BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang tidak bisa dihindari. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi empat kriteria yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Efendi, 2009). Menurut Padila (2013) secara individu, proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi. Secara fisik dengan semakin bertambahnya usia seseorang maka mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang berkaitan dengan penurunan fungsi tubuh maupun karena penyakit-penyakit degeneratif (Depkes, 2013). Secara mental, masalah yang sering ditemui yaitu depresi, ansietas dan
dimensia. Secara sosial ekonomi dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosial dan juga mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan dari orang lain. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77% dari total populasi masyarakat Indonesia. Lebih lanjut, jumlah populasi lansia di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat mencapai kira-kira 28,8 juta (11,31% total populasi) pada tahun tahun 2020 nanti. BPS (Provinsi Jawa Tengah) mencatat bahwa jumlah lansia pada tahun 2010 sebesar 3,35 juta jiwa atau 10,34% dari total penduduk provinsi Jawa Tengah. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga, jumlah lansia pada tahun 2015 mencapai 61.332 orang atau sebesar 31% dari total jumlah penduduk. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang berkaitan dengan penurunan fungsi tubuh. Penurunan fungsi tubuh mengakibatkan lansia rentan mengalami masalah-masalah kesehatan (Suardiman, 2011). Masalah kesehatan yang sering dialami lansia berkaitan
dengan penyakit-penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh lansia yaitu stroke. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 stroke berada pada urutan nomor 3 dari deretan 10 penyakit terbanyak pada lansia. Stroke yang menyerang lansia menyebabkan ketergantungan lansia semakin meningkat sehingga membutuhkan perhatian dan bantuan dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya. Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangkan berdasarkan diagnosis nakes/gejala sebanyak 2.137.941 orang (12,1%). Lebih lanjut, prevalensi stroke di Jawa Tengah berdasarkan diagnosis nakes sebesar 12,3% (RISKESDAS, 2013). Pasien pasca stroke pada umumnya mengalami disabilitas fisik yang disebabkan oleh kerusakan sel otak yang mengatur fungsi motorik dan sensorik organ tubuh. Disabilitas fisik pada pasien pasca stroke umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Hal ini tentunya berkaitan dengan proses perawatan pasca stroke yang banyak mengakibatkan perubahan-perubahan besar baik secara individual, keluarga, maupun masyarakat (Kariasa, 2009).
Akibat yang ditimbulkan antara lain hilangnya produktifitas, waktu dan tenaga yang dicurahkan keluarga untuk merawat pasien, pembiayaan untuk perawatan dan pengobatan serta penurunan kualitas hidup hidup (Kariasa, 2009). Keating dan Wetle (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa lansia yang menderita penyakit kronis sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia dikarenakan lansia akan kehilangan kemampuannya secara mandiri. Lansia dengan stroke sangat bergantung dengan orang lain dan membutuhkan perhatian. Lansia dapat dikatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang baik, apabila lansia berada pada kondisi dengan puas secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya (Yusup, 2010). Kualitas hidup lansia semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia dan juga berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian dari orang sekitarnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jaracz dan Kozubski (2003) menyatakan bahwa perubahan kualitas hidup sangat terlihat jelas pada pasien pasca stroke, kurangnya dukungan keluarga, depresi dan ketergantungan fisik akan mengakibatkan perubahan pada kualitas hidup.
Dari Studi Pendahuluan yang pernah peneliti lakukan di Panti Sosial Menara Kasih (PSMK) Salatiga pada tanggal 28 november 2015, terdapat 11 lansia diantaranya 7 lansia pasca Stroke dan 4 lainnya mengalami penurunan fungsi fisik. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan lansia dan pengasuh yang berada di PSMK didapatkan data bahwa lansia yang berada di PSMK jarang mendapat kunjungan dari keluarga mereka dan juga dalam melakukan aktivitas seharihari lansia masih memerlukan bantuan berupa alat seperti kursi roda, tongkat dan juga bantuan dari pengasuh. Dari gambaran diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang gambaran kualitas hidup lansia pasca stroke di PSMK Salatiga. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kualitas hidup lansia pasca stroke di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran kualitas hidup lansia pasca stroke di Panti Sosial Menara Kasih Salatiga. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia pasca stroke dilihat dari domain fisik
1.3.2.2 Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia pasca stroke dilihat dari domain psikologis 1.3.2.3 Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia pasca stroke dilihat dari domain hubungan sosial 1.3.2.4 Mengetahui gambaran kualitas hidup pada lansia pasca stroke dilihat dari domain lingkungan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya ilmu keperawatan gerontik, medikal bedah yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia pasca stroke. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Panti Sosial Menara Kasih Salatiga Penelitian ini bermanfaat untuk pihak panti dalam memberikan informasi terkait kualitas hidup para lansia yang berada di panti sehingga dapat melaksanakan program atau layanan guna meningkatkan kualitas hidup lansia yang ada di panti. 1.4.2.2 Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi serta bahan evaluasi bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan
pelayanan terhadap lansia terkhususnya lansia yang tinggal di panti dan mengalami masalah kesehatan. 1.4.2.3 Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya peningkatan pelayanan serta meningkatkan perhatian kepada para lansia yang tinggal di panti dan mengalami masalah kesehatan.