HUBUNGAN JENJANG PENDIDIKAN IBU DENGAN KEBIASAAN MEMBERIKAN MP-ASI (Relationship Between Educational Level With The Habbit to Give MP-ASI)

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI KONTRAKSI PADA IBU INPARTU (Relationship Between Pregnancy Exercise With Pain Contraction In Labour)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 6 36 BULAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH MOTHER OF CONDUCT GIVING FOOD COACH ASI (MP-ASI) IN THE VILLAGE KEMUNING, NGARGOYOSO, KARANGANYAR

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BARATAN KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2014

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Sartika Zefanya Watugigir Esther Hutagaol Rina Kundre

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

[ ARTIKEL PENELITIAN ]

Nisa khoiriah INTISARI

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton, Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

KONDISI EKONOMI DAN BUDAYA KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMIGALUH I

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA PERSATUAN 2 TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program D IV Kebidanan U Budiyah Banda Aceh

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP ORANG TUA DALAM MELAKUKAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TKK SANG TIMUR MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Darmayanti Wulandatika. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

Devi C.D. Simbolon 1, Heru Santosa 2, Asfriyati 2 ABSTRACT

Umi Sa adah, Asih Setyorini

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PEMBERIAN KIE DENGAN PENGETAHUAN NUTRISI MASA NIFAS DI PUSKESMAS KEDUNGDUNG SAMPANG

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN JENJANG PENDIDIKAN IBU DENGAN KEBIASAAN MEMBERIKAN MP-ASI (Relationship Between Educational Level With The Habbit to Give MP-ASI) Endang Maryani dan Intin Ananingsih STIKes Patria Husada Blitar e-mail: intin_ananingsih@yahoo.com Abstract: The process of giving of MP-ASI is one diet that formed by person's eating habits and culture. In the process of giving MP-ASI, education level takes an important role on it. Method: The research design was correlational design. The research sample was 20 mothers in Posyandu Dayu Village, Nglegok Subdistric, Blitar. It was choosen using total sampling. The data was collected using questionnaire. The data was analysed using Spearman Rank Test. Result : The results showed by Spearman Rank correlation (Rho) that the p value = 0,006. Discussion : Based on the results of the research it could be expected that mothers with 6-9 months baby more active to increase their knowledge in MP-ASI from electronic and mass media so that they could increase their capability of providing MP-ASI in the baby 6-9 months.. Keywords : education level, MP-ASI Makanan utama untuk bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI mempunyai keunggulan yang tak tergantikan oleh makanan dan minuman apapun. Namun, setelah bayi berumur 6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang aktifitasnya sudah cukup banyak. Pada umur 6 bulan, berat badan bayi yang normal sudah mencapai 2-3 kali berat badan saat lahir. Pesatnya pertumbuhan bayi perlu dibarengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, selain ASI, bayi pada umur 6 bulan juga perlu diberi makanan tambahan disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan (Prabantini, 2010:2). Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) plus ASI hingga bayi berumur 2 tahun sangatlah penting bagi bayi. Beberapa riset belakangan ini menghasilkan banyak hal yang menegaskan bahwa MP-ASI sebaiknya di berikan setelah bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Dengan kata lain, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain itu, bila MP-ASI tidak segera diberikan, masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah (6-7 bulan) dikhawatirkan akan terlewati. Bila ini terjadi, di kemudian hari bayi akan mengalami kesulitan untuk menelan makanan, atau akan menolak makanan bila di beri makanan padat (Aminati, 2013:48) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di posyandu balita desa Dayu Kecamatan Nglegok pada 9 ibu yang mempunyai bayi berusia 6-9 bulan, dengan teknik wawancara diperoleh hasil bahwa ada 7 orang ibu yang memberikan MPASI pada bayinya meskipun umurnya masih belum mencapai 6 bulan. Padahal apabila pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini 126

Maryani dan Ananingsih, Hubungan Jenjang Pendidikan Ibu 127 yaitu dibawah usia 6 bulan akan berdampak buruk bagi kesehatan bayi terutama sistem pencernaannya (Prabantini, 2010:7). Selain itu ada 2 orang ibu yang tidak memberikan MP- ASI kepada anaknya meskipun usia anak sudah lebih dari 6 bulan dengan alasan ASInya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Pemberian MP-ASI merupakan salah satu pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang. Dalam pemberian MP-ASI pendidikan seseorang sangatlah berpengaruh, seseorang yang pendidikannya rendah cenderung memiliki prinsip dalam memberikan makanan yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Sedangkan seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Sulistyoningsih, 2011:52-54). Selain itu pemberian MP-ASI juga dipengaruhi oleh jumlah anak. Ibu yang baru memiliki anak pertama, mereka cenderung memberikan MP-ASI anaknya tidak sesuai dengan usinya, teksturnya, dan banyaknya MP- ASI yang diberikan dengan alasan tidak tahu, karena disuruh orang tua, dan belum berpengalaman. Sedangkan untuk ibu yang memiliki anak lebih dari satu dan masih kecil, mereka cenderung memberikan MP-ASI kepada anaknya asal diberi, yang terpenting anak kenyang dan tidak rewel dikarenakan repot dan harus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. BAHAN DAN METODE Desain penelitian analitik korelasional dengan menggunakan rancangan cross sectional yang merupakan rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Subyek penelitian ini keseluruhan dari populasi ibu yang mempunyai bayi mulai umur 6-9 bulan di posyandu balita Berdasarkan masalah diatas tersebut menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI masih belum sesuai diberikan kepada anak. Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat maka penulis tertarik meneliti mengenai hubungan jenjang pedidikan ibu dengan kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Rumusan masalahnya adalah adakah hubungan jenjang pedidikan ibu dengan kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan di Posyandu Balita Desa Dayu kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Tujuan umumnya adalah mengetahui hubungan jenjang pedidikan ibu dengan kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) Mengidentifikasi jenjang pendidikan ibu, (2) Mengidentifikasi kebiasaan memberikan MP- ASI umur 6-9 bulan, (3) Menganalisa hubungan jenjang pendidikan ibu dengan kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Manfaat penelitian secara praktis adalah dapat digunakan sebagai masukan dalam umumnya mengetahui pentingnya pemberian MP-ASI yang sesuai dengan usia anak, sehingga dapat mendeteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Manfaat penelitian secara teoritis adalah dapat menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman nyata dalam menyelesaikan tugas karya ilmiah, selain itu peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori yang didapat selama proses perkuliahan serta menambah wawasan baru mengenai suatu permasalahan dan mencari pemecahan masalah melalui kerangka pikir yang bersifat ilmiah. Desa Dayu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar sejumlah 21 orang yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian ini dipilih secara total sampling. Variabel bebasnya adalah jenjang pendidikan ibu. Variabel terikatnya adalah kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Skor yang diperoleh diubah menjadi kategori jenjang pendidikan dan kategori kebiasaan memberikan MP-ASI, dan untuk mengetahui pengaruh variable independent dan

128 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm.126-131 dependen menggunakan analisis Uji Korelasi Karakteristik ibu yang memiliki bayi usia 6-9 bulan. Tabel 1. Karakteristik responden No Karakteristik F % 1 Umur - < 20 tahun 6 28,6-20 35 tahun - > 35 tahun 11 4 52,4 19,0 2 Jumlah anak - Satu 12 57,1 - Dua 8 38,1 - SMA 1 4,8 3 Pekerjaan - IRT 16 76,2 - Swasta - Wiraswasta 4 19,0 4,8 4 Informasi 1 - Ya 21 100 - Tidak 0 0 5 Sumber Informasi - Petugas Kesehatan 17 81 - Media Cetak - Keluarga / teman 1 3 4,8 14,3 Sperman Rank. HASIL PENELITIAN No Jenjang f % 1 Tinggi 1 4,8 2 Menengah 11 52,4 3 Dasar 9 42,9 Tabel 3. Kebiasaan Memberikan MP-ASI No Kebiasaan MP-ASI f % 1 Baik 4 19,0 2 Cukup 12 57,1 3 Kurang 5 23,8 Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki jenjang pendidikan menengah dan kebiasaan cukup dalam memberikan MP-ASI sebesar 42,9%. Hasil uji Spearman rank menunjukkan nilai p value = 0,006, sehingga nilai p value 0,006 < 0,05 atau signifikan artinya adanya hubungan antara memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Selain itu, terdapat hubungan positif yang kuat antara memberikan MP-ASI ditandai dengan nilai korelasi r = 0,579. Tabel 2. Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Ibu Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 52,4% ibu memiliki jenjang pendidikan menengah. Jenjang pendidikan menengah ibu ini adalah pendidikan yang setara dengan pendidikan SMA. Pendidikan ialah segala usaha dari orang tua terhadap anak-anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki bertumbuhnya segala kekuatan rohani dan jasmani, yang ada pada anak-anak karena kodrat iradatnya sendiri (Notoatmodjo, 2003). Adanya pendidikan ibu yang tergolong dalam jenjang pendidikan menengah ini merupakan bentuk dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Dengan pendidikan yang baik tentunya akan meningkatkan daya nalar, pemahaman mengenai sesuatu dan status ekonomi ibu. Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia (human PEMBAHASAN resource) yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai tuntutan pembangunan bangsa. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan menengah yang dimiliki ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan tentunya mampu mendorong seseorang dalam bertindak dalam hal yang menguntungkan atau merugikan bagi diri sendiri dan keluarganya khususnya dalam hal kesehatan. Faktor pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan mudah menerima informasi kesehatan dari berbagai media dan biasanya ingin selalu berusaha untuk mencari info mengenai hal yang berguna baginya.

Maryani dan Ananingsih, Hubungan Jenjang Pendidikan Ibu 129 Pendidikan pada jenjang yang menengah ini juga dapat menunjang ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan dalam meningkatkan status ekonomi keluarganya. Status ekonomi adalah suatu konsep, dan untuk mengukur status ekonomi keluarga harus melalui variabelvariabel pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Pendapatan mempengaruhi kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal sehingga mereka akan lebih sulit untuk beraktifitas dan berkreatifitas untuk menambah pendapatan. Akan tetapi, dalam data pekerjaan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga sehingga mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan dan merawat anaknya untuk mencapai kesehatan yang optimal. Kebiasaan Memberikan MP-ASI Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 57,1% ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan memiliki kebiasaan cukup dalam memberikan MP-ASI. Kebiasaan merupakan tindakan atau perilaku yang diambil oleh seseorang. Notoadmdjo (2003) mengungkapkan perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Adanya kecenderungan kebiasaan yang cukup ini merupakan aktulisasi dari perilaku ibu dalam memberikan MP-ASI kepada anaknya. Perilaku dipengaruhi oleh 3 factor utama, yaitu:. faktor faktor predisposisi (predisposing factor), faktor faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor faktor penguat (reinforcing factor). Adanya kebiasaan cukup ini diduga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pengalaman, sosial budaya dan status ekonomi responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 57,1% ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan memiliki satu anak dan 33,3% memiliki kebiasaan cukup dalam memberikan MP-ASI. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmdjo, 2003). Responden yang memiliki satu anak tentunya belum memiliki pengalaman dalam menerapkan atau mempraktekkan apa yang belum pernah mereka ketahui dan lakukan. Ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan belum memiliki ketrampilan dalam mempersiapkan MP-ASI sesuai dengan umur anaknya. Kebiasaan ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada anak dengan porsi 1 sendok teh, secara bertahap diperbanyak saat usia anak 6 bulan. Selain itu, tidak memberikan setiap hari makanan pendamping ASI 1-2 kali sehari dan 1 kali camilan (buah halus) saat usia anak 6 bulan. Hal ini dibuktikan dengan hasil jawaban ibu pada pertanyaan mengenai kedua hal tersebut. Hasil jawaban ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan untuk masing-masing pertanyaan didapatkan jawaban yang memberikan keduanya hanya sebesar 33% dan 38%. Sosial budaya, dimana kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Namun tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat yang mengikat menjadi adat istiadat yang terlalu mengikat (Notoadmdjo, 2003). Meskipun ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan memiliki kebiasaan yang cukup dalam memberikan MP-ASI tetapi budaya sangatlah mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya, serta untuk siapa, dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Kebiasaan yang muncul pada ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan merupakan cerminan dari kebiasaan yang telah muncul di masyarakat dan secara turun temurun dilakukan oleh generasi penerusnya. Hal ini dibuktikan dengan jawaban ibu yang memiliki anak umur 6-9 bulan dalam kuesioner yang diberikan bahwa sebagian ibu memberikan MP-ASI kepada anaknya tanpa memenuhi status gizinya dan tidak sesuai usia anak, hal ini menjadi perhatian bahwa dalam pemberian MP-ASI belum mencukupi. Selain faktor pengalaman dan sosial budaya, faktor pendapatan diduga juga turut mempengaruhi kebiasaan ibu dalam memberikan MP-ASI. Namun, tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Bayi yang berumur 0-6 bulan diperbolehkan diberikan MP-ASI bubur sebanyak 100 gr/hari selama 90 hari, kemudian setelah berumur 6-24

130 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm.126-131 bulan akan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak 120 gr/hari. Namun, untuk penyediaan MP-ASI juga turut didorong oleh faktor selera makan keluarga, sehingga secara tidak langsung keluarga hanya menyediakan jenis makanan yang diinginkan keluarga. Hubungan jenjang pendidikan dengan kebiasaan memberikan MP-ASI Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan memiliki jenjang pendidikan menengah dan kebiasaan cukup dalam memberikan MP-ASI sebesar 42,9%. Hasil uji Spearman rank menunjukkan nilai p value = 0,006, sehingga nilai p value 0,006 < 0,05 atau signifikan artinya adanya hubungan antara memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan. Selain itu, terdapat hubungan positif yang kuat antara memberikan MP-ASI ditandai dengan nilai korelasi r = 0,579. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula kebiasaan seseorang dalam memberikan MP-ASI. Tingkat pendidikan seseorang yang mempengaruhi penerimaan informasi pendidikan formal berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan daya intelektual, dan memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2003). Dengan adanya informasi yang tepat dan akurat mengenai pemberian MP-ASI yang sesuai dengan usia bayi akan dapat memunculkan kebiasaan ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan yang lebih baik, meskipun tidak dapat mengubah kebiasaan tersebut secara singkat. Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh dalam pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. seseorang yang pendidikannya rendah cenderung memiliki prinsip dalam memberikan makanan yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan kelompok bahan makanan lain. Sedangkan seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Sulistyoningsih, 2011). Namun dalam pemberian makanan dipengaruhi pula oleh faktor ekonomi yaitu meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari (Paath, 2005). Hal ini di buktikan dengan jawaban ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan bahwa seseorang yang menempuh jenjang pendidikan dasar tidak selalu memiliki kebiasaan kurang dalam memberikan MP-ASI dan ibu yang mempunyai anak umur 6-9 bulan yang menempuh jenjang pendidian menegah tidak selalu memiliki kebiasaan cukup dan kebiasaan baik dalam memberikan MP-ASI karena hal itu di pengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor ekonomi, mereka yang berpenghasilan menengah kebawah dan berjenjang pendidikan dasar cenderung memberikan MP-ASI kepada anaknya yaitu MP-ASI rumahan sedangkan mereka yang berpenghasilan menengah keatas dan berjenjang pendidikan menengah cenderung memberian MP-ASI pabrikan. Namun hal ini tidak sematamata dipengaruhi oleh factor ekonomi saja, tetapi faktor pengalaman, pengetahuan, lingkungan, sosial budaya, dan faktor keluarga turut mempengaruhi dalam kebiasaan memberikan MP-ASI. Agar kebiasaan seseorang menjadi baik, kebiasaan akan dapat dirubah dengan memberikan pendidikan kesehatan secara berkesinambungan. Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk memotivasi atau mengoordinasikan sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2011). Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluhan, sasaran dan proses dalam penyuluhan. Pendidikan kesehatan yang baik tentu akan mampu merubah perilaku seseorang untuk berbuat yang terbaik bagi kesehatan. Namun, dalam pemberian MP-ASI diperlukan adanya biaya untuk mendapatkan bahan dan proses waktu dalam pembuatannya. Hal ini tentu menjadi pemikiran tersendiri bagaimana memberikan MP-ASI yang berkualitas dengan biaya dan waktu yang efektif sehingga tidak membebani seorang ibu.

Maryani dan Ananingsih, Hubungan Jenjang Pendidikan Ibu 131 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jenjang pendidikan ibu di Posyandu Balita Desa Dayu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar adalah jenjang pendidikan menengah sebesar 52.4% (11 responden). Kebiasaan ibu memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan di Posyandu Balita Desa Dayu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar adalah kebiasaan cukup sebesar 57.1% (12 responden). Ada hubungan jenjang pendidikan ibu dengan kebiasaan memberikan MP-ASI umur 6-9 bulan di Posyandu Balita Desa Dayu Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar ditandai dengan taraf signifikansi 0,006 dan hubungan r=0.579. Paath, Erna Francin, dkk. 2005. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prabantini, Dwi. 2010. A to Z Makanan Pedamping ASI. Yogyakarta: Penerbit ANDI Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saran 1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan desain penelitian yang berbeda. Misalnya menggunakan penelitian pra eksperimen dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga bisa diketahui kebiasaan memberikan MP-ASI sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan. Diharapkan pada responden meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam melakukan senam hamil sehingga dapat mewujudkan persalinan yang lebih baik 2. Bidan hendaknya memberikan penyuluhan tentang variasi menu sesuai usia kepada masyarakat khususnya kepada ibu dalam hal pembuatan MP-ASI, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan sesuai umur dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi. 3. Responden harus lebih aktif lagi dalam meningkatkan pemahaman tentang MP-ASI baik melalui media massa maupun elektronik sehingga responden dapat meningkatkan kemampuan dalam pemberian MP-ASI pada anak usia 6-9 bulan. DAFTAR RUJUKAN Aminati, Dini. 2013. Cara Bijak Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Books. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.