BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Julius R. Latumaerissa, Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, Cet. I, hlm. 1.

Eny Srihastuti Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Model Pembiayaan Akad Mudharabah Di BMT HARUM

BAB IV ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PERLINDUNGAN NASABAH. A. Analisis praktek akad pembiayaan mudharabah di BMT Amanah Bangsri

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

Pengaruh Jumlah Deposito Mudhorobah Terhadap Penerimaan Jumlah Bagi Hasil Mudhorobah Pada PT.Bank Mega Syariah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB III PEMBAHASAN. pemilik dana itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebagian dananya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB III PEMBAHASAN. Lancar) yang merupakan produk unggulan dari Koperasi Jasa Keuangan. Syariah tersebut. SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) merupakan

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dengan mengacu atas rumusan masalah penelitian. Maka

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. Analisis Hasil Penelitian. A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan paling strategis bagi pendorong

Implementasi Akad MMQ pada Pembiayaan Modal Kerja Perspektif Hukum Ekonomi Syariah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan prinsip bunga melainkan berdasarkan prinsip syariah. 7

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Konsep Mudharabah dalam Perbankan Syariah. 1. Pengertian Mudharabah dan Implementasinya

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nominal Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Musyarakah. negoisasi antara shahibul maal dan mudharib dengan mempertimbangkan

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

ditetapkan dalam jumlah yang pasti. 2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mudharabah. Produk Deposito Mudharabah ini berdasarkan dari akad

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan masyarakat muslim Indonesia dapat menjalankan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qur an Al Karim Dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, CV. Thoha Putra

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

DAFTAR PUSTAKA. Sudarsono Heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, 2003.

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 11 Bank Umum Syari ah, 24 Bank Unit Usaha syari ah 156 BPRS dan 2.574

BAB III PEMBAHASAN. antara kedua belah pihak yang salah satu dari keduannya memberikan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK A. Analisis Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Produk Simpanan Berjangka mudharabah di BMT MADE Demak BMT MADE adalah sebuah lembaga keuangan syari an non bank, Sebagaimana yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, BMT MADE Demak merupakan lembaga keuangan yang dalam operasionalnya BMT MADE Demak menggunakan prinsip-prinsip syari ah. Dengan prinsip ini BMT MADE Demak menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkanya kembali kepada yang membutuhkan modal usaha. BMT MADE Demak berusahaha mengajak masyarakat untuk berkerjasama dalam bidang ekonomi yang berlandaskan prinsip-prinsip syari ah. BMT MADE Demak adalah sebuah lembaga keuangan syari ah yang mempunyai berbagai produk yang ditawarkan, diantaranya adalah produk penghimpunan dana yang terdiri dari simpanan ummat dan simpanan berjangka mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama yang merupakan salah satu prinsip utama dari BMT MADE yang menjadi salah satu lembaga keuangan syari ah, kegiatan utama BMT adalah menghimpun dana dari masyarakat. Salah satu cara untuk menghimpun dana dari masyarakat adalah dengan menyediakan produk simpanan berjangka mudharabah. Sebagaimana yang kita ketahui, produk simpanan berjangka mudharabah atau deposito merupakan sumber modal yang utama bagi BMT MADE Demak untuk menggerakkan roda perekonomian perusahaan. Hal ini dikarenakan sifat dari simpanan berjangka mudharabah adalah menggunakan waktu jatuh tempo, yang mana penarikanya dapat dilakukan setelah jatuh tempo. Sehingga BMT 54

55 MADE Demak dalam memanfaatkan dana dari simpanan berjangka mudharabah lebih efisien. Yang mana simpanan berjangka mudharabah akan dijadikan pembiayaan usaha. Dalam simpanan berjangka mudharabah, pihak BMT MADE Demak akan memberikan keuntungan yang lebih berdasarkan hasil usaha dari BMT, dibandingkan simpanan umat sesuai jangka waktu yang dipilihnya, yaitu jangka waktu yang ditetetapkan oleh bank. Berdasarkan jangka waktu inilah dana nasabah mengendap, sehingga BMT mempunyai waktu untuk memanfaatkan dana tersebut untuk usaha atau melakukan pembiayaan yang mana dapat menghasilkan keuntungan. Jenis mudharabah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqoyyadah 1. 1. Mudharabah mutlaqoh adalah bentuk kerjasama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupanya sangat luas dan tidak dibatasi oleh jenis usaha, waktu, tempat, perusahaan, dan pelanggan, sedangkan 2. mudharabah muqoyyadah adalah kebalikan dari mudharabah mutlaqah, artinya mudharib terbatas pada jenis usaha dan waktu, tempat usaha. Produk simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak mempunyai jangka waktu yang ditentukan, yaitu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Sedangkan akad yang digunakan dalam produk simpanan berjangka ini adalah menggunakan prinsip mudharabah. Jenis mudharabah yang dipakai di BMT MADE Demak adalah jenis mudharabah mutlaqoh yang mana jenis kerjasama ini adalah kerjasama yang tidak terikat, artinya, BMT MADE Demak berhak memanfaatkan dana tersebut untuk pembiayaan atau modal usaha yang mana dari jenis usaha tersebut tidak ditentukan jenis usahanya. 1 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet 2, hlm. 99

56 Simpanan berjangaka mudharabah di BMT MADE Demak adalah menggunakan sistem nisbah atau porsi bagi hasil atas dasar kesepakatan. Nisbah atau porsi bagi hasil yang terapkan oleh BMT MADE Demak adalah berdasarkan nisbah atau porsi atas dasar keuntungan yang didapat dari usaha atau pembiayaan yang dijalankan oleh BMT MADE Demak, bukan berdasarkan atas prosentase nominal dari simpanan nasabah. Nisbah bagi hasil simpanan berjangka mudharabah di BMT MADE Demak adalah : 1. Jangka waktu 3 bulan untuk nasabah adalah 60% sedangkan untuk BMT adalah 40% 2. Jangka waktu 6 bulan untuk nasabah adalah 65%, sedangkan untuk BMT adalah 35 % 3. Jangka waktu 12 Bulan atau 1 tahun, untuk nasabah 70%, sedangkan untuk BMT adalah 30%.

57 B. Analisis Impelentasi Fatwa DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito Berdasarkan fatwa dewan Syari ah Nasional Majlis Ulama Indonesia menetapkan fatwa nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito, menyatakan bahwa Deposito yang tidak dibenarkan secara syari ah, yaitu Deposito yang berdasarkan perhitungan Bungan dan Deposito yang dibenarkan, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah 2. mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai shohibul maal (penyedia modal) dan pihak lainya sebagai mudharib (pengelola). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk nisbah atau porsi. mudharabah sendiri mempunyai prinsip bagi hasil, berdasarkan proporsi atau nisbah, yang mana nisbah tersebut di tentukan atas dasar kesepakatan di awal pembukaan rekening. Dalam bekerjasama untuk menjalankan usaha dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk yaitu perdagangan, perindustrian, pertanian dan dalam bentuk kerjasama yang lainya. Salah satu bentuk kerjasama dalam bidang ekonomi Islam adalah dengan menggunakan akad mudharabah. makna yang terkandung dalam kerjasama mudharabah sangat besar, dimana dalam kerjasama ini tampak jelas semangat kebersamaan serta keadilan, yaitu antara shohibul maal dan mudharib berada dalam kemitraan usaha yang transparan, artinya lebih terbuka. Dimana dalam akad kerjasama ini tampak jelas semangat kebersamaan serta keadilan. Secara umum yang dimaksud deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan 2 Fatwa DSN MUI Ditetapka di Jakarta pada Tanggal: 26 Dzulhijjah 1420 H / 1 April 2000 M

58 perjanjian nasabah penyimpan dengan bank 3. Adapun yang dikimaksud dengan deposito Syari ah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syari ah 4. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai shohibul maal (penyedia modal) dan pihak lainya sebagai mudharib (pengelola). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam akad (Kontrak) Tujuan dari akad ini adalah pihak nasabah atau shohibul maal dan pihak BMT MADE Demak sebagai mudharib sama-sama mempunyai tujuan untuk mendatangkan manfaat dari kerjasama tersebut Dalam ketentuan umum pada fatwa tersebut khususnya pada poin ke empat disebutkan bahwa pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Nisbah adalah Porsi atau prosentase dari hasil keuntungan yang didapat oleh bank, nisbah dalam pembagian keuntungan menggunakan prinsip Bagi hasil, sedangkan pengertian bagi hasil sendiri adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap 5. Konsep bagi hasil telah banyak dipraktekkan oleh lembaga keuangan syari ah yang mana bank-bank syari ah dikenal dengan bank bagi hasil. dalam dunia perbankan, bagi hasil merupakan sitem pembagian hasil usaha pada orang yang bekerjasama dalam hal ini antara sohibul maal dan mudharib, pemilik modal atau shohibul maal memberikan modal atau dana kepada pengusaha atau seseorang yang menjalankan usaha untuk dijadikan modal usaha, dan keuntungan hasil usaha tersebut dibagi atas kesepakatan 3 Muhammad firdaus, Fatwa-Fatwa Ekonomi syariah Kontemporer, Jakarta: Renaisan. Cet. Ke-1, 2005, hlm. 44 4 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Jakarta: PT. Raja grafindo persada, cet ke-7, 2007, hlm. 351 5 Muhammad, Op Cip, Hlm. 191.

59 yang ditetapkan diawal akad. Pembagian hasil usaha ini dapat dilakukan antara penyimpan dana dengan bank, atau antara bank dengan penerima dana. Dalam dunia perbankan syari ah mengenal bagi hasil sebagai sebuah sistem yg meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana (shohibul maal) dan pengelola dana (mudharib) 6. jadi yang dibagikan antara nasabah dan bank bank syari ah adalah keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan dana simpanan yang dijadikan modal bank. Artinya besar kecilnya uang yang akan diterima masing-masing pihak tidak bisa ditentukan diawal akad. Penentuan yang dilakukan di awal akad adalah penentuan nisbah atau porsi bagi hasil berdasarkan kesepakatan. Bagi hasil merupakan langkah inovatif lembaga keuangan syari ah dan merupakan langkah keseimbangan sosial dalam memperoleh kesempatan pendapatan ekonomi. Dengan demikian, sistem bagi hasil dapat dikatakan sebagai konsep yang mempunyai unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang diuntungkan sementara pihak lain dirugikan antara pemilik dana dan pengelola dana sehingga besarnya bagi hasil yang diperoleh deposan sangat tergantung kepada kemampuan bank dalam menginvestasikan dana-dana. yaitu : Hal mengenai prinsip bagi hasil tercermin dalam ayat Al qur an 6 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta, UII Press, Cet. Ke-1, 2000, hlm. 52

60 Artinya : Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (QS. Shaad Ayat 24) 7. Dalam ekonomi syari ah, sistem bagi hasil mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional. Bagi hasil yang dibenarkan bila : 1. Penentuan besarnya rasio atau nisbah dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi. 2. Besarnya rasio atau prosentase bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh 3. Bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh, bukan dari jumlah simpanan atau investasi. 4. Jumlah laba meningkat sesuai dengan jumlah pendapatan. 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil 8 Dari keterangan diatas maka penulis menganalisis bahwa produk simpanan berjangka mudharabah yang dijalankan oleh BMT MADE Demak telah sesuai dengan fatwa dewan syari ah nasional nomor 03/DSN- MUI/IV/2000 tentang deposito, karena produk simpanan berjangka mudharabah yang di jalankan oleh BMT MADE Demak menggunakan prinsip mudharabah dan pembagian keuntungan atas dasar Nisbah bagi hasil. Dalam akad mudharabah sendiri terdapat kesepakatan, dalam kesepakatan sendiri terdapat unsur tawaran untuk mencapai suatu 7 Departemen Agama RI, Al-qu an Al-Karim, PT Karya Toha Putra, hlm. 910 8 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2003, hlm. 61

61 kesepakatan. Angka nisbah bagi hasil merupakan angka hasil tawaran antara shahibul maal dan mudharib. Di BMT MADE Demak dalam mencapai suatu akad dalam hal ini simpanan berjangka mudharabah, BMT MADE Demak menentukan besaran atau nisbah yang akan diterima oleh nasabah, tanpa memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menyampaikan atau menawar nisbah yang nantinya akan diterima oleh nasabah. Sekilas memang BMT MADE Demak telah menjalankan opersionalnya dalam hal ini simpanan berjangka mudharabahnya sesuai dengan fatwa Dewan Syari ah Nasional Majlis Ulama Indonesia No. 03/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Deposito, karena menggunakan nisabah bagi hasil. namun penulis meneliti lebih dalam, ternyata dalam menentukan akad yang berdasarkan kesepakatan tersebut belum terpenuhi, karena pihak BMT MADE Demak sudah menentukan besaran nisbah tersebut, tanpa menawarkan besaran nisbah yang akan diterima oleh masing-masing pihak yaitu nasabah dan BMT MADE Demak. Dari keterangan diatas, penulis menyimpulkan bahwa bagi hasil yang dijalankan oleh BMT MADE Demak telah sesuai dengan Fatwa karena BMT MADE Demak menggunakan nisbah dalam memberikan bagi hasil kepada nasabahnya, namun dalam akad pembagian nisbah kurang sempurna, karena BMT MADE Demak dalam pembagian nisbah atau porsi bagi hasilnya sudah menetapkan besaran nisbah bukan berdasarkan tawaran pembagian nisbah bagi hasilnya. Selain itu dilihat dari perspektif ekonomi, pembagian nisbah bagi hasil dengan cara menentukan besaran nisbah atau porsi dalam perhitungan nisbah bagi hasil akan jauh lebih efisien. Karena ketika pihak BMT MADE Demak menerapkan model akad yang berdasrkan tawaran terhadap porsi bagi hasilnya, maka hal tersebut akan membuka kemungkinan para nasabah untuk menawar, yang nantinya akan sangat menyulitkan terhadap

62 perhitungan nisbah bagi hasil, karena BMT MADE Demak harus menghitung bagi hasil nasabah satu persatu atau manual, yang kemungkinan besar antara satu nasabah dan nasabah yang lain akan berbeda porsi bagi hasilnya. maka dari itu BMT MADE Demak menetapkan porsi atau nisbah bagi hasilnya supaya tidak menyulitkan perhitungan bagi hasilnya. Selain itu untuk mengantisipasi terjadinya ketidak sependapatan antara nasabah dan BMT MADE Demak, maka BMT MADE Demak dalam menentukan porsi atau nisbah bagi hasil dari produk simpanan berjangka mudharabah antara nasabah dan BMT lebih banyak dari pihak nasabah. Dari situlah pihak BMT menetapkan besaran nisbah yang nantinya akan diterima oleh nasabah. Hal itu terbukti pada nasabah yang penulis wawancarai, bahwa nisbah bagi hasil yang diberikan oleh BMT MADE Demak dipandang lebih menguntungkan nasabah, karena nasabah diberikan bagi hasil yang lebih besar dibandingkan BMT MADE Demak esendiri.