MAKALAH KELOMPOK PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG Diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Infrastrukur Pasca Bencana Disusun oleh : Irfan Faris Abdurrahman 12511313 Ilhamius Hamit 12511432 Fitra Mabrur Rizky 12511404 Yanuar Suryo Bismoko 12511259 Ahmad Ashadul Haqq 12511278 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perencanaan Huntap Pagerjurang. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah EIPB (Evaluasi Infrastruktur Pasca Bencana) pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan serta tahapan dalam proses rekonstruksi huntap yang ada di Pagerjurang secara detail. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Yogyakarta, 06 April 2016 Penulis DAFTAR ISI
Halaman JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Ruang Lingkup Penelitian 1 1.3 Manfaat 1 BAB II PELAKSANAAN 2 2.1 REKOMPAK 2 2.2 Proses Pembangunan 3 2.3 Strategi Pelaksanaan 4 2.4 Profil Huntap Pagerjurang 5 BAB III PENUTUP 13 3.1 Kesimpulan 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Keberadaan hunian paska bencana sangat mempengaruhi semua aspek rumah tangga dan pemulihan korban bencana (Bachelor, 2011). Adanya dukungan dalam bentuk hunian yang memadai, nyaman, aman dengan kelengkapan pelayanan yang memadai, dan mempercepat pemulihan ekonomi. Sayangnya, proses pengadaan hunian paska bencana kerap dihadapkan pada dilema antara keharusan pembangunan yang cepat tanpa memperhatikan factor sosial dan ekonomi dalam hal pembebasan lahan, AMDAL dll.. Proses desain massal yang terjadi sering kurang memperhatikan kebutuhan pengguna. Setelah dua tahun dihuni terlihat banyak rumah yang sudah berubah dari bentuk awalnya. Dengan demikian, sangat menarik untuk mengamati kepuasan huni pada hunian paska bencana dan reaksi penggunanya yang diwujudkan dalam bentuk renovasi perubahan hunian. Dalam arti perekonomian warga di hunian Pagerjurang sudah berkembang positif. 1.2 RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian makalah ini yakni tentang bagaimana tahapan-tahapan dalam proses rekonstruksi huntap yang ada di Pagerjurang serta berbagai kumpulan data kerusakan infrastruktur yang pernah terjadi di lokasi tersebut. 1.3 MANFAAT Manfaat yang dapat di ambil yaitu menambah wawasan kita tentang bagaimana tahapan atau langkah yang harus di lakukan pada suatu tempat yang pasca terkena bencana dalam rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur. BAB II PELAKSANAAN 2.1 REKOMPAK REKOMPAK (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan
Permukiman Berbasis Komunitas) memiliki dua unsur penting yang menjadi kunci keberhasilannya, yakni filsafat dan mekanisme operasional yang bertumpu pada nilai-nilai. Filosofis REKOMPAK adalah dari warga, oleh warga dan untuk warga. Hal ini merupakan esensi paling penting terkait dengan terpenuhinya kebutuhan warga. Sedangkanunsur kedua adalah mekanisme operasional di lapangan yang jelas, terarah, terukur serta secara teknis dan moral kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Upaya rehablitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayah terkena bencana dilakukan dalam rangka mencegah, menghindari dan meminimalkan terjadinya kerusakan akibat bencana yang akan terjadi serta mengurangi terjadinya korban jiwa. Pascaerupsi Merapi 2010, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor perumahan dan permukiman dilaksanakan dengan pendekatan relokasi penduduk dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) ke area yang lebih aman dengan skema REKOMPAK. Kegiatan relokasi tidak hanya dimaknai sekedar memindahkan hunian warga dari area bahaya ke tempat yang lebih aman tetapi juga memindahkan kehidupan warganya. Melalui koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah serta lembaga non pemerintah, baik yang lokal maupun internasional, pelaksanaan kegiatan relokasi dapat berjalan baik
Gambar 2.1 Siklus Pelaksanaan REKOMPAK 2.2 PROSES PEMBANGUNAN HUNIAN TETAP (HUNTAP) PAGERJURANG Huntap Batur di bangun di TKD (Tanah Kas Desa). Total huntap yang dibangun, terdiri atas 301 rumah yang ditujukan bagi di lima dusun meliputi Dusun Manggong sebanyak 46 KK, Petung 97 KK, Kaliadem 136 KK, Kepuh 14 KK, dan Pagerjurang 8 KK. Untuk pembanguan huntap per unit di perkirakan sekitar ±30 juta. Sedangkan untuk keseluruhan biaya instalasi rumah dan jaringan ± 9.03 Milyar. Tahap Awal Sebelum Pembangunan 1. Kegiatan sosialisasi masyarakat 2. Proses validasi data calon penerima manfaat (bantuan) 3. Kegiatan pemetaan swadaya 4. Misi supervisi lapangan sebagai bagian dari pengendalian kegiatan 5. Memanfaatkan kelompok perempuan untuk aktif turut dalam penyusunan
Siteplan Permukiman 6. Mengadakan rapat teknis antara tim pelaksana, masyarakat, dan Pemda dalam rangka pengendalian kegiatan Pembangunan Infrastruktur Pasca Bencana. 1. Warga yang terkena dampak di relokasi ke tempat tinggan yang masih hunian sementara (huntara) selama ± 2 tahun (2010-2012) 2. Pada tahun 2012 pemerintah telah membangun hunian tetap (huntap) untuk warga yang terkena dampak bencana. 3. Seiring berjalannya waktu mulai di bangun jembatan, jalan dan sektor pelengkap lainnya. Sedangkan untuk jembatan di perbaiki dengan struktur baja. 2.3 STRATEGI PELAKSANAAN Pelaksanaan kegiatan di lapangan dilakukan melalui Organisasi Masyarakat Warga yang telah ada, yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang pembentukannya difasilitasi oleh P2KP dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang pembentukannya difasilitasi oleh Program Pengembangan Kecamatan (PPK). BKM/TPK mempunyai fungsi utama, mengkoordinasikan komunitas dalam penyusunan Rencana Penataan Permukiman (RPP) dan pemanfaatan Bantuan Dana Lingkungan (BDL) dan Bantuan Pembangunan Rumah (BDR). Dalam melaksanakan fungsinya, BKM/TPK didampingi oleh tim fasilitator. Tim ini memberikan pendampingan teknis agar masyarakat dapat mengimplementasikan standar mutu, transparansi dan akuntabilitas dalam semua kegiatannnya melalui berbagai pelatihan. Bantuan stimulus rehabilitasi dan rekonstruksi sektor perumahan : a) Rp.30 Juta per unit rumah; b) Masyarakat diberi keleluasaan dalam menentukan type rumah, dengan ketentuan minimal luas bangunan 36 m 2 ; c) Luas tanah untuk masing-masing rumah 100 m 2, ditambah untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial 50 m 2 d) Konstruksi bangunan harus memenuhi kriteria struktur tahan gempa yang telah
ditetapkan, dan dalam pelaksanaannya dilakukan pendampingan REKOMPAK. 2.4 PROFIL PAGERJURANG Pagerjurang berada di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I.Yogyakarta. Memiliki luas permukiman 50.365 M 2, dan rencana kapasitas hunian 301 KK. Lokasi ini digunakan oleh warga dari padukuhan Manggong, Pagerjurang, Kepuharjo, Kaliadem, dan Petung. Permukiman di Dusun Pagerjurang ini telah diresmikan oleh Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Gubernur D.I.Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 2012 Huntap Pagerjurang di bangun di TKD (Tanah Kas Desa). Total huntap yang dibangun, terdiri atas 301 rumah yang ditujukan bagi di lima dusun meliputi Dusun Manggong sebanyak 46 KK, Petung 97 KK, Kaliadem 136 KK, Kepuh 14 KK, dan Pagerjurang 8 KK. Untuk pembanguan huntap per unit di perkirakan sekitar ±30 juta. Sedangkan untuk keseluruhan biaya instalasi rumah dan jaringan ± 9.03 Milyar.Infrastruktur dan fasilitas yang telah dibangun : 1. Jalan Aspal Conblok 2. Drainase selokan 8. Rumah usaha 3. Masjid 9. Sekolah dasar 4. Tempat sampah 10. Sekolah menengah pertama 5. Talud 11. Posyandu 6. Kandang kelompok 12. Kantor desa 7. Kandang warga
Gambar 2.2 Legenda Huntap Pagerjurang
Gambar 2.3 Rumah warga Gambar 2.4 Musholla Sunan Kalijaga
Gambar 2.6 Posyandu
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Pada masyarakat di Huntap Pagerjurang, kondisi kawasan huntap dan hunian dinilai cukup memuaskan, tetapi fasilitas pendidikan dan arena bermain anak yang kurang. Ketidakpuasan yang cukup tinggi diperoleh akibat ketidaksesuaian ketersediaan ruangan yang ada dengan kebutuhan dan kebiasaan huni. Ketidakpuasan ini mengarah pada terjadinya fenomena pengembangan mandiri yang dilakukan oleh masyarakat. Pengembangan yang dilakukan sebagian besar berupa penambahan ruang serta peningkatan kualitas material dan finishing bangunan.