BAB I PENDAHULUAN. Kota Pematangsiantar merupakan kota terbesar kedua di Provinsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti saat diangkut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu bagian dari wilayah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan yang memusnahkan harkat manusia. Kala itu orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian

Transportasi Darat di Kota Pematang Siantar. (Studi Etnografi Transportasi Umum Roda Tiga Becak Motor Birmingham. Small Arm s) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. tempat lain, atau dari tempat asal ke tempat tujuan (Adisasmita 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di

I. PENDAHULUAN. (induction chamber) yang salah satunya dikenal sebagai tabung YEIS. Yamaha pada produknya RX King yang memiliki siklus pembakaran 2

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Tanjung Balai adalah sebuah kota yang berdiri sendiri sebagai kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

KUESIONER (UNTUK BURUH/PEKERJA)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlalu mahal, dan kondisi jalan yang semakin padat membuat sepeda motor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. menemukan sebuah masalah yang dihadapinya untuk menciptakan kenyamanan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kendaraan roda dua ini begitu diminati kerena dianggap mudah untuk

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Demikianlah surat permohonan ini besar harapan kami mendapat dukungan dana dari bank yang bapak pimpin.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua roda depan sejajar melintang. Penumpang berada di depan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. objek atau menyenangi suatu objek (Sumadi Suryabrata, 1988 : 109). Menurut Crow and Crow minat adalah pendorong yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasian fasilitas transportasi yang ada (Wahyuni.R, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) Pada sekitar tahun 1920-an industri modern di Indonesia hampir

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Objek. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. semenjak tahun 2011 maka perkembangan dan kemajuan perekonomian dari dunia bisnis

BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai. pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencapai keinginan tersebut

moda udara darat laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa pendapat yang mengartikan pendapatan yaitu, Sukirno (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat di dunia tertarik pada jaringan modernisasi, baik itu yang

pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kota Pematangsiantar merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara, di kota tersebut banyak ditemukan hal menarik, mulai dari wisata kuliner sampai wisata sejarah khas kota Pematangsiantar. Salah satu diantaranya adalah wisata becak BSA (Birmingham Small Arms). Bukan hanya di Pematangsiantar, keberadaan becak BSA juga telah melegenda di Indonesia, bahkan dunia. Istimewa, itulah kata yang paling tepat dikatakan untuk becak BSA ini, jika di bandingkan dengan becak didaerah lain, yang memakai mesin motor juga yang masih memakai tenaga manusia, becak BSA selain memakai mesin motor tua, kenderaan ini adalah kenderaan yang digunakan untuk mengangkut peralatan perang pada masa perang dunia II. Keistimewaan ini hanya bisa kita nikmati di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Becak bermesin di kota ini berbeda dengan becak bermesin di tempat mana pun. Sepeda motor yang digunakan sebagian besar merupakan bekas tunggangan pasukan sekutu di Perang Dunia II (Firmansyah, 2007). BSA merupakan kependekan Birmingham Small Arms. Perusahaan BSA ini awalnya didirikan untuk menyuplai persenjataan tentara Inggris selama Perang Crimean (1853-1856). Setelah perang usai, BSA terus mengembangkan produknya. Selama PD II, BSA menjadi salah satu pemasok utama kendaraan militer untuk tentara Inggris. Pada masa itu, mereka memproduksi 126.000 sepeda

motor tipe M20 berkapasitas mesin 500 cc. Sepeda motor yang pertama kali dibuat tahun 1940 inilah yang ikut dibawa pasukan sekutu ke Pematangsiantar pasca pendudukan Jepang di Indonesia. Produk BSA di Pematangsiantar sebenarnya tak hanya yang dimiliki tentara sekutu, tetapi juga pengusaha partikelir pemilik perkebunan di sekitar kota hingga bekas administratur pemerintah Hindia Belanda. Setelah kepergian sekutu dan nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia, ratusan sepeda motor BSA di Pematang Siantar ditinggalkan begitu saja, termasuk milik tentara Inggris. Sebagian pengusaha perkebunan Belanda dan Eropa lainnya berbaik hati memberikannya ke penduduk pribumi bekas pegawai mereka (BOM S, 2006). Menurut wawancara yang dilakukan peneliti terhadap sumber yang mengetahui perkembangan sejarah penarik becak BSA, Kartiman (70 tahun), pasca perang dunia kedua banyak masyarakat Pematangsiantar yang tidak bekerja di disektor formal karena keterbatasan lapangan pekerjaan, baik pemerintahan maupun swasta. Hal itu membuat orang-orang yang tidak terserap di pekerjaan formal berpikir untuk membuat lapangan kerja disektor informal, misalnya dalam bidang transportasi. Ciri-ciri kegiatan informal adalah mudah masuk, yang artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah, tidak diatur dan pasar yang kompetitif (http://menegpp.go.id). Pada akhir tahun 1950-an, setelah melihat banyaknya sepeda motor rongsokan BSA yang tak terpakai di berbagai sudut kota, penduduk mulai berpikir

memanfaatkannya sebagai mesin penarik becak. Kartiman mengatakan, pada awalnya ada sekitar 20 hingga 30 orang yang berkumpul, beberapa orang di antaranya veteran pejuang kemerdekaan. Mereka berkumpul sambil membicarakan kemungkinan memanfaatkan sepeda motor peninggalan perang untuk dijadikan becak. Terletak di punggung bukit, sekitar 45 kilometer dari Danau Toba, jalanan Kota Pematangsiantar memang naik turun. Topografis Kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit mengharuskan becak ditarik sepeda motor berkapasitas mesin besar. Bukan hanya BSA, tetapi sepeda motor antik lainnya, seperti Norton, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson. Para pionir becak BSA, Kartiman dkk, mencoba segala jenis sepeda motor itu untuk dijadikan becak. Percobaan yang dilakukan selama dua tahun (1958-1959) membawa kepada kesimpulan, BSA-lah yang paling sesuai. Kartiman juga menambahkan bahwa sebenarnya Norton juga kuat untuk kondisi daerah Pematangsiantar yang berbukit-bukit namun kendalanya adalah dalam hal keborosannya menghabiskan bahan bakar apabila dibandingkan dengan BSA yang hemat bahan bakar. Selain hemat bahan bakar, menurut sumber lain yang merupakan Ketua BSA Owner Motocycles Siantar (organisasi yang mewadahi becak BSA di Pematangsiantar), Kusma Erizal Ginting (51 tahun), suku cadang BSA sangat mudah ditiru. BSA juga bisa menerima sparepart dari sepeda motor lain. Seperti karburator BSA dapat diganti dengan menggunakan karburator dari RX-King dan juga Honda CB, sehingga para penarik becak lebih memilih BSA pada masa itu.

Efisien dalam soal sparepart menjadi sangat penting karena pabrik BSA sejak 1972 sudah ditutup dan tak lagi berproduksi, seiring dengan kebakaran besar yang melanda pabrik mereka. Kartiman menuturkan, keberhasilan para pionir becak siantar mengoperasikan kembali sepeda motor BSA menggerakkan penduduk Pematang Siantar untuk mencari sepeda motor ini ke berbagai daerah. Tujuannya hanya satu, dijadikan becak, yang nantinya dapat menjadi alat produksi bagi mereka di bidang transportasi. Keberhasilan para pionir ini benar-benar mengilhami penduduk Kota Pematangsiantar untuk mencari sepeda motor BSA hingga ke berbagai pelosok Tanah Air. "Semua sudah didatangi, di Sumatera Utara ini, hampir semua daerah pernah saya datangi untuk mencari BSA. Mulai dari Medan, Asahan, Deli Serdang, hingga Rantau Prapat. Setelah di Sumatera Utara semua BSA sudah habis, kami cari hingga ke Riau. Sekitar tahun 1980-an kami mulai mencari hingga ke luar Pulau Sumatera, dari Jawa sampai Sulawesi," tutur Kartiman. Sampai akhirnya selama periode 1980-1990 di Pematangsiantar ada sekitar 2.000- an lebih unit becak bermesin BSA, sehingga saat itu profesi menarik becak BSA adalah salah satu profesi yang banyak diminati oleh masyarakat Pematangsiantar, karena para penarik becak pada masa itu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak sedikit dari mereka yang bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk dapat ditabung bahkan beberapa dari mereka ada yang memiliki beberapa petak tanah dan sawah. Pada masa itu Kartiman juga mengatakan faktor utama yang membuat profesi penarik becak menjadi sangat diminati pada masa itu ialah becak BSA

merupakan satu-satunya alat transportasi dalam kota di kota Pematangsiantar, sehingga seluruh warga masyarakat Pematangsiantar pada masa itu hanya mengandalkan becak BSA sebagai alat transportasi umum dalam kota pada masa itu. Menurut sumber lain yang sudah berprofesi selama 20 tahun sebagai penarik becak BSA, Ahmad Syafii (46 tahun), dulu setiap pekan, mereka selalu merencanakan berpesiar ke Danau Toba bersama keluarga sambil menaiki kendaraan andalannya itu. Bisa dikatakan menjadi penarik becak BSA merupakan pekerjaan yang menjanjikan. Anak-anak pun bisa disekolahkan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan pemasukan mereka bisa mencapai kisaran delapan puluh hingga seratus lima puluh ribu perhari, namun kini hal tersebut hanya menjadi kenangan manis bagi para penarik becak BSA. Banyaknya jumlah angkutan umum seperti mobil angkutan kota (angkot) membuat pemasukan bagi penarik becak BSA turun drastis, ditambah lagi dengan munculnya becak-becak ilegal berplat hitam bermesin Jepang. Ahmad Syafii juga mengatakan kini para penarik becak BSA umumnya hanya bisa mendapatkan tiga puluh ribu sampai lima puluh ribu perhari, sehingga kini selain menjadi penarik becak BSA, Ahmad Syafii juga bekerja sampingan sebagai mekanik becak BSA untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari. Sejalan dengan itu, penarik becak lainnya, Marsius (40 tahun), juga mengatakan bahwa saat ini kehidupan penarik becak BSA di kota Pematangsiantar memang sedang dalam kondisi yang memprihatinkan, bahkan banyak rekan-rakan mereka yang kini kondisi perumahannya tidak mencapai

standar rumah layak huni, seperti tidak memiliki ventilasi udara yang cukup, dinding rumah yang belum permanen, saluran pembuangan limbah rumah tangga yang tidak baik. Situasi memprihatinkan lainnya menurut Marsius ialah dalam hal konsumsi pangan, ia mengatakan kini ia dan sebagian rekannya juga harus mengurangi porsi makan mereka sehari-hari, misalnya dari yang dulu sebelum pergi menarik becak sarapan, kini mereka langsung makan siang dan makan malam, jadi dalam satu hari mereka biasanya hanya makan dua kali sehari. Kondisi sosial ekonomi penarik becak yang sedang dalam kondisi kritis ini menurut Marsius yang mengharuskan ia kini menjalankan dua profesi sekaligus untuk dapat memenuhi kebutuhannya sehari hari, yaitu sebagai keamanan di sebuah arena outbound di kota Pematangsiantar ditambah lagi dengan istrinya yang bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di kota Pematangsiantar. Sekelumit kisah penarik becak BSA diatas, menggambarkan bagaimana rumitnya kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar, namun hingga saat ini belum ada upaya pemberdayaan terhadap penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. Padahal dalam teorinya W.Godwin menerangkan bahwa adanya hubungan antara susunan masyarakat, dimana yang satu hidup dalam kemewahan dan yang lain dalam kesengsaraan, akan meningkatkan kejahatan(edimarwan,1994). Jika kita menilik Undang-Undang yang ada, maka becak BSA merupakan salah satu situs cagar budaya kota Pematangsiantar, hal tersebut sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 tahun 1992, disebut setiap benda peninggalan sejarah di atas usia lima puluh tahun dapat dinyatakan cagar budaya dan wajib dilindungi

pemerintah. Menurut Undang Undang Nomor 5 tahun 1992, benda cagar budaya adalah buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang merupakan kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya lima puluh tahun, atau yang mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya lima puluh tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Hingga saat ini belum ada Peraturan daerah yang berisi mengenai status becak BSA di Pematangsiantar, padahal jika Peraturan daerah mengenai status becak BSA telah dikeluarkan maka otomatis tingkat sosial ekonomi penarik becak BSA akan terbantu melalui APBD kota Pematangsiantar yang nantinya akan menutupi biaya service mesin dan ganti oli, yang selama ini di tanggung sendiri oleh penarik becak BSA tersebut. Terlepas dari dikeluarkan atau tidak Peraturan daerah mengenai becak BSA, becak BSA tetap saja memiliki nilai tambah yang tidak dimiliki oleh becak bermotor lainnya di Indonesia, mulai dari sejarah ataupun bentuk unik dari motor penarik becak BSA. Hal tersebut harusnya dapat menarik minat masyarakat dan wisatawan untuk menggunakan jasa penarik becak BSA sebagai sarana transportasi, yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA dikota Pematangsiantar, yang dituangkan dalam skripsi berjudul Tinjauan sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar.

I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka maka hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan Bagaimana kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar?. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat teoritis lain: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, antara 1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai tinjauan sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. 2. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai tinjauan sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar.

I.4.2 Manfaat Praktis lain: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara 1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi para penarik becak BSA mengenai kondisi sosial ekonominya. 2. Menjadi sumbangan informasi bagi organisasi yang mewadahi becak BSA, maupun bagi instansi pemerintah terkait, hingga nantinya dapat memberikan dukungan yang membuat perubahan positif bagi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar. 3. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat sosial, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini mengenai kondisi sosial ekonomi penarik becak BSA di kota Pematangsiantar.

I.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penalitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data, dan penyajian data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Deskripsi lokasi penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti. BAB V : ANALISA DATA Analisa data berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.