RAGAM HIAS TENUN ENDEK DI PERTENUNAN ARTHA DHARMA,SINABUN BULELENG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

MODIFIKASI RAGAM HIAS TENUN MASTULI DI DESA KALIANGET KABUPATEN BULELENG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II Kajian Teori. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK. TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 KERAJINAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. sungguh sangat sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wilayah pegunungan sampai

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB II METODE PERANCANGAN

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

DAFTAR ISI. ABSTRAK...ii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...ix. DAFTAR LAMPIRAN...xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB II TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang

STUDI TENTANG BORDIR DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF DI USAHA BATIK MANGGUR PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

BAGIAN VII TEKNIK MENGHIAS KAIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi

TATA PAMERAN DAN KONSERVASI KOLEKSI DI GEDUNG BULELENG MUSEUM BALI

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN KERAJINAN TENUN IKAT DI UD. AL-ARIF DESA WEDANI GRESIK. Fatmawati Trikusuma Wardhani. Fera Ratyaningrum, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kreasi Ragam Hias Uis Barat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

RAGAM HIAS TENUN ENDEK DI PERTENUNAN ARTHA DHARMA,SINABUN BULELENG I Dewa Ayu Made Budhyani, Ni Desak Sri Adnyawati, Damiati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek. 2) komposisi penempatan ragam hias tenun endek 3) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek di Pertenunan Artha Dharma Sinabun Buleleng. Lokasi penelitian di Desa Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Sumber data penelitian ini adalah pemilik dan perajin tenun endek yang dipilih secara purposif. Objek penelitian adalah jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek, b) komposisi penempatan ragam hias tenun endek, dan c) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endekartha Dharma. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan 1) Jenis jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma diambil dari tumbuh-tumbuhan seperti, buah anggur, bunga tunjung, semanggi gunung, dan bungan cempaka. Ragam hias yang diambil dari binatang adalah burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan ragam hias berbentuk geometris adalah motif keling dan skordi. 2) Komposisi penempatan ragam hias tenun endek yang dominan menjadi ragam hias pokok, beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian, dan ragam hias pinggiran. 3) Penempatan variasi ragam hias tenun endek yaitumotif hias pokok dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasidiletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Kata kunci: tenun endek, ragam hias, komposisi. ABSTRACT This study aims to describe about the types of decorated style that is applied to the endek woven cloth. 2) the placement composition of decorated style in endek woven cloth 3) the placement of decorated style variations in endek woven clothat Artha Dharma weaving, Sinabun Buleleng. The research location is at the Sinabun village, on Sawan subdistrict,in Buleleng regency. Data source of this research is the owner and craftsman of endek woven cloth that were selected purposively. Object of this research are the types of decorated style that is applied to the endek woven cloth, b) the placement composition of decorated style in endek woven cloth, and c) the placement of decorated style variations in endek woven clothat Artha Dharma weaving. Data collected by observation, interview, and documentation. This research analyzed descriptively qualitative. The results showed 1) The types of decorated style that is applied to the endek woven cloth at Artha Dharma weaving taken from plants, such as grapes, lotus flower, mountain clover, and champaca flower. Decorated stylewhich is taken from animals are storks, lion that view from front and side, and decorated stylewith geometrical shapeare rivet motif and skordi. 2) The placement composition of decorated stylein endek woven cloth which dominant become principal ornament, some kind of decorated stylebecome complements or stuffing, and decorative periphery. 3) The placement of decorated style variations in endek woven clothare principal decorative motifs which is equipped with others decorative motifs as variations that placed between the principal motive and there is also laid on the middle field of the endek woven cloth Keyword: endek woven cloth, decorated style, composition. 1. PENDAHULUAN Endek merupakan salah satu tenunan tradisional khas Bali sebagai warisan budaya yang berkembang secara turun temurun. Tenun endek biasanya dikerjakan oleh tangan-tangan trampil kaum wanita, sehingga menghasilkan suatu karya seni yang bernilai tinggi. Tenun endek memiliki ragam hias dan warna tersendiri, serta menjadi kebanggaan masyarakat Bali. Keindahan 321

tenun endek yang menonjol adalah bentuk ragam hias yang dibuat dengan teknik ikat. Sebelum dilakukan proses menenun, benang diikat terlebih dahulu kemudian dicelup untuk menentukan jenis-jenis motif yang dibuat. Proses pencelupan dilakukan beberapa kali untuk menghasilkan jenis warna yang dibutuhkan. Proses pembuatan ragam hias diawali dengan pembuatan desain sesuai dengan imajinasi dari perajin. Desain merupakan susunan berbagai garis, bentuk, warna dan figur yang diciptakan mengandung nilai-nilai keindahan dan dilandasi pada perkembangan imajinasi (Hery Suhersono, 2004:5). Imajinasi diambil dari lingkungan alam sekitar dan dikreasikan sesuai dengan kreatifitas atau daya cipta yang dimiliki oleh sang perancang untuk menjadi dasar pembuatan suatu benda buatan. Ragam hias tenun endek diambil dari unsur-unsur alam sekitar kemudian dirangkum dalam kelompok corak tumbuhtumbuhan, binatang, geometris, abstak maupun manusia yang bertemakan dari dongeng-dongeng suci atau mitologi (Suwati Kartiwa, 1996:39). Dari unsur-unsur tersebut diubah atau distilir menjadi berbagai jenis ragam hias tenun endek. Menurut Warsia Rusbani (1985: 78), corak yang membentuk ragam hias dapat berupa bentuk alamiah maupun bentuk renggaan. Lebih lanjut Budhyani (2010) mengelompokkan dua jenis ragam hias yang terdiri atas: 1) motif geometris berupa garis lurus, garis patah, garis sejajar, lingkaran dan sebagainya, 2) motif naturalis berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, unsurunsur alam dan sebagainya. Terciptanya desain motif atau ragam hias dilandasi oleh penguasaan pendesain serta lingkungan yang dapat merangsang untuk menciptakan aneka corak ragam hias pada tenun endek.. Tenun endek dibuat berdasarkan persilangan antara benang pakan dan benang lungsin. Benang lungsin membujur menurut panjang kain sedang benang pakan melintang menurut lebar kain. Tenunan itu disusun dari benang pakan dan benang lungsin yang dipersilangkan lurus menurut sudut 90º (Agustien dan Endang Subandi, 1980:80). Untuk mendapatkan kain tenun yang baik, diperlukan keteraturan didalam menyusun benang lungsin dan benang pakannya (konstruksi tenunan) yang didasarkan pada silang tenunan. Silang tenunan yaitu silang dasar dan silang dasar yang divariasikan (Goet Poespo, 2005:26). Teknik menenun kain tenun endek adalah dengan sistem ikat yaitu dengan mengikat benang lungsin atau pakan, untuk membentuk hiasan. Pada umumnya di Bali untuk menenun orang-orang menggunakan alat sederhana yang disebut istilah prabot tenun cagcag dan untuk pembuatan ragam hias atau motif menggunakan teknik ikat (dengan mengikat benang lungsin atau pakan). Teknik ikat ada dua macam yaitu teknik ikat tunggal (benang pakan diikat dengan tujuan mendapatkan warna yang berbeda-beda untuk pembuatan ragam hias, sedangkan benang lungsin polos atau satu warna) dan teknik ikat ganda atau doble ikat (benang lungsin dan pakan kedua-duanya diikat, sedangkan menentukan ragam hias telah diperhitungkan pada saat nyuntik atau saat kedudukan benang lungsin mulai diatur dan kemudian diaturlah kedudukan benang pakannya hingga terbentuk ragam hias yang diinginkan). Penerapan ragam hias dengan teknik ikat dilihat dari proses pembuatannya yaitu pengikatan yang menggunakan rumus dan pencelupan yang berulang-ulang, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama. Tenun endek di Bali sampai saat ini mengalami perkembangan cukup pesat. Hampir tiap kabupaten di Bali mengembangkan tenun endek dengan berbagai ciri tersendiri sebagai identitas produksi daerahnya. Begitu pula pertenunan endek Artha Dharma yang terletak di Desa Sinabun, Kecamatan Sawan. Pertenunan Artha Dharma merupakan sentra pembuatan tenun endek yang ada di Kabupaten 322

Buleleng. Keanekaragaman jenis ragam hias, dan bentuk-bentuk ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Arta Dharma sangat tergantung dari jenis-jenis ragam hias yang dibuat oleh perajin setempat dan sangat berbeda dengan jenis ragam hias yang dibuat oleh perajin tenun endek di daerah lain. Perbedaan itu yang dapat memberikan ciri khas ragam hias tenun endek sebagai hasil karya perajin Arhta Dharma di Sinabun Buleleng.. Sampai saat ini pemilik pertenunan Artha Dharma selalu melakukan inovasi baik terhadap mengembangkan ragam hiasnya, pewarnaan, teknik pembuatannya. Agar keberadaan tenun endek tetap eksis, perajin harus selalu meningkatkan kreativitas untuk dapat menyasar pasar global. Untuk mempertahankan pasar, maka desain, jumlah, motif dan warna harus disesuaikan dengan keinginan pasar tanpa meninggalkan kekhasan corak dan motif budaya Bali (Tantra, 2015:3). Unsur budaya lokal yang ada di dalamnya akan memberi nilai tambah dan keunikan pada kain endek. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu untuk mengetahui ragam hias Tujuan dari penelitian initenun endek Artha Dhama. 1) mengetahui jenisjenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek di pertenunan Artha Dharma, 2) mendeskripsikan tentang komposisi penempatan ragam hias tenun endek Arhta Dharma Sinabun Buleleng, 3) mendeskripsikan penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek Artha Dharma Sinabun Buleleng. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan estetika dan etnografi, karena terciptanya ragam hias adalah merupakan hasil karya manusia melalui latar belakang budaya masyarakat pendukungnya. Lokasi penelitian adalah di Pertenunan Artha Dharma Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Pertenunan Arta Dharma merupakan pusat perajin tenun endek yang msih berkembang di Buleleng. Sumber data/ informan dalam penelitian ini adalah pemilik dan perajin tenun endek, yang dipilih secara purposif untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Pemilihan informan dengan pertimbangan berdasarkan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki tentang ragam hias dan jenisjenis ragam hias yang dapat ditempatkan/diterapkan pada tenun endek. Objek dalam penelitian ini adalah: a) jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma, b) komposisi penempatan ragam hias tenun endek, dan c) penempatan variasi-variasi ragam hias tenun endek. Tenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data yang diperoleh di lapangan menyangkut jenis-jenis ragam hias, komposisi penempatan ragam hias, dan variasi penempatan ragam hias tenun endek oleh perajin dianalisis secara deskriptif kualitatif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PENELITIAN Jenis produk khas perajin tenun tradisional di Pertenunan Artha Dharma adalah kain tenun cagcag yang merupakam warisan leluhur mereka sejak dulu. Selain menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), teknik pewarnaan benang juga masih menggunakan warna alami disamping itu juga ada menggunakan zat pewarna kimiawi. Pemasaran produk kain tenun endek sudah merambah hingga ke luar pulau Bali, dan bahkan sudah merambah ke manca negara. 3.1.1 Jenis-jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek di Pertenunan Artha Dharma. Ragam hias atau ornamen terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias sesuatu yang akan dihias. Ragam hias dimaksudkan 323

untuk menghias suatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah. Dalam penggunaannya ragam hias tersebut ada yang hanya berupa satu motif, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif dan ada yang distilasi atau digayakan. Dalam satu bidang tenun endek terdiri dari motif pokok, motif pinggiran dan motif isian. Penempatan motif pokok ada yang diletakkan pada pinggiran kain endek, dan ada juga diletakkan pada bidang kain yang penempatannya dilakukan secara beraturan, tergantung penggunaan bahan tersebut. Ragam hias pada tenun endek yang diciptakan Pertenuna Artha Dharma mengangkat potensi yang ada di Kabupaten Buleleng, seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan motif-motif geometris. Ragam hias yang diciptakan pada Pertenunan Artha Dharma sebagai berikut. a. Ragam hias anggur (tumbuh-tumbuhan) Ragam hias anggur diambil dari motif tumbuh-tumbuhan, dimana anggur merupakan potensi hasil perkebunan yang ada di Kabupaten Buleleng. Buleleng terkenal sebagai penghasil anggur hitam yang bisa diproduksimenjadiwine. Desain yang dibuat dari buah anggur dilengkapi dengan dedaunan sebagai pelengkap tampilan dari desain tersebut. Buah anggur tersebut distilir sesuai dengan imajinasi dari pembuat desain, kemudian dituangkan dalam benang pakan dengan sistem ikat. Berikut merupakan tenun endek dengan motif pokok buah anggur. b. Ragam hias bunga tunjung (tumbuhtumbuhan) Bunga tunjung merupakan motif dari tumbuh-tumbuhan. Motif ini oleh perajin/pencipta desain potensi yang ada di Buleleng. Oleh perajin dianggap sebagai ikon dari Kabupaten Buleleng. Bunga tunjung sebagai motif pokok, motif isiannya berupa motif geometris dengan ukuran kecil, sehingga menonjolkan motif pokoknya. Sedangkan pada pinggiran kain menggunakan motif geometris. Gambar 2. Ragam hias bunga tunjung c. Ragam hias burung bangau (binatang) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan perajin dan pemilik pertenunan, latar belakang munculnya motif burung bangau berdasarkan ada dua danau yang ada di daerah Buleleng. Pada danau tersebut ada banyak ikan, sehingga burung bangau banyak berdatangan mencari ikan. Pada ragam hias tenun endek burung bangau sebagai motif pokok, motif isiannya adalah tumbuh-tumbuhan dan batu-batuan. Gambar 1. Ragam hias anggur Gambar 5. Ragam hias burung bangau 324

d. Ragam hias singa (binatang) Ragam hias singa diambil dari ikon Buleleng. Motif singa tersebut dibuat dengan tambak samping dan tampak depan. Motif hias singa tampak samping dibuat saling berhadapan. Sedangkan singa tampak depan pada motif tersebut terlihat seperti tiga demensi. Motif singa tersebut merupakan motif pokok yang diletakkan pada pinggiran kain, dan motif isian menggunakan motif bunga dan motif geometris. Motif skordi merupakan bentuk dasar kotak-kotak dengan isian motif belah ketupat. Ciri khas motif skordi adalah kotak-kotak berwarna hitam dan putih (poleng). Skordi merupakan motif pokok sebagai latar belakang dan bentuk belah ketupat sebagai motif isian. Motif skordi ini oleh pemilik pertenunan dianggap sebagai kreasi yang inovatif dari pertenunan Artha Dharma, karena perpaduan dari endek dan songket. Gambar 9. Motif skordi Foto oleh: I Nyoma Sila Gambar 6. Ragam hias singa tampak samping e. Motif keeling (geometris) Motif keling merupakan ragam hias geometris, dimana bentuk dasarnya kotakkotak. Motif keling ini biasanya digunakan dalam upacara yadnya. Ciri khas dari motif keling ini adalah kotak-kotak yang berwarna kuning. Gambar 8. Motif keling 3.1.2 Komposisi Penempatan Ragam Hias Tenun Endek Artha Dharma Komposisi penempatan ragam hias tenun Endek Artha Dharma, secara umum tidak hanya satu jenis ragam hias yang ditempatkan pada selembar kain, namun ragam hias yang dominan sebagai ragam hias pokok. Ada beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian untuk memenuhi bidang kain endek tersebut, disamping itu juga terdapat ragam hias pinggiran. Komposisi penempatan ragam hias pokok ditempatkan secara penuh pada tengah kain dan ada juga ditempatkan pada pinggran kain saling bertautan pada bidang kain tenun endek. Penempatan ragam hias diatur dengan jarak antara motif satu dengan lainnya secara teratur sehingga ada sela-sela kosong. Secara keseluruhan semua motif hias tersebut penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis baik dari segi bentuk motif hiasnya maupun jenis warna f. Motif skordi 325

yang memberi keragaman variasi pada kain endek pada Pertenunan Artha Dharma. 3.1.3 Variasi Penempatan Ragam Hias Tenun Endek Artha Dharma Penempatan ragam hias pada kain tenun endek dilakukan sesuai dengan motif hias yang dibuat. Motif-motif hias sudah ada polanya pada benang pakan seperti misalnya singa, siapapun yang membuat motif hias tersebut polanya pasti sama sesuai dengan pakem sebagai motif tenun endek Artha Dharma. Variasi yang dilakukan oleh perajin adalah pada pengaturan penempatan isian dari motif tersebut. Variasi juga dilakukan pada objek-objeknya, dan juga pada penempatan hiasan pinggiran.di samping desain diciptakan sendiri sesuai dengan imajinasi perajin, konsumen yang membeli kain tenun endek kadang-kadang membawa desain motif sendiri. Melalui desain tersebut perajin membuat variasi-variasi yang berbeda dari yang sebelumnya. Variasi penempatan ragam hias pada tenun endek Artha Dharma, terletak pada penempatan motif pokok diletakkan pada bidang kain dan ada juga diletakkan pada pinggiran kain, disesuaikan dengan penggunaan kain tersebut. Variasi-variasi motif yang dibuat dengan cara memadupadankan motif yang satu dengan motif yang lainnya untuk mendapatkan desain motif endek yang baru. Untuk menambah variasi ragam hias tenun endek, pemilik pertenunan menggali potensi yang ada di Buleleng dan juga menggali desain lama untuk dimodifikasi, disesuaikan dengan selera pasar. Salah satu desain baru adalah kolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket.variasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkreasikan motif baru dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi dengan background yang bervariatif. 3.2 PEMBAHASAN Keberadaan kerajinan tenun tradisional Desa Sinabun tidak terlepas dari peran Pemerintah Kabupaten Buleleng yang sangat kontributif. Hal tersebut dapat dilihat dari diperdayakannya para perajin tenun tradisional di Buleleng untuk memproduksi kain endek khusus Pemkab yang digunakan oleh seluruh pegawai Pemkab. Selain peran serta tersebut Pemerintah Kabupaten Buleleng turut membantu menjaring bakat penenun dengan membuka pusat pelatihan dan pengembangan khusus pengrajin tradisional. Pemerintah juga telah membantu pemasaran kain tenun tradisional dan mengikutsertakan produk perajin kain tradisional dalam event-event pameran kesenian dan kebudayaan di tingkat nasional.berkembangnya usaha kain tenun tradisional ini sangat besar peranannya terhadap keberadaan kain endek yang ada di Kabupaten Buleleng. Keindahan tenun endek terlihat pada ragam hiasnya. Ragam hias tenun endek dibuat dengan cara mengikat pada benang pakannya. Adapun ragam hias atau motif yang digunakan pada tenun endek diambil dari alam sekitar yang dirangkum dalam kelompok ragam hias bentuk binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, geometris dan bentuk-bentuk ragam hias lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan di Pertenunan Artha Dharma dalam mengembangkan desain motifnya lebih banyak mengambil dari ragam hias tumbuhtumbuhan, binatang, dan bentuk geometris. Ragam hias tenun endek yang diambil dari unsur tumbuh-tumbuhan adalah bunga tunjung, anggur, bunga cempaka, semanggi gunung. Ragam hias dari binatang mengambil dari burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan bentuk geometris mengambil bentuk dari motif skordi dan motif keling. Pengembangan motif-motif tersebut diambil dari potensi yang ada di Kabupaten Buleleng. Seperti misalnya motif anggur dan singa menjadi ciri khas Kabupaten Buleleng. Dalam pembuatan motif tenun tersebut mengambil dari unsur 326

alam sekitar seperti unsur tumbuh-tumbuhan dan binatang. Suwati Kartiwa (1989: 6) menyatakan untuk mengembangkan ragam hias pada tenunan menggunakan unsur-unsur flora dan fauna. Proses penciptaan desain endek lebih mudah dilakukan dengan adanya kepedulian terhadap alam sekitarnya. Rasa kepedulian memberikan kemampuan untuk melihat perubahan-perubahan dengan lebih cepat. Keindahan dari tenun endek tidak lepas dari unsur seni dan keratifitas dari perajin tenun tersebut. Komposisi penempatan ragam hias umumnya tidak hanya satu jenis ragam hias, namun ada beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap untuk memenuhi bidang kain tenun endek. Ragam hias yang dominan sebagai ragam hias pokok dan ragam hias yang lainnya sebagai isian. Ragam hias pokok menggunakan motif singa, baik terlihat tampak depan maupun samping, untuk ragam hias isian menggunakan bentuk geometris atau pepatran. Komposisi penempatan motif hias disusun antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan ragam hias yang utuh. Penyusunan atau hubungan yang teratur antara unsurunsur yang terwujud sebagai keseluruhan itu merupakan suatu karya seni yang indah (A.A.M. Djelantik, 1999:41). Untuk melengkapi motif hias pokok supaya tidak monoton, dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasi. Penempatan variasi motif hias isian ada yang diletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Inovasi penciptaan kreasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket. Pertenunan Artha Dharma juga mencoba mengkreasikan motif baru dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi serta dengan latar belakang yang bervariatif. Dalam upaya menembus pasar global dan menyesuaikan selera pasar, para perajin endek harus kreatif dan inovatif menciptakan desain motif endek, yaitu: memodifikasi desain-desain yang lama, menciptakan desain motif mengambil dari unsur peninggalan sejarah, menciptakan motif hias dari tarian yang menjadi ciri khas budaya Bali. Di samping itu peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk menuju pasar nasional maupun internasional. Sampai saat ini pemilik pertenunan Artha Dharma selalu melakukan inovasi baik terhadap mengembangkan ragam hiasnya, pewarnaan, teknik pembuatannya, bahkan pemakaian terhadap tenun endek itu sendiri sudah merambah ke dunia fesyen. Agar keberadaan tenun endek tetap eksis, perajin harus selalu meningkatkan kreativitas untuk dapat menyasar pasar global. Untuk mempertahankan pasar, maka desain, jumlah, motif dan warna harus disesuaikan dengan keinginan pasar tanpa meninggalkan kekhasan corak dan motif budaya Bali (Tantra, 2015:3). Unsur budaya lokal yang ada di dalamnya akan memberi nilai tambah dan keunikan pada kain endek 4. PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) Jenis jenis ragam hias yang diterapkan pada tenun endek Artha Dharma diambil dari unsur tumbuh-tumbuhan, binatang, dan geometris. Ragam hias dari tumbuh-tumbuhan seperti, buah anggur, bunga tunjung, semanggi gunung, dan bungan cempaka. Ragam hias yang diambil dari binatang adalah burung bangau, singa tampak depan dan samping, dan ragam hias berbentuk geometris adalah motif keling dan skordi; (2) Komposisi penempatan ragam hias tenun endek Artha Dharma sesuai dengan jenis ragam hias yang diterapkan pada kain tenun endek tersebut. Secara umum tidak hanya satu jenis ragam hias yang ditempatkan, namun ragam hias yang dominana menjadi ragam hias pokok, 327

beberapa jenis ragam hias yang menjadi pelengkap atau isian, dan ragam hias pinggiran. Secara keseluruhan ragam hias tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis baik dari segi bentuk motif hiasnya maupun jenis warna yang memberi keragaman variasi warna motif tenun endek; (3) Penempatan variasi ragam hias tenun endek Artha Dharma sesuai dengan motif hias yang dibuat. Motif hias pokok dilengkapi dengan motif hias yang lain sebagai variasi. Variasi motif hias isian ada yang diletakkan diantara motif pokok dan ada juga diletakkan pada bidang tengah kain endek tersebut. Inovasi penciptaan kreasi tenun endek juga dilakukan dengan mengkolaborasi motif skordi dengan motif songket dan endek model keling kombinasi songket. Kreasi motif baru juga dilakukan dengan warna degradasi perpaduan antara pepatran dengan skordi serta dengan latar belakang yang bervariatif. DAFTAR PUSTAKA Agustien dan Endang Subandi. 1980. Pengetahuan Barang Tekstil. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Budhyani. 2010. Ragam Hias Kain Tenun Songket Bali (Prosiding) Seminar Nasional Mindset Revolution. Malang: Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Kartiwa, Suwati. 1996. Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama. Poespo, Goet.2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta:Kanisius. Suhersono, Hery.2004. Desain Motif. Jakarta: Puspa Swari. Tantara, Dewa Komang. 2015. Solipsisme Bali. Denpasar:Wisnu Press. 328