BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi makro, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penerimaan devisa dari ekspor, dan sumber bahan baku bagi industri hilir hasil pertanian. Gula dan minyak goreng dengan bahan baku CPO merupakan kebutuhan pokok dan penentu laju inflasi, suatu indikator ekonomi makro yang selalu mendapat perhatian dan menimbulkan kekhawatiran. Areal dan produksi komoditas perkebunan pada 25 tahun terakhir secara konsisten meningkat, masing-masing dengan laju 4,8% dan 5,6% per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan 2000). Devisa yang diperoleh dari ekspor karet, kopi, kakao, minyak sawit dan teh pada tahun 1999 mencapai lebih dari US$ 3208 miliar atau sekitar 8,36 persen dari total nilai ekspor non migas (Badan Pusat Statistik, 2000). Dengan total areal perkebunan lebih dari 13,4 juta ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2000), jumlah tenaga kerja yang terserap pada subsektor perkebunan diperkirakan mencapai lebih dari 13 juta orang. Karena berbasis pada sumberdaya domestik, komoditas perkebunan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif Perkebunan perannya bagi Indonesia mempunyai arti penting bagi pembangunan pertanian Indonesia. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, sektor perkebunan juga sebagai asumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah produsen hasil-hasil perkebunan utama di dunia. Hasil-hasil perkebunan Indonesia antara lain kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dll. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor perkebunan, karena sektor ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam pembentukan berbagai realitas sosial ekonomi masyarakat di Indonesia. Perkebunan di satu sisi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat Indonesia dengan ekonomi dunia. Perkebunan memberikan keuntungan finansial yang besar, serta membuka kesempatan ekonomi baru, namun pada sisi lain perkebunan juga dianggap sebagai kendala bagi 1
diversifikasi ekonomi masyarakat yang lebih luas, sumber penindasan, serta salah satu faktor yang menimbulkan kemiskinan struktural. Memasuki era orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan lapangan dan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagai sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru bagi perkebunan. Hal ini didukung pula oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan perkebunan inti rakyat (PIR-BUN). Dalam pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat di sekitarnya yang menjadi plasma. Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR- Transmigrasi sejak tahun 1986. Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu (Saragih, 2003) (1) sub sektor perkebunan merupakan penggerak utama dari sektor pertanian mulai hulu sampai hilir, (2) pembangunan sub sektor perkebunan merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup besar dan sebagai sumber pendapatan petani, (3) sub sektor perkebunan merupakan penghasil devisa yang besar. Berbagai kemajuan telah diperoleh dalam pengembangan perkebunan dan berbagai manfaat telah dapat diwujudkan sebagai hasil upaya dari perusahaan perkebunan serta petani. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat/petani dan dukungan yang diberikan pihak perbankan sebagai sumber dana serta dukungan fasilitas penelitian dan pengembangan serta sarana dan prasarana ekonomi dan sosial oleh berbagai instansi terkait. Hal ini tentunya dilakukan dalam proses antisipasi terhadap persaingan bisnis perkebunan. Produksi hasil perkebunan yang selalu meningkat seiring dengan konsumsi yang juga meningkat, mengharusnya setiap perusahaan perkebunan mampu mengantisipasi serta mengelola strategi dalam persaingan akan produk-produk perkebunan baik di dalam negeri maupun skala internasional. Membuka usaha atau berinvestasi di bidang perkebunan, haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi kerugian di masa mendatang. Dalam upaya suatu perusahaan khususnya perusahaan perkebunan menjadi perusahaan yang baik dan mempunyai daya saing yang tinggi, maka harus menjalankan kaidahkaidah manajemen terutama di bidang keuangan dan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). 2
Tujuan utama suatu perusahaan adalah meraih keuntungan (profit) serta dapat bertahan dan berkelanjutan jalannya perusahaan. Karena itu, perusahaan dituntut untuk membuat atau menginformasikan kondisi perusahaan sebagai acuan berbagai pihak yang terkait sebagai gambaran pihak-pihak yang terkait tersebut mengenai kondisi khususnya keuangan pada perusahaan tersebut. Informasi khususnya bidang keuangan ini terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, ikhtiar laba ditahan serta perkembangan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. Sebuah laporan keuangan dapat diinterpretasikan dari sudut pandang yang berbeda, karena itu sebuah laporan keuangan harus menyediakan perspektif yang memadai untuk memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan. Misalnya, bagi masyarakat akan melihat sumbangan perusahaan pada lingkungannya, bagi karyawan berkepentingan untuk melihat apakah perusahaan tetap menguntungkan sehingga mereka tetap dapat eksis bekerja, bagi para pemasok akan melihat apakah perusahaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar produk-produknya. Di dalam laporan keuangan yang disajikan, interpretasi tidak hanya dilakukan melalui neraca keuangan, namun dapat diinterpretasikan melalui informasi yang disajikan dalam laporan rugi laba. Laba merupakan tolok ukur utama dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Sehingga di dalam menyajikan laporan keuangan harus menyediakan informasi yang baik dan tepat kepada para pemberi pinjaman dan pemerintah, karena keberhasilan usaha harus memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Kegiatan akuntansi pada dasarnya merupakan kegiatan mencatat, menganalisis, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lainnya. Aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan pertukaran barang dan jasa. Laporan keuangan, di samping sebagai alat informasi dapat juga dipergunakan sebagai alat komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dapat dikatakan baik atau tidak, dapat diketahui dari laporan keuangannya, karena laporan keuangan mencerminkan kondisi perusahaan yang bersangkutan pada suatu periode tertentu, pada umumnya pada tiap-tiap akhir periode. Pihak-pihak terkait dapat menganalisis atau menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan dengan menginterpretasikan data yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut, sehingga keputusan ekonomi yang tepat dapat diambil. 3
Laporan keuangan dapat sebagai alat penguji, karena didalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi-laba, ikthtisar laba yang ditahan dan laporan posisi keuangan dijelaskan secara rinci tentang posisi keuangan dan perkembangannya serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan dapat juga merupakan alat pertanggungjawaban kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Laporan keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena tanpa adanya laporan keuangan, pihak-pihak yang terkait dan berkompeten akan sulit melakukan penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan. Melakukan penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan tidaklah mudah, tanpa adanya suatu ukuran atau parameter tertentu sehingga menimbulkan permasalahan bagaimanakah cara menilai kinerja suatu perusahaan dengan informasi yang tersedia didalam suatu laporan keuangan. Demikian pula untuk perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan risiko yang tinggi, pada umumnya pihak investor yang akan menanamkan investasinya memperoleh informasi mengenai keuangan perusahaan dengan sangat terbatas, karena belum banyak perusahaan perkebunan yang dikelola secara professional dan modern, sehingga belum dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan bidang lain. Di samping penilaian kinerja perusahaan dengan melakukan analisis laporan keuangan, perusahaan dianggap bereputasi baik dan mempunyai nilai tambah jika dalam pengelolaan usahanya juga menjalankan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Good corporate governance mempunyai tujuan untuk melindungi para pemegang saham. Good Corporate Governance juga berfungsi untuk menumbuhkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Jika perusahaan tersebut mempunyai komitmen dan konsisten menjalankan prinsip Good Corporate Governance dengan sendirinya menumbuhkan kepercayaan investor. Para stakeholders dapat memperoleh informasi dengan benar, akurat, tepat waktu dan kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat eksis dalam persaingan global. B. Perumusan Masalah PT. Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) adalah suatu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang agribisnis perkebunan baik perkebunan tanaman tahunan maupun tanaman semusim. Dalam menghadapi persaingan bisnis perkebunan, PTPN 4
IX harus siap menghadapi persaingan itu dan mampu menghadapi dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan (PTPN IX), maka permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan produksi, investasi dan penjualan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 2. Bagaimana kinerja sektor-sektor bisnis PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 3. Bagaimana kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini, adalah : 1. Mengetahui perkembangan produksi, investasi dan penjualan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 2. Mengetahui kinerja sektor-sektor bisnis PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). 3. Mengidentifikasi dan menganalisis kinerja keuangan yang mempengaruhi laba/rugi pada PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan untuk melatih kemampuan analisis masalah serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi bisnis perkebunan. Penelitian ini juga digunakan untuk memperoleh gelar Master of Science (M.Sc.) pada Program Magister Manajemen Agribisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2. Bagi Perusahaan (PT. Perkebunan Nusantara IX), memberikan masukan dan informasi dalam analisis kinerja keuangan dan profitabilitas berkaitan dengan pengembangan bisnis perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IX. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran tentang analisis lingkungan dalam perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IX serta sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya. 5