Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN PEKERJA TERHADAP KEBISINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengoperasikan peralatan industri, mempunyai keahlian yang sesuai dengan

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

METODE PENELITIAN III.

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anizar, mengganggu daripada frekuensi rendah (Soeripto, 2009)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

BAB II LANDASAN TEORI. Transmigrasi Republik Indonesia No. 13 tahun 2011 tentang Nilai. maupun suara secara fisik sama (Budiono, 2003).

PERBANDINGAN TINGKAT KEBISINGAN DI KOTA SAMARINDA. Oleh: AHMAD AWALUDDIN NIM

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

PENGENDALIAN KEBISINGAN DAN LINGKUNGAN. Oleh. KRT.Adi Heru Husodo. Pencemaran udara itu dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, misalkan :

BAB I PENDAHULUAN. guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

tidak dikehendaki (noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20

BAB II LANDASAN TEORI

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau median lain. Apabila orang mendengar bunyi suatu benda ada tiga hal yang dapat diperhatikan kerasnya, tingginya, dan macamnya. Keras ditentukan oleh lebar getaran yang memukul telinga. Macamnya ditentukan oleh sumber getar 2). Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik, ada pula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran 10). 2. Sumber Kebisingan a. Alat transportasi 1) Transportasi darat Gangguan kebisingan yang biasa dari kendaraan di jalan ada kecenderungan meningkat, dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dan panjang jalan. 2) Transportasi udara Kebisingan dari pesawat terbang pada umumnya bervariasi dan sifatnya terputus-putus. Lain halnya yang berasal dari kendaraan darat yang biasanya terus menerus, puncak kebisingan biasanya terjadi apabila pesawat landing dan take off dari bandara udara. b. Kebisingan yang ditimbulkan dari mesin-mesin dalam industri dan prosesproses yang ada di dalamnya 4). Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Menulikan 100-120 Halilintar Meriam Mesin Uap Sangat hiruk 80-100 Jalan hiruk pikuk Perusahaan sangat gaduh Pluit polisi Kuat 60-80 Kantor gaduh Jalan pada umumnya Radio Sedang 40-60 Rumah gaduh Kantor pada umumnya Percakapan kuat Radio perlahan Tenang 20-40 Rumah tenang Kantor perorangan Auditorium Percakapan Sangat Tenang 0-20 Suara daun-daun Berbisik Batas dengan terendah Sumber : Soekidjo Notoatmodjo. 2003 14). 3. Jenis Kebisingan a. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise).adalah kebisingan yang fluktuatif dari intensitas tidak lebih dari 6 db dan dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara. Misalnya : mesin-mesin, kipas angin b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state, narrow band noise). Misalnya : gergaji sirkuler, katup gas c. Kebisingan terputus-putus (inter mittent) adalah kebisingan yang terjadi secara terputus putus atau tidak stabil Misalnya : lalu lintas, suara kapal terbang d. Kebisingan implusif (impact or impulsive noise) adalah kebisigan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan intensitas sampai 20 db tidak lebih dari 550 milidetik. Misalnya : tembakan atau meriam

e. Kebisingan impulsif berulang adalah kebisingan yang terjadi berulang-ulang dengan intensitas yang relatif rendah. Misalnya : mesin tempa di perusahaan 3) 4. Efek Kebisingan a. Gangguan-gangguan Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebihlebih yang terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga, pengaruhnya sangat terasa apabila sumber kebisingan tersebut tidak diketahui 4). 1) Gangguan pendengaran Suara yang mendadak dan keras akan memekakkan telinga, suara yang monoton akan merangsang otot telinga untuk bekerja terus menerus sehingga akan menebal dan mengurangi sensitivitas atau kepekaan pendengaran terutama bagi pekerja pabrik, lalu lintas dan lain-lain. 2) Gangguan terhadap jantung dan tekanan darah Suara yang mendadak dan keras akan menimbulkan rasa terkejut dengan denyut jantung menjadi cepat dan teratur, muka menjadi pucat, otot-otot menjadi tegang, hilang kontrol diri dan lain-lain. 3) Gangguan terhadap urat syaraf Menimbulkan ketegangan terus menerus, membebani kerja syaraf sehingga akan menimbulkan kelelahan syaraf, kurang tidur akhirnya menjadi gangguan jiwa 5). b. Komunikasi terganggu Sebagai risiko potensial kepada pendengaran terjadi, apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak, gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan 13). c. Efek pada pekerjaan Kebisingan yang mengganggu perhatian terus menerus dapat membuat kesalahan. Kesalahan dalam pekerjaan akibat terganggunya konsentrasi. Bagi

orang-orang yang sangat peka terhadap kebiasaan terutama pada nada tinggi dapat menyebabkan masalah psikologis, mungkin pada kebisingan akibatnya peningkatan kelelahan 1). 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tuli Akibat Bising a. Intensitas bising Nada 1000 Hz dengan intensitas 85 db, jika diperdengarkan selama 4 jam, tidak akan membahayakan. Intensitas menentukan derajat kebisingan. b. Frekuensi bising Bising dengan frekuensi tinggi lebih berbahaya dari pada bising dengan frekuensi rendah. c. Masa kerja Semakin lama masa kerja seseorang di dalam lingkungan kebisingan di atas NAB (Bilai Ambang Batas) maka akan semakin berbahaya pula bagi pendengaran. d. Sifat Bising Bising yang didengar terus menerus lebih berbahaya dari bising yang terputus-putus. e. Waktu diluar lingkungan bising Waktu kerja di lingkungan bising diselingi degan bekerja beberapa jam sehari di lingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya pendengaran. f. Kepekaan seseorang Kepekaan seseorang mempunya kisaran luas, secara teliti hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan Audiogram secara berulang-ulang. 15) g. Umur Penurunan pendengaran akibat bertambahnya umur atau proses ketuaan yang dinamakan presbiakusis. Presbiakusis timbulnya sangat individual, sebagian timbul pada usia 40 tahun, maka orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising. h. Sifat perorangan

Adanya kerusakan atau kelainan pada telinga memudahkan bising untuk mempengaruhi telinga. Kelainan dapat berupa : Osteosclerosis tulang telinga, ototis media purulenta activa kelainan histologis seperti oedem, degenerasi telinga 8). 6. Upaya Mengendalikan Penurunan Ambang Pendengaran Berdasarkan teknik pelaksanaannya, pengendalian kebisingan dapat dibedakan menjadi 3 cara pengendalian: a. Pengendalian secara teknis 1) Mengurangi tingkat kebisingan pada sumbernya a) Dengan pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin dengan teratur. b) Pemilihan dan pemasangan mesin dengan tingkat kebisingan rendah. 2) Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia mengeluarkan bising. a) Menutup atau menyekat mesin atau alat mengeluarkan bising. b) Mengadakan isolasi mesin terhadap lantai sehingga tidak menimbulkan getaran yang merambat, keseluruhan ruangan tersebut. 3) Mengurangi bunyi yang diterima pekerja Penggunaan alat pelindung telinga untuk menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. b. Pengendalian secara administratif Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang bertujuan untuk mengurangi waktu prosedur yang bertujuan untuk mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising, dengan merotasi dan menyusun jadwal kerja. Berdasarkan perhitungan dosis paparan sesuai Nilai Ambang Batas. c. Pengendalian dengan alat pelindung diri (APD) Penggunaan APD adalah upaya terakhir apabila secara teknis dan administratif tidak dapat lagi mengurangi paparan, maka alat pelindung telinga dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan yang digolongkan menurut cara pemakaiannya 9). 7. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung telinga biasanya dibedakan menjadi 2 jenis:

a. Sumbat telinga (ear plug) Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, malam, karet atau sintetik dan plastik. Menurut cara pemakaiannya dibedakan menjadi sumbat telinga yang hanya menyumbat lubang telinga luar (insert type). Menurut cara penggunaannya dibedakan dispossible ear plug yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja dan kemudian dibuang. Sumbat telinga 11) dari kapas dan malam hanya mempunyai daya lindng 1-12 db dan non dispossible ear plug waktu yang digunakan untuk waktu yang lama yang terbuat dari karet atau plastik yang dicetak mempunyai daya lindung antara 25-30 db. 1) Keuntungan Mudah dibawa karena ukurannya kecil, relatif lebih nyaman di tempat yang panas, tidak membatasi gerakan kepala, dipakai efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakauan kaca mata, tutup kepala dan anting-anting. 2) Kerugian Sulit untuk memonitor tenaga kerja karena pemakaiannya sukar dilhat oleh petugas, hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat, bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor maka saluran telinga akan terkena infeksi karena iritas b. Tutup Telinga (ear muff) Tutup telinga terdiri dari 2 buah tudung, untuk telinga dapat berisi cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara 11). 1) Keuntungan Atenvasi suara oleh tutup telinganya umumnya lebih besar daripada sumbat telinga, satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga berbeda, mudah dimonitor pemakainnya oleh petugas. 2) Kerugian

Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas, efektifitas dan kenyamanannya dipengaruhi oleh pemakaian kaca mata, dapat membatasi gerakan pada ruang kerja yang agak sempit, harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga. 8. Pengukuran Intensitas Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengar standar yang telah ditetapkan serta merupakan langkah awal untuk pengendalian. Alat yang dipergunakan untuk pengukuran intensitas kebisingan adalah sound level mater. Maksud pengukuran adalah : untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja dan untuk mengurangi tingkat kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan 9). Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh tipe dan kebisingan hanyalah untuk mengendalikan kegaduhan, seperti isolasi mesin atau pemilihan alat proteksi telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana diperlukan dalam rangka lokalisasi sumber-sumber kebisingan secara tepat dari suatu perencanaan dan kontraksi suatu bentuk dengan kebisingan yang kurang 10). 9. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Nilai Ambang Batas kebisingan adalah standar faktor tempat kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebih 9 jam atau 40 jam. Adapun data intensitas dan jam kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/Men/1999 tanggal 16 April 1999 tentang Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah sebesar 85 db (A). Tabel 2.2 Intensitas dan jam kerja yang diperkenankan Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam db (A) 8 jam 85 4 jam 88 2 jam 91 1 jam 94 30 menit 97 15 menit 100 7,5 menit 105 3,75 menit 106 1,88 menit 109 0,94 menit 112

28,12 detik 14,06 detik 7,03 detik 3,52 detik 1,76 detik 0,88 detik 0,44 detik 0,22 detik 0,11 detik Sumber : Kep. Menaker No. Kerp. 51/Men/1999 115 118 121 124 127 130 133 136 139 B. Pendengaran Manusia 1. Nilai Ambang Pendengaran Lingkungan kerja yang mempunyai kebisingan di atas NAB akan mengakibatkan kenaikan ambang pendengaran pada tenaga kerja dan hal ini lebih dikenal dengan ketulian. Ketulian dikategorikan menjadi tiga: a. Trauma Akustik yaitu gangguan pendengaran yang disebabkan oleh adanya pemaparan tunggal oleh intensitas kebisingan yang sangat tinggi dan terjadi secara mendadak. b. Kenaikan Ambang Pendengaran sementara, terjadinya pada saat seorang tenaga kerja masuk ke dalam ruang kerja yang bising setelah beberapa kali masuk ruangan. Bila selesai kerja dan keluar dari ruang bising maka sedikit demi sedikit ambang pendengaran akan pulih kembali. Waktu yang dibutuhkan sampai dengan pulihnya ambang pendengaran seperti sediakala 3-7 x 24 jam. c. Ketulian menetap yaitu ketulian yang sifatnya permanen, hal ini terjadi karena tenaga kerja yang mengalami ketulian sementara dan kembali terpapar bising sebelum pemulihan terjadi secara sempurna. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Maka dapat menyebabkan ketulian permanen. Berkurangnya daya pendengaran pada tenaga kerja yang mengenai satu atau kedua telinga akibat bising dapat diketahui dengan melalui hasil pemeriksaan

Audiometri. Berdasarkan derajat NIHL (Noise Induced hearing Loss) dibagi menjadi : a. Telinga normal, Nilai Ambang Pendengaran 0-25 db b. Tuli ringan, Nilai Ambang Pendengaran 26 40 db c. Tuli sedang, Nilai Ambang Pendengaran 41 55 db d. Tuli berat, Nilai Ambang Pendengaran 56 70 db e. Tuli sangat berat, Nilai Ambang Pendengaran 71 90 db f. Tuli total, Nilai Ambang Pendengaran 91 db 6) 2. Mekanisme Mendengar Bunyi Suara yang ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal oleh gelombang suara yang kecepatannya dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrana tymphani bergetar. Getaran-getran tersebut selanjutnya diteruskan menuju incus dan stopes, melalui malleus yang terkait pada membrana itu. Karena getaran-getaran yang timbul pada setiap tulang, maka tulang-tulang itu memperbesar getaran yang kemudian disalurkan melalui Fanestra Vertibular menuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrana menuju endo limfe dalam saluran cochlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir syaraf dalam organ corti untuk itu kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius. 12) Gambar 2.3 Anatomi Telinga

3. Faktor Usia terhadap Fungsi Pendengaran Penurunan pendengaran akibat bertambahnya umur atau proses ketuaan yang dinamakan prebiakusis. Pada usia 40 tahun yang disebut prebiakusis prokoks, tetapi ada juga usia lanjut yang mempunyai pendengaran yang masih baik, frekuensi terbanyak orang yang mengalami penurunan pendengaran pada usia 60 tahun sampai dengan 65 tahun 12). Proses bertambahnya usia seseorang membawa pengaruh pada macammacam organ, bermacam-macam kemunduran tampak pada orang yang menjadi tua seperti menurunnya daya lentur kulit, kemunduran alat penglihatan serta penurunan daya pendengaran, gejala ini makin banyak ditemukan karena kemajuan ilmu bidang kedokteran 7). 4. Faktor Masa Kerja terhadap Fungsi Pendengaran Semakin lama masa kerja seseorang pekerja kemungkinan semakin mudah menerapkan atau mempraktekkan tugas-tugasnya karena pekerja tersebut sudah mempunyai pengalaman yang lama di bidangnya tersebut. Tetapi ada juga

pengaruh negatif pada pekerja dengan kebisingan di atas NAB (Nilai Ambang Batas) bila semakin lama berada dalam lingkungan bising maka semakin berbahaya untuk pendengaran 12). C. Kerangka Teori Sumber Kebisingan di atas NAB - Frekuensi bising - Jenis kebisingan - Intensitas bising - Sifat bising Faktor Internal - umur - masa Kerja - riwayat penyakit Nilai Ambang Pendengaran Faktor Eksternal - alat pelindung telinga - riwayat pekerjaan - lama paparan - kepekaan Sumber : 4, 9, 8 D. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Masa Kerja Intensitas Kebisingan * ) Tidak dianalisis E. Hipotesis Variabel Penganggu - Status kesehatan* - Riwayat pekerjaan* - Riwayat penyakit* - Alat pelindung diri* - Lama paparan* - Kepekaan* Variabel Terikat Nilai ambang pendengaran 1. Ada hubungan antara umur responden dengan nilai ambang pendengaran. 2. Ada hubungan antara masa kerja responden dengan nilai ambang pendengaran. 3. Ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan nilai ambang pendengaran.