermeable membrane terhadap bahan kumia yang larut dalam air. Lapisan ini mengandung sel-sel malanosit. Pada orang normal, perjalanan sel dari stratum basal sampai ke stratum korneum lamanya 40 56 hari. 13 2. Dermis Lapisan dermis terdapat dibawah epidermis, yang membuat kulit lebih tebal dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa dan elastis. Lapisan ini terdiri dari 2 lapis, yaitu : a. Stratum papilare yang menonjol masuk ke dalam lapisan bawah epidermis, mangandung kapiler dan ujung-ujung syaraf sensori. b. Stratum retilukare yang berhubungan dengan subkutis, mengandung kelenjar keringat dan sebasea. Kelenjar sebasea seluruhnya bermuara di folikel rambut. 14 3. Subkutis Terdiri dari jaringan longgar dan mengandung banyak kelenjar keringat dan sel-sel lemak. 15 2

B. Dermatosis akibat kerja Dermatosis akibat kerja adalah segala kelainan kulit yang timbul pada waktu bekerja atau disebabkan oleh pekerjaan. Prosentase dermatosis akibat kerja sekitar 50-60%, oleh karena itu penyakit tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus. 16 C. Faktor penyebab dermatosis akibat kerja Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Faktor fisik yaitu diantaranya tekanan, kelembaban, panas, sinar matahri dan sinar X. 2. Bahan-bahan yang berasal dari tanaman yaitu daun-daunan, ranting, getah, akar-akaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, sayur-sayuran. 3. Makluk hidup yaitu diantaranya bakteri, virus, jamur, cacing, serangga dan kutu. 4. Bahan kimia yaitu asam-asaman, garam organik, persenyawaan hidrokarbon, oli, detergen dan bahan pewarna. Dari seluruh penyebab tersebut, bahan kimialah yang terpenting, karena bahan kimia adalah bahan yang sering di gunakan di industriindustri. 17 D. Jenis dermatitis akibat kerja Berbagai jenis akibat kerja antara lain,yaitu: 1. Dermatitis kontak iritan primer adalah dermatosis akibat kerja yang paling seing di temukan. Bentuk akut sering di tandai dengan eritema (bintik kemerah-merahan), edema (pembengkakan kulit), papula (penonjolan kulit), dan vesikel atau bula, yang biasanya terdapat pada tangan, lengan dan wajah. Bentuk kronik tidak khas, mirip dengan dermatosis yang lain penyebabnya tidak mudah dikenali. 2. Akne akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi teutama menyerang bagian yang kontak langsung dengan agen. 3. Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja. 3

Kanker kulit akibat kerja, berupa kanker sel skuamosa atau sel basal dan cenderung terjadi pada permukaan kulit yang sering terpapar karsinogen. 4. Penyakit kulit menular akibat kerja yaitu penyakit zoonotik, kandidiasis, tuberkolosis verukosa. 18 E. Dermatitis Kontak Dermatitis kontak adalah kelainan pada kulit/peradangan kulit yang disebabkan karena kulit terpapar langsung oleh bahan-bahan kimia/iritan. 17 1. Jenis Dermatitis Kontak : Dermatitis kontak di bagi menjadi dua jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Perbedaan keduanya adalah pada dermatitis kontak iritan yaitu karena adanya penurunan kemampuan kulit dalam melakukan regenerasi sehingga mudah teriritasi bahan-bahan iritan tertentu. Sementara pada dermatitis kontak alergi, paparan bahan kimia dapat menimbulkan rangsangan tertentu pada imunitas tubuh, rangsangan ini akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas, dan peradangan kulit ini hanya terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat mudah terkena alergi. 19 a. Dermatitis kontak iritan DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya. 20 Gejala singkat penyakit biasanya kelainan kulit timbul beberapa saat sesudah kontak pertama dengan kontaktan eksternal, penderita akan mengeluh karena merasa panas, nyeri atau gatal. 19 b. Dermatitis kontak alergi DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara lain berupa bahan logam berat kosmetik (lipstick, deodorant, cat rambut), bahan perhiasan (kacamata, jam tangan, anting- 4

anting), obat-obatan (obat kumur, sulfa, penisilin), karet (sepatu, BH), dll. Gejala singkat penyakit biasanya kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula, vesikel, erosi, dan penderita selalu mengeluhkann rasa gatal. 20 F. Mekanisme terjadinya dermatitis 1. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi lokal pada kulit yang bersifat non imunologik, ditandai dengan adanya eritema (kemerahan), endema (bengkak) ringan dan pecah-pecah setelah terjadi pajanan bahan kontakan dari luar. Bahan kontakan ini dapat berupa bahan fisika atau kimia yang dapat menimbulkan reaksi secara langsung pada kulit. 21 Dermatitis kontak iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar berasal dari sel epidermis. 22 2. Dermatitis kontak alergik Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi mengikuti respon imun yang diperantai oleh sel atau reaksi imunologik tipe IV. Reaksi ini timbul melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Fase sensitisasi terhadap sistem kekebalan tubuh berlangsung selama 2-3 minggu. Pada fase ini, hapten (zat kimia atau antigen yang belum di proses) masuk ke dalam epidermis melalui stratum korneum dan ditangkap oleh sel langerhans yang kemudian akan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom atau sitosol serta di konjugasikan pada molekul HLA-DR menjadi antigen lengkap. Paparan dari alergen ini dapat menurunkan jumlah sel langerhans pada epidermis sebanyak kurang lebih 50%, yang disebabkan karena sel langerhans tersebut beremigrasi dari epidermis. Di dalam sel, hapten akan diberikatan dengan enzim sitosolik dan selanjutnya menjadi antigen lengkap yang akan diekspresikan pada permukaan sel langerhans imatur yang juga dapat berfungsi sebagai makrofag walaupun masih memiliki kemampuan terbatas untuk menstimulasi limfosit T. 14 5

Dematitis kontak alergik didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe lambat dengan perantara sel limfosit. Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergik, yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi. Tahap sensitivitasi dimulai dengan masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui epidermis. Kemudian sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut selanjutnya akan diproses dan diinterpretasikan pada sel limfosit T. Limfosit T mengalami proliferasi dan diferensiasi pada kelenjar getah bening, sehingga terbentuk limfosit T yang tersensitivitasi. 23 G. Gambaran Klinis Dermatitis Kontak Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan bergantung pada keparahan dermatitis. Dermatitis kontak alergi umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifatmonomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis kontak alergi. 24 1. Fase Akut Dermatitis kontak iritan akut, satu kali kontak yang pendek dengan suatu bahan kimiawi kadang-kadang sudah cukup untuk mencetuskan reaksi iritan. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh zat alkali atau asam ataupun oleh detergen. Jika lemah maka reaksinya akan menghilang secara spontan dalam waktu singkat. Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang terutama terjadi ketika bekerja dengan zat-zat kimia yang bersifat iritan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. 25 2. Fase kronik Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu untuk menyebabkan menyebabkan dermatitis kontak iritan. Kelainan baru nyata setelah 6

berhari-hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakanfaktor paling penting. 26 H. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulya dermatitis kontak pada pekerja 1. Masa kerja Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan bahan kimia. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan dengan bahan kimia sampai waktu penelitian. Lama bekerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat, Semakin lama masa kerja seseorang, semakin sering pula pekerja terpajan dan berkontak langsung dengan bahan kimia/iritan. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. 27 2. Lama kontak Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak antar pekerja berbedabeda, sesuai dengan proses pekerjaannya. Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit. 28 3. Personal hygiene Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan melakukan pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan kimia. Kebersihan 7

perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak antara lain: 29 a. Mencuci tangan Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci tangan, karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan yang memadai, kualitas dari pembersih tangan dan kesadaran dari pekerja untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada. 30 b. Mencuci Pakaian Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru bila dicuci di rumah. Karena apabila pencucian baju dicampur dengan baju anggota keluarga lainnya maka keluarga pekerja juga akan terkena dermatitis. Sebaiknya baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai kembali. 31 4. Penggunaan APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh pekerja saat berada di tempat kerja guna meminimalisir terjadinya penyakit akibat kerja. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas utama seorang penanggung jawab atau majikan dalam sebuah tempat kerja atau industri adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan bukan secara individu. 22 Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan, dan lingkungan kerja adalah sangat perlu di utamakan, namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum bisa di kendalikan sepenuhnya sehingga perlu digunakannya APD. 8

I. Hubungan masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak Penelitian pada pekerja pencuci botol, didapatkan hasil bahwa pada pekerja yang masa kerjanya 1 tahun terdapat 12 % orang yang mengalami dermatitis dan pekerja yang masa kerjanya 2 tahun sebanyak 15 % orang yang mengalami dermatitis. 32 Penelitian pada pekerja CV. F Loksumawe didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,018. Pada penelitian pekerja yang memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 61,5% yang menderita dermatitis, sedangkan pekerja dengan masa kerja < 5 tahun yaitu hanya 18,8 %. 33 Pada penelitian ini pekerja industri batik di Surakarta. Pekerja dengan masa kerja > 1 tahun lebih banyak menderita dermatosis dari pada yang masa kerjanya < 1 tahun. 34 J. Hubungan lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak Berdasarkan penelitian pada pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,003. Berdasarkan penelitian tersebut kejadian dermatitis paling sering terjadi pada responden dengan lama kontak 8 jam dengan 13 responden (92,8%) untuk dermatitis kontak akut, 20 responden (95,2%) sub akut, dan 5 responden (100%) kronis. 27. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa rata-rata lama kontak pada pekerja yang mengalami dermatitis kontak adalah 6 jam/hari, sedangkan ratarata lama kontak pada pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak adalah 4.54 jam/hari. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan yang signifikan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia tahun 2011. 35 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pengrajin logam, diketahui bahwa pengrajin yang positif menderita dermatitis kontak iritan yang memiliki lama kontak terhadap bahan kimia yang lama ternyata lebih banyak (100%) daripada pengrajin yang memiliki lama kontak terhadap bahan 9

kimia yang singkat (63,2%). Sehingga secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pengrajin. 36 K. Hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak Penelitian pada pekerja di PT IPPI terdapat 29 orang yang memiliki personal hygiene kurang mengalami dermatitis, dan 10 orang yang mengalami dermatitis kontak walaupun memiliki personal hygiene yang baik. 27 Berdasarkan penelitian pada pekerja pengangkut sampah kota Palembang tahun 2008, menunjukkan bahwa ada hubungan personal hygiene pribadi dengan kejadian dermatitis pada pekerja pengangkut sampah. 37 L. Hubungan penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada pekerja yang terpajan bahan kimia di industri otomotif tahun 2008. Dari responden yang selalu menggunakan APD, sebanyak 11 orang tidak mengalami dermatitis kontak dan 12 responden mengalami dermatitis kontak. Uji korelasi spearman s rho menunjukkan korelasi positif antara kebiasaan menggunakan APD dengan kasus dermatitis kontak dimana semakin sering menggunakan APD semakin jarang terjadi dermatitis kontak. 38 Pada penelitian pekerja pencucian botol di PT X didapatkan hasil sebanyak 23 orang yang mengalami dermatitis kontak dari 30 orang yang tidak menggunakan APD yang lengkap. Sedangkan pekerja yang menggunakan APD lengkap yang mengalami dermatitis kontak hanya sebanyak 4 orang dari 16 orang. 33 Berdasarkan penelitian pada pekerja percetakan Paving Blok, menunjukan bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD 87,5 % menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19 %. 33 M. Penyakit akibat kerja Banyaknya tenaga kerja saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja itu sendiri, gangguan kesehatan tersebut biasa disebut dengan penyakit akibat kerja 10

(PAK). Penyakit akibat kerja (Occupational disease) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pekerjaannya. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Salah satu penyakit akibat kerja yang timbul akibat pekerjaan yaitu dermatosis yang terjadi pada kulit pekerja. 28 Penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi adalah dematosis akibat kerja yaitu sekitar 50-60 %. Salah satu penyebab dermatosis akibat kerja adalah karena bahan kimia yang dapat menyebabkan dermatosis kontak. dalam industri tekstil, bahan kimia merupakan bahan yang paling banyak digunakan. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit artifisial atau man made disease. Salah satu penyakit yang timbul akibat kerja adalah dermatitis kontak akibat kerja. Dermatitis kontak atau penyakit kulit akibat kerja merupakan suatu peradangan kulit yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang, dimana lingkungan industri akan mempengaruhi insiden suatu penyakit kulit yang sering muncul adalah dermatitis kontak. Terjadinya dermatitis kontak ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kontak dengan bahan kimia saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Faktor yang mungkin dapat diperoleh dari pekerjaan yakni lama paparan dengan bahan kimia dan masa kerja. 27 11

N. Kerangka Teori Mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak, maka kerangka teori sebagai berikut : Penyebab tak langsung a. Masa kerja b. Lama kontak c. Penggunaan APD d. Personal hygiene Pajanan bahan kimia Kulit Mekanisme imunologi Mekanisme non imunologi Alergi Dermatitis kontak Gambar 2.2 Kerangka Teori. 9,14,22,23 12

O. Kerangka konsep Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai beriku: Variabel Bebas Variabel Terikat a. Masa kerja b. Lama kontak c. Personal hygiene d. Penggunaan APD Kejadian dermatitis kontak Gambar 2.3 Kerangka Konsep P. Hipotesis 1. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak. 2. Ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak. 3. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak. 4. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak. 13