BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perubahan manajemen dalam UU ASN hanya mengenal 2 jenis pegawai yaitu PNS dan PPPK, mengakibatkan kedudukan tenaga honorer dalam struktur kepegawaian pemerintah menjadi tidak jelas atau menyebabkan hilangnya status hukum bagi tenaga honorer yang selama ini mengabdi kepada pemerintah. Tenaga honorer yang bekerja di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate tidak bisa serta merta diangkat menjadi PPPK dikarenakan untuk menjadi PPPK harus melalui pengusulan dan penetapan formasi dan seleksi. Untuk saat ini belum ada pegawai yang berkedudukan sebagai PPPK di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate, hal ini dikarenakan belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai ketentuan PPPK. Dari penjelasan tersebut kedudukan tenaga honorer setelah berlakunya UU ASN tetap berstatus sebagai tenaga honorer sampai adanya peraturan perundang-undangan yang mengakomodir kejelasan mengenai status tenaga honorer di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate. 2. a) Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya. Kedudukan dan status tenaga honorer berbeda dengan PNS, namun dalam hal tugas pokok dan fungsi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan PNS. Selanjutnya, jika dilihat dari tugas atau pekerjaan yang dibebankan 130
131 terhadap tenaga honorer dengan PNS tidak jauh berbeda, namun jika dibandingkan dengan hak yang diberikan, misalnya berupa gaji terhadap tenaga honorer sangat jauh berbeda dengan yang diperoleh PNS di kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate. Gaji tenaga honorer yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Ternate memperoleh gaji sebesar Rp 550.000,- (untuk kualifikasi pendidkan S1/S2) dan Rp 500.000,- (untuk kualifikasi pendidikan SMP, SMA, dan D3). Berbeda halnya dengan tenaga kontrak jika ditinjau dalam UU Ketenagakerjaan, tenaga kontrak yang bekerja pada sektor swasta mendapatkan gaji yang sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) masing-masing daerah. Gaji yang diterima tenaga honorer yang bekerja di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Ternate jauh berbeda dengan gaji yang diperoleh tenaga kontrak yang bekerja di Kota Ternate, yaitu pada tahun 2017 sebesar Rp 2.158.900 naik 13,3 persen dari tahun 2016 yang sebesar Rp 1.905.500. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dan tidak mencerminkan keadilan bagi para tenaga honorer yang bekerja pada sektor pemerintah. Sementara itu, Pemerintah Pusat sangat menjamin keadilan bagi tenaga kontrak agar tenaga kontrak tidak menerima upah dibawah upah terendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Selain tidak mendapatkan gaji yang adil dan layak, tenaga honorer juga tidak mempunyai hak untuk mendapatkan tunjangan, tidak memperoleh jaminan
132 kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua. Hal ini dikarenakan dalam Surat Perjanjian Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Ternate, tenaga honorer tidak boleh menuntut hak-hak yang didapatkan oleh PNS. b) Secara umum dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan tonggak penopang bagi keberhasilan tujuan organisasi, baik organisasi sektor publik (pemerintahan) maupun sektor swasta. Dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya khususnya di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate, tenaga honorer harus sadar akan tanggung jawabnya salah satunya yaitu taat akan kewajiban dan tidak melakukan apa yang dilarang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika tenaga honorer tidak melakukan kewajiban dan melakukan perbuatan yang dilarang sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka dianggap telah melakukan pelanggaran disipilin dan tentu saja harus mendapatkan hukuman disipilin. Penerapan disiplin di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate cukup tegas, apabila terdapat tenaga honorer maupun PNS yang melakukan pelanggaran disiplin langsung diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan tergantung dari pelanggaran yang dilakukan. Dalam hal penerapan disiplin dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate terhadap tenaga honorer dan PNS cukup adil dan seimbang, walaupun terdapat perbedaan status namun dalam hal ini semua disamakan.
133 B. Saran 1. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan atau regulasi yang tepat agar kedudukan tenaga honorer setelah berlakunya UU ASN ini lebih jelas dan tidak menimbulkan kekhawatiran akan nasib tenaga honorer yang selama ini telah mengabdi untuk kepentingan negara. Apakah nantinya tenaga honorer otomatis dapat diangkat menjadi PNS maupun PPPK atau akan kehilangan pekerjaan karena tidak ada lagi status atau kedudukan tenaga honorer dalam ketentuan UU ASN. Selain membuat kebijakan dan regulasi tersebut, seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia khususnya Pemerintah Daerah Kota Ternate juga diharapkan tidak melakukan pengangkatan tenaga honorer dengan alasan apapun agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari dan Pemerintah hendaknya memberikan sanksi yang tegas terhadap instansi atau pejabat yang melakukan pengangkatan tenaga honorer, tak terkecuali di Kantor Sekretariat Daerah Kota Ternate. 2. a) Pemerintah Daerah Kota Ternate hendaknya lebih memperhatikan kesejahteraan para pegawai tenaga honorer yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kota ternate tak terkecuali di Kantor Sekretariat Daerah, terutama mengenai gaji atau upah yang diterima oleh tenaga honorer. Pemerintah Daerah Kota Ternate seharusnya memberikan gaji yang adil dan layak bagi tenaga honorer, apalagi tenaga tenaga honorer bekerja pada sektor pemerintah, yang mana mempunyai tugas pokok dan fungsi yang tidak jauh berbeda dengan yang dikerjakan oleh PNS.
134 Pemerintah Daerah Kota Ternate hendaknya memberikan gaji bagi tenaga honorer sesuai dengan UMR Kota Ternate, sehingga dengan begitu akan mempersempit kesenjangan antara tenaga honorer dan PNS. Selain itu dengan diberikannya gaji yang adil dan layak bagi tenaga honorer diharapkan dapat meningkatkan motivasi bagi tenaga honorer dan disiplin kerja serta dapat tercukupinya kebutuhan hidup mereka sehari-hari. b) Perlu dilakukan penegakan hukuman secara tegas dan proporsional yaitu segala aturan dan ketentuan serta hukuman disiplin terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh PNS maupun tenaga honorer siapapun harus benar dilaksanakan tanpa tebang pilih dan tidak diskriminasi, komitmen dari pejabat yang berwenang memberikan sanksi agar tercipta suatu suasana yang kondusif dan akan menumbuhkan kesadaran di dalam diri PNS maupun tenaga honorer bahwa untuk menjadi disiplin harus datang dari kesadaran diri dan bukan dari paksaan, hal tersebut dapat terwujud dengan adanya sikap dan tegas dan berwibawa namun tetap mengayomi para bawahannya dan kerjasama dari semua pihak.