BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan, maka dari itu sejak 2014 setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan basis akrual dimaksudkan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif dan lebih baik bagi para pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan basis kas menuju akrual yang selama ini digunakan. Tahun 2016 ini, pemerintah pusat dan daerah harus sudah menggunakan basis akrual dalam penyajian laporan keuangan pemerintah. Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Akan tetapi, terdapat beberapa permasalahan yang timbul karena penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual, diantaranya yaitu dibutuhkan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan memerlukan Sumber 1
2 Daya Manusia (SDM) yang benar-benar menguasai akuntansi pemerintahan (Halim, 2012). Permasalahan lainnya adalah adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, sehingga memerlukan sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Dalam rangka mendukung penerapan akuntansi berbasis akrual, penggunaan teknologi yang andal sangat diperlukan guna mendukung keberhasilan pengolahan data. Adanya kompleksitas dalam implementasi akuntansi berbasis akrual menyebabkan perlunya staf akuntansi yang memiliki kapabilitas di bidang pengelolaan keuangan daerah serta harus memahami sistem akuntansi yang baru agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna (Sinarwati dkk, 2014). Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) selanjutnya akan dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat ataupun Daerah, dan keluaran dari sistem akuntansi itu pun nantinya harus sesuai dengan standar akuntansi. Singkatnya, SAP mengatur mengenai keluaran yang diharapkan, sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah merupakan gabungan dari langkahlangkah untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan SAP. Maka dari itu, pemahaman terhadap sistem akuntansi keuangan daerah juga merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan daerah. Sistem akuntansi keuangan dan pengelolaan keuangan daerah harus dipahami secara memadai oleh pengelola dan penyaji informasi laporan keuangan. BPK telah menyampaikan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2016 kepada DPR, ikhtisar tersebut berisi ringkasan dari 696 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang terdiri dari 116 LHP pemerintah pusat, 551 LHP
3 pemerintah daerah, serta 29 LHP BUMN dan badan lainnya. Dari pemeriksaan tersebut 60% atau 385 laporan keuangan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun BPK mengungkapkan terdapat 10.918 temuan yang memuat 15.568 permasalahan, sebanyak 49% permasalahan adalah tentang kelemahan sistem pengendalian internal dan 51% tentang permasalahan SDM yang tidak patuh terhadap peraturan perundang-undangan (www.bpk.go.id). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan pembuatan laporan keuangan berbasis akrual di pemerintah daerah masih mengalami kendala karena masih dalam tahap transisi dari laporan berbasis kas. Menurut Ketua BPK Republik Indonesia Harry Azhar Azis, kendala-kendala tersebut berada di kualitas sumber daya manusia dan belum semua daerah memiliki sarana penunjang pengauditan, seperti audit elektronis. Masih ada pula yang belum mengetahui sudah dimulainya penerapan basis akrual untuk laporan keuangan daerah, bahkan belum mengerti apa itu akuntansi berbasis akrual. (Metronewstv.com) Selain itu, Ketua BPK Perwakilan Jawa Barat Armand Syifa menungkapkan manfaat yang diharapkan oleh pemerintah daerah dari sistem akuntansi berbasis akrual diantaranya dapat memberikan gambaran utuh atas posisi keuangan pemerintah daerah, menyajikan informasi sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah, dan memberi informasi yang lebih berkualitas dalam evaluasi kerja pemerintah daerah. Namun di Kota Bandung, sejumlah dinas juga masih dihadapkan dengan permasalahan penerapan aplikasi akuntansi berbasis akrual, permasalahan terkait beban penyusutan yang tersaji di Laporan Operasional, masalah penyajian dana BOS dan dana lainnya di luar
4 APBN, serta persiapan pemerintah daerah yang belum sepenuhnya efektif untuk mendukung penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual. (detik.com) BPK Perwakilan Jawa Barat menyerahkan LHP atas LKPD TA 2015 kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk kelima kalinya. Namun ternyata dari seluruh SKPD di Jawa Barat terdapat 4 Kabupaten/Kota yang masih memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Pangandaran, Kota Cirebon, dan salah satunya adalah Kota Bandung. Berdasarkan ekspose dari BPK, laporan keuangan 11 SKPD Kota Bandung masih bermasalah, secara umum temuan tersebut terkait nilai dan kepatuhan dalam mengikuti aturan penggunaan anggaran pemerintah sebagaimana diatur dalam Permendagri, masalah yang berkaitan dengan aset-aset Pemerintah Kota Bandung yang dipakai PNS melalui mekanisme pinjam pakai, dan kurangnya pemahaman terhadap standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Permasalahan-permasalahan tersebut membuktikan bahwa kinerja dari pemerintah daerah masih jauh dari harapan. Hal ini menjadi tolak ukur tentang kurangnya pemahaman sistem akuntansi keuangan pada staf akuntansi pemerintah daerah (www.bandung.bpk.go.id). Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung, untuk hasil pemeriksaan LKPD Tahun Anggaran 2010-2015 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
5 Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun 2010-2015 No. Tahun Opini 1 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 6 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber: www.bandung.bpk.go.id Hal ini menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh pemerintah Kota Bandung masih mengandung beberapa kesalahan baik yang disengaja maupun tidak dan belum memenuhi kriteria yang disyaratkan. Sedangkan salah satu karakteristik laporan yang berkualitas salah satunya adalah andal yaitu tidak mengandung pengertian yang menyesatkan, kesalahan yang material, dan disajikan secara jujur dan lengkap. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai, maka laporan keuangan harus disusun oleh personil yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi (Tuasikal, 2009). Pernyataan ini menandakan sistem akuntansi keuangan harus dipahami secara memadai oleh pengelola dan penyaji informasi keuangan. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Survey pada 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung).
6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. 2. Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. 3. Bagaimana Pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana Kualitas Laporan Keuangan di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung.
7 1.4 Kegunaan Penelitian Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Bagi Penulis Sebagai bahan pembelajaran, serta menambah ilmu dan pengetahuan mengenai konsep-konsep standar akuntansi pemerintahan dan pentingnya pemahaman standar akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagi Pemerintah Kota Bandung Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi, serta sumbangan pemikiran untuk instansi pemerintah Kota Bandung agar lebih memperhatikan pentingnya pemahaman standar akuntansi pemerintahan dalam menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang berkualitas. 3. Bagi Pihak Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan dan informasi pendukung untuk penelitian selanjutnya serta menjadi sumber informasi atau masukan mengenai konsep pemahaman standar akuntansi pemerintahan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi penulis melakukan penelitian pada 21 Dinas Pemerintah Kota Bandung. Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2016 sampai bulan April 2017.