Sistem Penggunaan Lahan dalam Analisa OppCost REDD+ Sonya Dewi PENGENALAN METODE OPPORTUNITY COST DALAM MEKANISME PENGURANGAN EMISI DARI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN BOGOR, 30-31 MEI 2011
Yang akan dibahas Pendekatan OppCost secara Bottom-up Tradeoffs Tutupan lahan, penggunaan lahan, sistem penggunaan lahan Penentuan SPL dalam analisa OppCOst
PENDEKATAN OPPCOST
Opportunity costs adalah keuntungan yang hilang dari perubahan penggunaan lahan Contoh: potensi keuntungan dari kayu dan hasil pertanian pada hutan
Total Emisi Activity Data Faktor emisi
Economic, livelihoods Emission reduction Global Local
Metode untuk mengestimasi Opportunity Cost Econometric General Equilibrium Engineering, Bottom-Up
Pendekatan Engineering Bottom-Up; Integrasi Penggunaan lahan, Karbon dan Analisa Profitabilitas Sumbu Y Opportunity Costs SPL Forest... Ag Carbon stocks (tc/ha) Profits ($/ha) OppCost matrix ($/tco 2 e) + 0 - $/tc0 2 e tc0 2 e Sumbu X Estimasi perubahan penggunaan lahan (matrix of histories or trajectories) Emission matrix (tco 2 e)
Kelebihan pendekatan bottom-up Telah berhasil dipakai dalam konteks negara berkembang Transparans: semua langkah, data dan asumsi Bottom-up, menggunakan data usaha tani Menggunakan tool yang tersedia untuk umum Mengintegrasikan beberapa aspek di luar ekonomi: Land Use Modeling and Analysis Carbon Measurement Co-Benefits
Keterbatasan Kualitas analisa tergantung pada kualitas data Inter-sector linkages/feedbacks belum tercakup Hanya mencakup opportunity costs (implementation, transaction cost belum dimasukkan) Social considerations belum dipertimbangkan (wealth distribution / employment/food availability) Berfokus hanya pada karbon: ecosystem services yang lain belum diperhitungkan
Perlu diperhatikan Opportunity cost hanyalah merupakan salah satu aspek dari pengambilan keputusan: Masih banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan: Social Considerations Land Tenure Environmental Considerations Other Costs: Implementation / Transaction
TRADEOFFS
NPV Profits, $/ha Tradeoffs 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Tree crop plantations Intensive crops Tree plantations Extensive crops Pastures Agroforest Heavily logged forest Kehilangan sesuatu untuk mendapatkan yang lain Seringkali merupakan situasi Menang-Kalah Logged forest Natural forest 0 100 200 300 C stock, Mg C/ha
NPV Profits, $/ha Tradeoffs 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Tree crop plantations Intensive crops Tree plantations Extensive crops Pastures Agroforest Heavily logged forest Tutupan lahan, penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan? Logged forest Natural forest 0 100 200 300 C stock, Mg C/ha
TUTUPAN LAHAN, PENGGUNAAN LAHAN, SISTEM PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan dan tutupan lahan Tutupan lahan mengacu pada tipe vegetasi yang ada pada lahan tertentu Penggunaan lahan mengacu kepada aktifitas manusia pada lahan tertentu Sistem pengunaan lahan menggabungkan keduanya, termasuk siklus perubahan vegetasi dan aktifitas pengelolaan (penanaman, pemanenan)
Penggunaan dan tutupan lahan Bukan definisi secara institusional ketika kita membahas tentang cadangan dan emisi karbon
Definisi hutan berdasarkan tutupan kanopi Definisi hutan berdasarkan institusi dan rencana Bukan kawasan hutan tanpa pohon Pepohonan di luar kawasan hutan Termasuk a.l., agroforest, perkebunan Kawasan hutan dengan pohon Kawasan hutan tanpa pohon Tebang buka/ penanaman kembali termasuk definisi hutan; tanpa batas waktu penanaman kembali
Kaitannya dengan emisi Tutupan vegetasi menentukan besarnya cadangan karbon dan perubahannya dalam hal penambatan karbon, contoh: kerapatan, ukuran, jenis pohon Penggunaan lahan pada umumnya lebih terkait pada emisi meskipun juga berpengaruh pada penambatan karbon, contoh: pemanenan, pembalakan, pembakaran, pemupukan, pembuatan saluran drainase Sistem pengunaan lahan panjang rotasi dan tipe mempengaruhi rata-rata cadangan karbon (time-averaged C-stock)
Cadangan C per siklus tanam, Mg Sistem penggunaan lahan 240 200 160 120 80 40 ha -1 0 HUTAN ALAMI Tebang & Bakar Agroforest Hilang viat&b Perolehan via aforestasi Tertinggal di lahan Tebang 0 10 20 30 40 230 80 29 Rata-rata C per siklus tanam, Mg ha -1 (IPCC, 2001, hal 209)
PENENTUAN SPL UNTUK ANALISA OPPCOST
NPV Profits, $/ha 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Tree crop plantations Intensive crops Tree plantations Extensive crops Pastures Agroforest Heavily logged forest Menentukan entity agar: - Tradeoffs tercakup - Analisa bisa dilakukan dengan biaya dan akurasi optimum Logged forest Natural forest 0 100 200 300 C stock, Mg C/ha
NPV Profits, $/ha 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Tree crop plantations Intensive crops Tree plantations Extensive crops Pastures Agroforest Heavily logged forest Logged forest Natural forest 0 100 200 300 C stock, Mg C/ha
2 entity Penentuan kategori sistem penggunaan lahan yang dapat membedakan: NPV, kelas kerapatan karbon (dan emisi dari perubahan penggunaan lahan), serta agents/drivers dan beneficiary Penentuan zonasi atau stratifikasi faktor2 biofisik dan soso-ekonomik dalam suatu wilayah yang mempengaruhi ketiga aspek di atas
Prinsip menentukan kategori SPL Gabungan dari kriteria nasional, IPCC dan yang lain dalam menentukan kategori Untuk analisa yang sistematis dan menyeluruh dari opportunity cost REDD+, SPL haruslah: Jelas dan tidak ambiguous Merupakan entity yang unique yang bisa membedakan: NPV, kelas kerapatan karbon (dan emisi dari perubahan penggunaan lahan), serta agents/drivers dan beneficiary Sebagai dasar untuk mengintegrasikan berbagai tipe data Konsisten untuk pelaporan pada multiple scales: global, national, lokal
SPL dan hasil analisa Tingkat keragaman dalam kelas menentukan akurasi hasil Perbedaan 5-10% mungkin tidak akan mempengaruhi estimasi opportunity cost secara nyata Presisi dan akurasi yang ingin dicapai tergantung pada tujuan Peningkatan kualitas hasil estimasi harus sesuai dengan peningkatan biaya pengumpulan data dan analisa
Penentuan kelas sistem penggunaan lahan. Contoh: NPV: kelapa sawit dan sengon mungkin mempunyai kelas kerapatan karbon yang hampir sama, tetapi NPV berbeda kelas kerapatan karbon (dan emisi dari perubahan penggunaan lahan): agroforest karet dan sengon mungkin mempunyai return yang hampir sama, akan tetapi kelas kerapatan karbon berbeda; HPH konvensional dan RIL agents/drivers dan beneficiary: petani dan perusahaan
Penentuan zonasi atau stratifikasi faktor2 biofisik dan sosio-ekonomik dalam suatu wilayah yang menentukan ke 3 faktor di atas. Contoh: NPV: akses pasar yang mempengaruhi biaya transportasi dan harga2 input Kerapatan karbon: lahan mineral dan gambut perlu dibedakan karena faktor emisi yang berbeda dengan perubahan penggunaan lahan yang sama Pengelola: perkebunan kelapa sawit dan petani swadaya berbeda dalam hal return karena pengelolaan yang berbeda