TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN

dokumen-dokumen yang mirip
SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

Contoh-contoh resep sirup tablet dan puyer. dr. Anugerah Sehat. SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / Jl. Maluku I / 100 Semarang.

SOLUTIO (Larutan) : Sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling k.ecuali dinyatakan lain.

PULVIS FARMASETIKA DASAR

Mahral Effendi.S.S.Si.M.M.,Apt

Soal Farmasetika Dasar Kelas B

Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, Apt D3 Farmasi UNS

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. D3 Farmasi UNS

Bentuk Sediaan cara yang aman dan baik

INKOMPATIBILITAS PADA PERESEPAN. Rina Wijayanti, M. Sc., Apt

KATA SAMBUTAN DIREKTUR

KISI-KISI Bidang Lomba

SOFI NURMAY STIANI, M.Sc, Apt YUSRANSYAH, M.Sc, Apt AADC3 (ALL ABOUT DRUG COMPONENT, CALCULATION AND CONTRIBUTION FOR HEALTH)

BAB 10: RESEP DAN SALINAN RESEP

SEDIAAN LARUTAN NON STERIL ILMU RESEP

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL

Pulvis et Pulveres (Powders) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

PENUNTUN PRAKTIKUM Farmasetika I DAN II

FR-MPA 03 : PERTANYAAN TERTULIS PILIHAN GANDA. Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis Pilihan Ganda Nama peserta sertifikasi

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Niken Nur W., S.Farm., Apt. Page 1

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

Petunjuk Praktikum Farmasi Blok 12 Bentuk sediaan obat. Oleh Enny Kusumastuti

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMISOLID DAN LIQUID

MERACIK SEDIAAN SERBUK. Oleh : Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAHASA LATIN DALAM RESEP. Yeni Farida S.Farm., M.Sc., Apt

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

Preskripsi dokter perlu disusun secara benar dan rasional. Benar artinya ditulis secara jelas dapat dibaca,lengkap dan memenuhi peraturan perundangan

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

mikroskop dengan alat foto leitz dan leiva papan tetes Melting point apparatus electrical thermal

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V KELAS C FARMASI 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

3 Metodologi Penelitian

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

LAMPIRAN HANDOUT TOPIK/POKOK BAHASAN MATA KULIAH ILMU FARMASI KEDOKTERAN. Universitas Gadjah Mada 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

Resep Puding - Cara Membuat Puding Istimewa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

FORMULASI DAN UJI STABILITAS SIRUP TEPUNG KANJI. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2

3 Metodologi Penelitian

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Transkripsi:

TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN Teknik Dasar Pembuatan Potio Potio atau sirup obat yang diminum dalam pembuatannya pada praformulasi umumnya dilakukan hal-hal berikut : 1. Melarutkan zat aktif dilarutkan dahulu sesuai kelarutannya, kelarutan zat dapat dilihat pada buku standar Farmakope Indonesia III atau FI IV. Bila zat aktif tidak larut, maka perlu dibuat suspensi, pensuspensi yang umum digunakan : Carboxy Methyl Celullose (CMC) 0,5 2 % b/v (umumnya 1%), perlakuan terhadap CMC dengan cara ditabur di atas air panas (dua puluh kalinya). Pulvis Gummosus (PGS) 1%, biasanya untuk bahan obat yang kurang berkhasiat keras. Pulvis Gummosus (PGS) 2%, biasanya untuk bahan obat yang berkhasiat keras. 2. Bila sirup mengandung bahan minyak, maka sediaan dibuat emulsi, misalnya: - Minyak ikan (dipakai Pulvis Gummi Arababicum (PGA) 30% dari berat minyak). - Minyak jarak (dipakai PGA 1/3 kali berat minyak). - Parafin cair : sebaiknya dipakai PGA ½ kali jumlahnya, dibuat corpus dulu, baru ditambahkan parafin sedikit-sedikit. SASA (solutio) - Jika ada sirup, ditimbang ke dalam sirup, sambil diaduk-aduk. - Jika tidak ada sirup, ditambahkan terakhir ke dalam botol, sambil dikocok. - Succus : digerus dengan air panas secukupnya, jangan terlalu banyak, sulit menggerusnya. - Tingtur atau Ekstrak cair : diencerkan dengan air secukupnya, atau langsung dimasukkan ke dalam botol sidikit-sedikit sambil dikocok. - Ekstrak kental : diencerkan dengan air hangat secukupnya. - Ekstrak Opii; Pantopon : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit, gerus encerkan. - Iulapium : Iulapium Rubrum (sirup Rhoeados), Iulapium Fuscum (sirup Aurantii) dan Iulapium Album (sirupus simplex). - Sirup quantum satis (q.s) : jika bahan obat keras diambil 10% (dalam gram), jika obat keras harus ditanyakan jumlahnya. - Saccharum album = gula : kalau diganti dengan sirupus simplex = 100/65 x jumlah gula - Sirup : berfungsi menstabilkan corpus (suspensi atau emulsi), ditambahkan ke dalam corpus sebelum diencerkan dengan air. - Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak larut digerus dulu dengan pembasah, baru digerus dengan zat pensuspensi. Contoh zat pembasah : Gliserol, Propilen Glikol, Sorbitol, Tween. - Arsen trioksida : diganti dengan solutio Kalii arsenitis sebanyak 100 kalinya. Teknik Dasar Pembuatan Salep 1. Berdasarkan peraturan pembuatan Salep (a) Peraturan Salep Pertama Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan. (b) Peraturan Salep Kedua Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis. (c) Peraturan Salep Ketiga. Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.

(d) Peraturan Salep Keempat Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin. 2. Pada pembuatan salep bila ada bahan obat berupa serbuk, umumnya dikerjakan seperti pada pembuatan pulvis/pulveres. Tambahkan basis salep sama banyaknya, gerus sampai homogen, tambahkan sisa basis, gerus sampai homogen. 3. Bila dalam salep mengandung bahan-bahan obat tertentu, pengambilan bahan dilakukan dan diambil dengan cara berikut ini : Acid Boric : ambil pulveratum. Zinci Oxydum : digerus dengan basis panas (basisi dilelehkan, atau mortir dan stamper dipanaskan. Cera, Parafin, Cetaceum : dileburkan dengan basis lainnya, dinginkan sambil diaduk-aduk. Lanolin : ¾ bagian adepslanae dan ¼ bagian air. Balsam Peru, Ichtyol : ditambahkan terakhir. Krisarobin : dilarutkan dengan cara dileburkan bersama basis. Minyak ikan : tidak boleh terkena panas (karena Vitamin A dan Vitamin D di dalamnya akan rusak) Protargol : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit di tempat gelap, gerus sampai homogen, ditambahkan ke dalam basis salep, gerus sampai homogen. Salep Gondopuro (Formularium Nasional) : semua bahan dimasukkan ke dalam pot salep (dari bahan gelas), dileburkan sambil ditutup rapat, dinginkan sambil digoyang-goyang. Teknik Dasar Pembuatan Serbuk Obat (Pulvis dan Pulveres) Serbuk obat disebut juga puyer dapat dibagi menjadi serbuk terbagi (Latin: Pulveres) dan serbuk tidak terbagi (Latin: Pulvis). Pembuatannya secara umum dapat dijelaskan berikut ini : 1. Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain. 2. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit. Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar. 3. Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL. Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan. 4. Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya. 5. Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya. 6. Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas. 7. Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL. 8. Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain. 9. Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri. 10. Obat-obat paten yang di loco (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.

11. Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep. 12. Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin. 13. Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya. Obat Tidak Tercampurkan Obat Tidak Tercampurkan, siswa farmasi lebih suka menyingkat dengan O.T.T obat tidak tercampurkan. Padanan katanya kalau dalam bahasa Inggris kira-kira sama dengan Incompatible atau Incompatibility sehingga bisa juga di Indonesiakan menjadi inkompatibel. Maksudnya bila dua atau lebih obat dicampurkan akan saling mempengaruhi obat tersebut, obat tersebut bisa rusak, atau dalam penggunaannya dalam tubuh mungkin efeknya akan saling meniadakan, sinergis atau ataupun mungkin antagonis. Bila dikelompokkan OTT ini secara umum adalah : 1. OTT Secara Fisik : Serbuk harus diserahkan dalam keadaan kering, tidak boleh basah. Misal dalam R/ ada campuran camphora dan menthol, maka serbuk akan basah. Cara mengatasinya : masing-masing dicampur dulu dengan zat inert baru keduanya dicampur. 2. OTT Secara Kimia : Terjadi reaksi kimiawi, misalnya pada tetes mata yang mengandung argentum proteinikum dan cocain hidrochlorida, akan terjadi endapan, maka diusulkan salah satu dikeluarkan. 3. OTT Secara Farmakologi : Ada dua atau lebih efek yang saling bertentangan (antagonis), maka salah satu diusulkan untuk dikeluarkan, kecuali resep standar misal dalam R/ ada luminal dan kafein : a. Harus ditanyakan kepada dokter yang menulis resep itu, atau usul, bila : Khasiatnya berubah Bila obat itu tercampur akan terbentuk zat-zat lain yang lebih beracun Secara farmakologis tidak tersatukan, misal dalam satu resep mengandung luminal (sedativum) dan coffeinum (stimulansia), harus ditanyakan apakah salah satu dikeluarkan atau memang dokter menghendaki demikian. b. Tidak usah ditanyakan kepada dokter, cukup dibuat secara lege artis, misalnya dalam pembuatan serbuk menjadi basah bila dicampur (misalnya camphora dan menthol). Pengenceran Padat dan Cair Dalam Resep 1. Pengenceran bahan dalam mengerjakan resep biasanya kalau bahan obat yang akan ditimbang kurang dari 50 mg, karena penimbangan bi bawah 50 mg kurang akurat maka dilakukan pengenceran supaya bahan obat yang jumlahnya kecil dosisnya dapat tetap dijaga. 2. Misalnya bila dalam resep kita hendak menimbang Diazepam 20 mg. Timbang Diazepam 50 mg, bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran obat nanti), seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2.450 mg. Dalam mortir, gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan Diazepam, zat warna (carmin), gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1.000 mg Untuk

Diazepam 20 mg = 20/50 x 2.500 mg = 1.000 mg Dari campuran 1.000 mg ini mengandung 20 mg Diazepam dari hasil pengenceran Diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1.000 mg (1:50). Pegngenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali. Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg. 3. Pengenceran untuk obat dalam sediaan cair : Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai atau pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air sebagai pelarut. Misal menimbang Vitamin B1 (Thiamin HCl) 10 mg. Vitamin B1 ini larut dalam air, jadi timbang Vitamin B1 sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 ml. Untuk 10 mg Vitamin B1, diambil dari campuran larutan sebanyak : 10/50 x 10 ml = 2 ml Jadi dalam campuran 2 ml ini mengandung 10 mg Vitamin B1 hasil pengenceran dengan perbandingan = 1 : 200. Singkatan yang Sering Dijumpai Dalam Resep 1. S. bdd. Cth 1 = S.2 dd cth 1 = Signa bis de die cochlear theae 1 = bid. = bis in die = Sehari 2 x 1 sendok teh 2. S. tdd c 1 = S. 3 dd c 1 = signa ter de dic cochlear = sehari 3 x1 sendok makan 3. S.4 dd p 1 = signa quarter de die pulvis 1 = sehari 4 x 1 bungkus 4. S.5 dd p II = sigma quinquis de die pulpvis I = sehari 6 x 1 bungkus 5. S.6 dd pi = signa sexies de die pulvis I = sehari 6 x 1 bungkus 6. S. bid p I = signe bis in die pulvis II ante coenam = sehari 2 x 2 bungkus sebelum makan 7 S. o. h. cth = sigma omni hora cochlear = tiap jam satu sendo teh 8. s. o. b. c I = s. o 2 hc = sigma omni bihorio cochlear = tiap 2 jam satu sendok makan. 9. s. o tr.. h. c I = s. o 3 hc = sigma omni thrihorib cochlear = tiap 3 jam satu sendok makan 10. s.o. 4 h. c I = sigma omnibus quattuor horis cochlear = tiap 4 jam satu sendok makan 11. s.o.5 h. c I = omnibus quinque horis cochlear = tiap 5 jam 1 sendokl makan 12. s. 3 4 dd loz I = sigma 3-4 de die lozenges I = sehari 3-4 kali 1 tablet hisap 13. s.o.s applic = sie opus sit appilcandum = dipakai bila perlu 14. s.n.s = sigma nas sic = jika perlu 15. s.h. s CI = sigma hora somni cochlear I = pada waktu hendak tidur 1 sendok makan 16. s.em.et v gtt II as = sigma mane et vespere guttae II auris sinistra = pagi dan malam masing-masing 2 tetes pada kuping kiri/ telinga ad = augris dextaa = kuping kanan/ telinga kanan m = mane = pagi hari v = vespere = malam hari 17.s.m supp I = tiap pagi 1 buah 18 s.v. applic = digunakan malam hari 19. s.3 dd p II ½ hpc = sigma terde die pulpis II ½ hora post coenam = sehari 3 x 2 bungkus setengah jam sesudah makan 20. s. mix. Agitanda = campuran kocok 21. S.u.c =sigma usus cognitus = pemakain diketahui 22. s.u.n = sigma usus notus = pemakaian diketahui 23. s. u e = sigma usus externus = pemakain luar 24. m.d.e pulv. ads = misce da signa pulv adspersorius = campurlah, serahkan dan tandailah serbuk tabur/ bedak tabur 25. s.p. r. n = sigma pro renata = kadang-kadang, apabila perlu 26. d.t.d = desis da tales dosis = berikanlah dengan takaran sebanyak itu.

27. d.i.d = da in dim = da in dimido = berilah ½ nya 28. da pars tertia = dibuat 1/3 nya 29. das pars quarta = dibuat ¼ nya 30. da pars quinta = dibuat 1/5 nya 31. da pars sexta = dibuat 1/6 nya 32. da in duplo/ d.i.2plo = dibuat 2 kalinya 33. da in triplo/ di. 3 plo = dibuat 3 kalinya 34. a, aa = ana = masing-masing 35. add = adde = tambahkan 36. s. haust. = signa haustus = diminum sekaligus habis - hand lotion = lotio untuk tangan - gargarisma = obat kumur sampai ke tengorokan - Colutio oris = collutorium = obat kumur / cuci mulut - Acne cream = kream jerawat - Linimentum/ lin = obat gosok - Rhino guttae = obat tetes hidung - naristillae = obat semprot/cuci hidung