Tata Cara Penyampaian Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah Tata Cara Penetapan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN II Nota Penghitungan (nothit) PPN atas: F Folio 2 Lembar

Nomor :... 1)... 2) Lampiran :... 3) Hal : Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. Wakil Kuasa dari Wajib Pajak :

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.03/2010 TENTANG

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG


TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN NOMOR SE-39/PJ/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang perdagangan umum dan jasa serta melayani pengujian produksi sumur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-15/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-15/PJ/2012 TENTANG

SURAT PERNYATAAN KOP SURAT BANK/POS. Dengan ini <Nama Bank/POS> menyatakan hasil konfirmasi yang sepenuhnya dilakukan sendiri melalui web portal MPN :

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 26/PJ/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

21. Surat Pengantar, Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas Pengurangan Denda Administrasi PBB dan berkas permintaan pengurangan denda administrasi

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP.

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-34/PJ/2013 TENTANG

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-64/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG

...1. DAFTAR TUNGGAKAN PBB LUNAS BERDASARKAN PENYELESAIAN DATA TUNGGAKAN PBB Nomor : 2)

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I. SURAl EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 77 /PJ/2015 TENTANG

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor adalah surat yang menyatakan Wajib

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

TATA CARA PENGUSULAN DAN PENETAPAN WP NE ATAU PENGAKTIFAN KEMBALI WAJIB PAJAK NON EFEKTIF PADA KPP

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

TATA CARA PENGUSULAN DAN PENETAPAN WP NE ATAU PENGAKTIFAN KEMBALI WAJIB PAJAK NON EFEKTIF PADA KPP

TATA CARA PEMBENTUKAN TIM ASISTENSI ANALISIS RISIKO DAN PEMBAHASAN ANALISIS RISIKO WAJIB PAJAK

SOP PELAYANAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PENDAFTARAN NPWP

PELAKSANAAN PROSES PENERIMAAN, PENGOLAHAN DAN PEREKAMAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOJONEGORO

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-35/PJ/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-22/PJ/2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENYELESAIAN PEMINDAHBUKUAN DI KPP PRATAMA KEPANJEN

TATA CARA PENELITIAN DAN PENERIMAAN SPT MASA PPN

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG

BUPATI BONE BOLANGO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 29 TAHUN 2013

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/PMK.03/2018

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2012

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 02/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

SE - 17/PJ/2012 TATA CARA PENGAWASAN PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK

2015, No mengatur pelaksanaan lebih lanjut ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT PADA KP2KP

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 05/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG

21/PJ/2009 TATA CARA PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PPDDP

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA DAN ANALISIS

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENATAUSAHAAN LAPORAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA

KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pertambahan Nilai (PPN). Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Wasita Prama

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

2. Kepala Kantor Wilayah mendisposisikan surat permohonan tersebut kepada Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 27/PJ/2010 TENTANG

TINGKAT RISIKO PENGUSAHA KENA PAJAK

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 74/PMK.03/2012 TENTANG

Transkripsi:

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-144/PJ/2010 TENTANG : PENEGASAN TATA CARA PENETAPAN PENGUSAHA KENA PAJAK BERISIKO RENDAH DAN TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PENGUSAHA KENA PAJAK BERISIKO RENDAH A. Tata Cara Penyampaian Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah 1. Pengusaha Kena Pajak mengisi Surat Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah dengan lengkap dan benar serta melampirkan dokumen sebagai berikut: a. bagi Perusahaan Terbuka: - Laporan Bulanan Kepemilikan Saham Emiten atau Perusahaan Publik; dan - Rekapitulasi yang telah dilaporkan. b. bagi Perusahaan BUMN/BUMD: - Akta Pendirian dan perubahannya. c. bagi Produsen selain Perusahaan Terbuka dan BUMN/BUMD: - Surat Pernyataan bahwa nilai Barang Kena Pajak yang dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) adalah produksi sendiri; - Laporan Keuangan untuk 2 (dua) tahun pajak sebelumnya yang diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian. 2. Pengusaha Kena Pajak menyampaikan Surat Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah dan lampirannya ke Kantor Pelayanan Pajak ke tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan paling lama 15 (lima belas) hari kerja sebelum dimulainya Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. 3. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha menginginkan untuk ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah untuk setiap tempat kegiatan usahanya, maka harus mengajukan permohonan pada setiap Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. 4. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak telah melakukan pemusatan tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka Pengusaha Kena Pajak hanya mengajukan permohonan penetapan Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah pada Kantor Pelayanan Pajak tempat pemusatan dilakukan. B. Tata Cara Penetapan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah 1. Pengusaha Kena Pajak menyampaikan surat permohonan penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima berkas surat permohonan penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah kemudian meneliti kelengkapan persyaratan. Dalam hal berkas permohonan belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas permohonan sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian mencetak BPS dan LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan berkas permohonan beserta kelengkapannya. Petugas TPT kemudian meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima surat permohonan Pengusaha Kena Pajak dan menugaskan Account Representative (AR) untuk melakukan penelitian. 4. AR melakukan penelitian terhadap kelengkapan permohonan Pengusaha Kena Pajak dan pemenuhan kriteria. Berdasarkan hal tersebut AR membuat Laporan Hasil Penelitian dan konsep Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses kemudian meneruskan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian dan memaraf serta menyetujui (approve) konsep Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses kemudian meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian dan menyetujui (approve) konsep Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses kemudian diteruskan ke Seksi Pelayanan. 7. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Hasil Penelitian dan Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan Bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses, kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses. 8. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. 9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses. 11. Surat Keputusan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah atau Surat Pemberitahuan bahwa Permohonan Tidak Dapat Diproses ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Pengusaha Kena Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 12. Proses selesai. 13. Jangka waktu penyelesaian permohonan penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap.

C. Tata Cara Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah 1. Kepala Seksi Pemeriksaan menyampaikan foto copy Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan/Berita Acara Hasil Pemeriksaan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima foto copy Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan/Berita Acara Hasil Pemeriksaan dan menugaskan kepada AR untuk membuat konsep Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. 3. AR membuat konsep Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 4. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menyetujui (approve) konsep Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah kemudian menyampaikan ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menyetujui (approve) konsep Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah kemudian diteruskan ke Seksi Pelayanan. 6. Kepala Seksi Pelayanan menerima dan menugaskan pelaksana untuk mencetak konsep Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. 7. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah kemudian meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. 8. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 9. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Surat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah. 10. urat Pemberitahuan Pencabutan Penetapan Pengusaha Kena Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Pengusaha Kena Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 11. Proses selesai. 12. Jangka waktu penyelesaian paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan atau ditandatanganinya Berita Acara Hasil Pemeriksaan.

D. Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah 1. Pengusaha Kena Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak dengan menggunakan: a. Surat Pemberitahuan Masa Pajak PPN yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak dengan cara mengisi kolom Dikembalikan (restitusi) ; atau b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom Dikembalikan (restitusi) dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak. Permohonan pengembalian kelebihan pajak diajukan dalam 1 (satu) surat permohonan untuk 1 (satu) Masa Pajak. 2. Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian merekam dan mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Pengusaha Kena Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan. Petugas TPT kemudian meneruskan surat permohonan ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Catatan Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pajak menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak PPN yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak, maka Surat Pemberitahuan Masa Pajak PPN di proses sesuai dengan SOP Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). 3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima Surat Pemberitahuan Masa PPN atau surat permohonan Wajib Pajak dan menugaskan AR untuk melakukan penelitian. 4. AR melakukan penelitian terhadap: a. kebenaran pemenuhan ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009; b. kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya; c. kebenaran penulisan dan penghitungan pajak; dan d. kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak. Catatan Dalam hal setelah dilakukan penelitian ternyata Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (4b) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, maka SKPPKP tidak diterbitkan dan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak diproses berdasarkan ketentuan Pasal 17B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. 5. AR melakukan konfirmasi atas kredit pajak, menyusun dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian, serta menginput dan mencetak Nothit SKPPKP atau membuat konsep Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan kemudian meneruskan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 6. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian, serta memaraf Nothit SKPPKP atau memaraf dan menyetujui (approve) Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan kemudian meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Laporan Hasil Penelitian dan memaraf Nothit SKPPKP atau menyetujui (approve) Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan. Nothit SKPPKP yang sudah ditetapkan atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan yang sudah disetujui diteruskan ke Seksi Pelayanan. 8. Kepala Seksi Pelayanan menerima Laporan Hasil Penelitian dan Nothit SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan, kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan. 9. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan. 10. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 11. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan. 12. SKPPKP atau Surat Pemberitahuan SKPPKP Tidak Diterbitkan ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan ke Pengusaha Kena Pajak melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP). 13. Pemrosesan atas SKPPKP dilanjutkan ke SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). 14. Proses selesai. 15. Jangka waktu penyelesaian paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap.