BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN (Studi Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Nganjuk)

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam konteks perusahaan dan konsumen/pelanggan diterjemahkan sebagai

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam. menghasilkan devisa negara yang harus dikembangkan dan dipertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu prioritas pengembangan yang keberadaannya diharapkan dapat

RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia.

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan dan investasi senantiasa menjadi dua sektor pendulang pendapatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi dan sosial budaya karena kepariwisataan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air terhadap nilai-nilai budaya bangsa sekaligus sebagai instrumen untuk melestarikan lingkungan. Menurut undang-undang No.10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakaukan dengan baik dan maksimal akan mampu menarik wisatawan domestik dan wisatawan asing untuk datang berkunjung dan membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah masyarakat daerah wisata akan lebih terangkat taraf hidupnya karena dapat memanfaatkan peluang didaerah wisata serta negara mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya dengan rupiah. Dari pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa pariwisata bukan merupakan kegiatan yang menghasilkan upah, sebaliknya dengan mengadakan perjalanan pariwisata, maka seseorang mengeluarkan biaya. Jenis biaya yang dimaksud antara lain biaya konsumsi, biaya transportasi, biaya menginap, dan

biaya lainnya. Biaya ini dikeluarkan sesuai dengan sarana yang digunakan oleh wisatawan ketika melakukan kunjungan wisata. Berdasarkan pasal 4 Undangundang Nomer 33 2009 tentang kepariwisataan dapat diketahui bahwa pariwisata bertujuan untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengahpus kemiskinan, mangatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, mempererat persahabatan antarbangsa. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 2010 Tentang Cagar Budaya bahwa Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan. Dalam Undang-undang tersebut menerangkan bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, struktur cagar buadaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melaui proses penetapan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan kewenangan penuh kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur untuk mengelola aset negara yang berupa obyek dan daya tarik wisata (ODTW) provinsi Jawa Timur berupa ODTW

alam, buatan, dan minat khusus. Dengan salah satunya yakni Kota Surabaya yang menjadi ikon ibukota Jawa Timur. Fasilitas Promosi Pariwisata Surabaya ini merupakan suatu tempat yang mempromosikan dan memberikan informasi tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh Surabaya itu sendiri, Fasilitas yang disediakan antara lain : Monumen tempat bersejarah, tempat-tempat bersejarah sampai makanan khas yang dimiliki oleh Kota Pahlawan ini, sehingga wisatawan dapat menikmati bagian dari pariwisata di Jawa Timur. Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya akan budaya. Surabaya terkenal dengan Kota Pahlawan, sejarah yang dimiliki oleh Surabaya ini telah menjadi sebuah perjuangan besar bagi arek-arek Suroboyo. Maka dari itu Surabaya memiliki bangunan-bangunan bersejarah serta benda-benda bersejarah yang banyak ditinggalkan sejak jaman dahulu. Surabaya dikenal memiliki keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi yang dirangkum dalam sebuah museum dan tersebar di seluruh wilayah. Surabaya sendiri memiliki banyak sekali museum yang tersebar di berbagai lokasi. Namun hanya 7 saja yang masuk data Dinas Pariwisata sebagai museum yang memenuhi persyaratan. Diantara syarat tersebut adalah penentuan lokasi museum, koleksi museum, bangunan museum, peralatan yang dimiliki museum, organisasi dan ketenagaan dan sumber dana tetap. 7 (tujuh) museum yang masuk data Dinas Pariwisata Surabaya dan memenuhi syarat tersebut adalah : 1. Museum House of Sampoerna, 2. Museum Kesehatan dr Adhyatma, 3. Museum Nahdlatul Ulama,

4. Museum Kajian Etnografi Unair, 5. Museum Rudi Isbandi, 6. Museum TNI-AL Loka Jaya Srana, 7. Museum 10 November Ke tujuh Museum tersebut memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda dari museum lain. Memanfaatkan opportunities dan challenges isu kebudayaan dan kepariwisataan nasional ini, patutlah Surabaya menonjolkan diferensiasinya dibanding daerah lain di Nusantara. Di sini, kita patut berbangga sekaligus tertantang untuk melestarikan semangat, warisan, dan situs-situs kepahlawanan yang tersebar di kawasan Surabaya Timur dan Utara khususnya. Dua kawasan tersebut menjadikan Surabaya sebagai megamuseum kepahlawanan terbesar di Indonesia. Tapi, kenyataannya, Jumlah kunjungan ke museum tidaklah semenarik minat dan keinginan berkunjung ke tempat-tempat wisata bernuansa modern seperti mal atau pusat hiburan lainnya. Dari segi jumlah kunjungan, dalam rentang beberapa tahun terakhir, jumlah kunjungan wisatawan nusantara atau wisatawan asing secara general tampak mengalami persaingan ketat dengan gedung-gedung modern yang menawarkan berbagai kebutuhan dan kemewahan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel Data pengunjung Museum di Surabaya yang didapat dari DISBUDPAR dengan jumlah kunjungan wisatawan ke Surabaya, yakni sebagau berikut :

Tabel 1 Rekapitulasi Kunjungan WISMAN-WISNU Museum di Surabaya 2008-2013 Sumber : Arsip Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Berdasarkan data kunjungan wisatawan ke museum di Surabaya diatas, paling banyak kunjungan berada di lokasi museum Museum 10 November, yang mencapai 623.736 Wisatawan Nusantara. Maka dari itu peneliti memilih Museum 10 November dalam pengembangan risetnya mengenai strategi promosi yang dilakukan oleh pihak museum. Dengan adanya perbandingan dengan wisatawan yang berkunjung ke Surabaya setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahunnya. Berikut data kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Surabaya pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yakni :

No 1. 2. Formula Indikator Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Jumlah Kunjungan wisatawan Nusantara Tabel 2 Data Kunjungan Wisatawan Ke Surabaya 2009-2013 Satuan Orang Orang 2009 154.866 7.230.202 2010 168.804 7.544.997 2011 279.230 9.194.116 2012 323.037 9.561.881 2013 350.017 11.122.194 Total 7.385.068 7.713.801 9.473.346 9.884.918 11.472.211 Sumber : Arsip Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Surabaya Berdasarkan data yang ada yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya tercatat Jumlah wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang datang berkunjung di Surabaya dari tahun 2009 sebanyak 7.230.202 wisatawan nusantara dan 154.866 wisatawan mancanegara semakin meningkat dari tahun ke tahun sampai tahun 2013 terus mengalami peningkatan hingga sebanyak 11.122.194 wisatawan nusantara yang datang berkunjung ke Surabaya. Adapun data yang membuktikan wisata museum tidak menajadi wisata utama yang menarik bagi wisatawan. Hal ini di tunjukan dengan data kunjungan wisatawan ke Surabaya yang lebih dari 11.472.211 orang. Maka dapat disimpulkan kurang dari 7 % dari wisatawan yang berkunjung di Surabaya yang berkunjung ke museum 10 November. Untuk meningkatkan pariwisata daerah salah satu ukurannya adalah jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu perlu dikembangkan obyek obyek pariwisata di Kota Surabaya sehingga dapat menarik kunjungan masyarakat. Agar kunjungan dapat meningkat perlu terjalin koordinasi

dan kerjasama dengan pengusaha pariwisata baik di dalam maupun luar Surabaya. Maka dari itu diperlukannya usaha Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mempromosikan berbagai tempat bersejarah sebagai symbol dari Kota Pahlawan seperti halnya museum-museum yang ada di Kota Surabaya, sebagai bentuk sifat menghargai benda-benda bersejarah terdahulu. Para pihak Museum 10 November Surabaya serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pastinya memiliki promotion strategy yang digunakan untuk menarik kunjungan wisatawan Domestik maupun wisatawan Mancanegara ke tempat penyimpanan benda-benda bersejarah di Kota Surabaya. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PROMOTION STRATEGY DAN PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dibahas, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Promotion Strategy dan Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara parsial berpengaruh positif dalam meningkatkan kunjungan Wisatawan? 2. Apakah Promotion Strategy secara dominan dapat meningkatkan kunjungan Wisatawan?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yakni sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisa Promotion Strategy dan Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara parsial berpengaruh positif dalam meningkatkan kunjungan Wisatawan 2. Untuk mengetahui dan menganalisa Promotion Strategy berpengaruh dominan dalam pembentukan kunjungan Wisatawan 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan untuk menjadi masukan program pengembangan pariwisata Cagar Budaya di Kota Surabaya. b. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengembangan aplikasi teori-teori pemasaran pariwisata 2. Kontribusi Teoritis a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran aplikasi teori-teori pemasaran yang berhubungan dengan pariwisata di Surabaya dan yang mungkin dapat menjadi bahan referensi pada penelitian berikutnya. b. Dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan semua pihak yang tertarik dengan manajemen pemasaran pariwisata, khususnya mengenai Promotion Strategy. 3. Kontribusi Kebijakan

a. Penelitian dapat memberikan gambaran tentang sebuah Penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang promotion strategy yang di terapakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan sebagai bentuk pelestarian cagar budaya di Kota Surabaya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini tidak mengalami kesimpang siuran dan terbatas serta fokus pada permasalahan yang akan diteliti, dan menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah, maka penulis memberi batasan pada skripsi ini. Masalah dalam penelitian ini hanya pada masalah Promotion Strategy yakni dengan Advertising, Public Relation, Personal Selling, dan Direct Marketing dalam peningkatan Kunjungan Wisatawan ke wisata Museum di Kota Surabaya serta Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam bentuk Tugas dan Fungsinya. Dalam penelitian ini, obyek penelitian adalah responden dari Wisatawan yang mengunjungi Tempat Cagar Budaya Museum 10 November Surabaya.