ANALISIS COST-BENEFIT

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROYEK GADUHAN SAPI POTONG DI KECAMATAN OBA TENGAH DAN OBA UTARA, TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

VIII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PERUMAHAN GRIYA MAPAN DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

IV METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Transkripsi:

ANALISIS COST-BENEFIT USAHA RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PADA PROGRAM SAPI BERGULIR DI DESA ARJANGKA, KECAMATAN PRINGGARATA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH) Juwita Widyastuty Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya* Email: juwitawidya@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi keuntungan dari program sapi bergulir; (2) mengidentifikasi kelayakan dari program sapi bergulir; (3) mengidentifikasi tingkat sensitivitas dari program sapi bergulir; dan (4) menganalisis dampak program sapi bergulir bagi penyerapan tenaga kerja. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mewawancarai 7 orang penerima bantuan program. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan tingkat bunga 6% selama 7 tahun akan menghasilkan NPV 17.208.226, IRR sebesar 46%, B/C Ratio sebesar 3,6, dan payback period proyek adalah 4,6 tahun. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi adalah 14,58%, sehingga total tenaga kerja menjadi 44,90%. Oleh karena itu, program sapi bergulir ini layak untuk dilakukan. Kata kunci: Sapi Bergulir, NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Period. A. PENDAHULUAN Sebagian besar peternakan sapi potong di Indonesia diusahakan peternakan rakyat dengan skala kecil, tetapi memiliki kontribusi yang berarti bagi kehidupan petani. Usaha peternakan rakyat masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan kurangnya modal usaha atau belum adanya kesempatan untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Menurut Mubyarto (1995), modal merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Salah satu permodalan bagi usaha ternak tradisional adalah bantuan pemerintah. Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk mengembangkan peternakan sapi potong rakyat, antara lain dengan program pemberdayaan masyarakat dengan berbagai pola bantuan modal. Pemberdayaan adalah upaya memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat berkemampuan lemah yang dilakukan secara sengaja dan terukur. Upaya yang dilakukan secara sengaja dan terukur menggunakan berbagai strategi, mekanisme, dan tahapan yang disusun secara sistematis untuk memberdayakan kelompok masyarakat berkemampuan lemah dalam jangka waktu tertentu (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2007). Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu daerah produsen ternak besar, seperti sapi dan kerbau, terus mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Dalam upaya pengembangan tersebut, pemerintah Kabupaten Lombok Tengah telah melakukan beberapa program pengembangan hewan ternak, salah satunya adalah Program Sapi Bergulir yang diberikan kepada masyarakat tani ternak di Desa Arjangka. Untuk mengetahui seberapa besar manfaat sesungguhnya yang dihasilkan oleh program tersebut, maka dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Cost-Benefit Analysis. B. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Arjangka, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7 orang peternak penerima bantuan program sapi bergulir di Desa Arjangka. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu dipilih petani ternak yang masih melakukan aktivitas usaha ternak sapi potong hingga saat ini. Metode pengambilan data dilakukan dengan survei. Data yang diambil meliputi dara primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak, sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. C. ANALISIS DATA Hasil penelitian berupa data lapangan ditabulasi dan dianalisis sebagai berikut. Net Present Value (NPV). Variabel yang diperlukan dalam analisis ini adalah benefit dan cost yang telah dihitung dengan present value dan nilai tingkat discount rate yang telah ditetapka. Menurut Common (1996), rumus NPV yang digunakan adalah: (1) Keterangan: NPV = Net Present Value B t = keuntungan kotor yang diperoleh pada tahun t C t = biaya yang dikeluarkan pada tahun t k = tingkat discount factor Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah discount rate yang dapat membuat besarnya NPV = 0 atau yang dapat membuat B/C Ratio = 1. Variabel yang diperlukan dalam analisis adalah benefit dan cost yang telah dihitung dengan present value. Menurut Santosh (2008), rumus IRR yang digunakan adalah: NPV IRR t NPV NPV x i i (2) Keterangan: IRR = Internal Rate of Return i = discount factor yang rendah

i = discount factor yang tinggi NPV = NPV dari discount factor yang rendah NPV = NPV dari discount factor yang tinggi Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio). B/C Ratio Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan apabila total present value dari benefit lebih dari satu dan bertujuan untuk memperoleh nilai benefit yang efisien. Menurut Santosh (2008), rumus B/C Ratio yang digunakan adalah: B/C Ratio (3) C Keterangan: B/C R = Benefit Cost Ratio B t = benefit (inflow) selama periode t C t = biaya (outflow) selama periode t k = tingkat discount factor t = periode proyek Payback Period. Menurut Pudjosumarto (1998), rumus payback period yang sering digunakan dalam analisa proyek adalah: B I A (4) Keterangan: I = besarnya biaya investasi yang diperlukan. A b = benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahun Analisis Sensitivitas. Menurut Common (1996), analisis sensitivitas merupakan tahap terakhir dalam melakukan analisis manfaat-biaya, agar hasil yang diperoleh bisa diuji dan bisa diambil keputusannya secara tepat. Penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dihitung berdasarkan ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja (Soekardono dalam Djaelani, 2009). Ketersediaan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut. Ketersediaan TK = ( a x 0,5 x d) + ( b x 0,7 x d) + ( c x 1 x d) (5) Keterangan: a/b/c = jumlah orang d = jumlah jam kerja tersedia, di mana: a. 1 orang anak (umur 10 14 tahun) = 0,5 HOK b. 1 orang wanita dewasa = 0,7 HOK c. 1 orang pria dewasa = 1 HOK d. Jam kerja tersedia adalah 1 HOK = 8 jam bekerja/hari. Selanjutnya, penggunaan tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah jam tercurahkan untuk pemeliharaan sapi potong per hari, sehingga penyerapan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: Penyerapan TK Penggunaan Tenga Kerja Ketersediaan Tenaga Kerja X100% (6)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Desa Arjangka merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang ada di wilayah Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Desa Arjangka berada di tengah Pemerintahan Kecamatan, sehingga permasalahan yang dihadapi pemerintah desa sangat kompleks. Desa Arjangka adalah desa hasil pemekaran dari Desa Pringgarata pada dua tahun yang lalu. Secara geografi, wilayah Desa Arjangka terletak di tengah Pemerintah Kecamatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. a. Sebelah Utara : Desa Murbaya b. Sebelah Selatan : Desa Pringgarata c. Sebelah Barat : Desa Sintung d. Sebelah Timur : Desa Pringgarata Kantor Kepala Desa yang berada di wilayah Dusun Arjangka Selatan merupakan pusat pemerintahan yang mempunyai luas wilayah 450 km 2 yang terdiri dari areal persawahan seluas 100 km 2, areal perkebunan seluas 50 km 2, areal pemukiman seluas 160 km 2, dan lain-lain seluas 360km 2. Wilayah Desa Arjangka dilintasi oleh saluran primer Jurang Sate Hulu sebagai sumber pengairan teknis bagi petani. Areal pertanian yang dialiri antara lain Puspalaya, Dasan Suman, Arjangka Utara, Arjangka Selatan, Kubur Jaran, dan Dasan Baru Jabon Utara. Secara administratif, Desa Arjangka terbagi dalam tujuh dusun dengan luas wilayah 4.350 km 2 yang secara rinci tersaji dalam tabel berikut. Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Desa Arjangka Dusun Jumlah Luas Jenis Kelamin Penduduk (Km 2 ) L P Arjangka Selatan 2.040 1.008 1.032 0,60 Arjangka Utara 635 369 266 0,42 Puspalaya 232 119 113 0,46 Dasan Suman 350 115 235 0,32 Jabon Utara 1.469 764 705 0,63 Kubur Jaran Utara 304 148 156 0,37 Kubur Jaran Selatan 708 394 314 0,61 Jumlah 5.738 3.031 2.707 2,81 Sumber : Data Pemerintah Desa Arjangka Tahun 2011 Identitas Peternak Responden Para peternak responden merupakan penerima pinjaman dari program sapi bergulir yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2010. Kemampuan peternak responden sebagai pengelola sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu usaha ternak. Untuk mengetahui kemampuan seorang peternak responden, maka perlu diketahui latar belakang yang berhubungan dengan keterlibatan dalam kerjasama program tersebut. Beberapa faktor yang turut berpengaruh terhadap kemampuan peternak responden dalam mengelola ternak sapi adalah umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga, pengalaman beternak, dan pemilikan lahan yang digunakan untuk menunjang usaha ternaknya. Rata-rata umur peternak responden adalah 38,7 tahun dengan kisaran 23 58 tahun. Usia tersebut merupakan kisaran usia produktif, sehingga masih memungkinkan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong. Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerja dan pola pikir peternak responden untuk menentukan corak dan pola manajemen yang diterapkan dalam mengelola usaha ternaknya. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam menentukan kemampuan peternak mengelola usaha ternaknya. Tingkat pendidikan tertinggi peternak responden adalah SMA sebanyak 1 orang (14,2%), SMP sebanyak 4 orang (57,2 %), dan SD sebanyak 2 orang (28,6%). Tingkat pendidikan peternak responden didominasi oleh SD dan SMP sebesar 85,8%. Hal ini sesuai dengan kondisi umum peternakan rakyat di Indonesia yang sebagian besar berpendidikan SMP ke bawah. Peternak dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat dalam menerima dan memahami informasi baru, serta mampu melakukan perubahan inovatif dalam manajemen ternaknya. Jumlah anggota keluarga peternak mempengaruhi aktivitas usaha peternak karena menentukan ketersediaan tenaga kerja dalam membantu kegiatan peternak. Jumlah anggota keluarga peternak responden berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin secara rata-rata 2 5 orang, termasuk peternak sebagai kepala keluarga. Tenaga kerja yang digunakan peternak responden untuk usaha ternak sapi potong berasal dari tenaga kerja keluarga. Dilihat dari segi tanggungan keluarga, maka besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Hal ini akan mendorong kepala keluarga untuk berusaha memperoleh tambahan pendapatan melalui usaha lainnya. Peternak responden telah mengenal sapi dalam waktu yang relatif lama, yaitu dengan kisaran 5 25 tahun. Hal ini disebabkan karena ternak sapi memiliki hubungan yang sangat erat dengan usaha pertanian. Dalam upaya pengembangan usaha ternak sapi potong tersebut, peternak dibekali dengan pengetahuan praktis tentang cara beternak melalui penyuluhan dan bimbingan langsung dari Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah kepemilikan lahan sawah peternak responden berkisar antara 0,05 sampai 0,1 ha. Mata pencaharian pokok responden sebagian besar sebagai petani dengan jumlah 5 orang (72%), buruh tani sebanyak 1 orang (14%), dan pedagang sebanyak 1 orang (14%). Pelaksanaan Program Sapi Bergulir Masyarakat penerima program sapi bergulir harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, antara lain (1) tergabung dalam kelompok peternak; (2) belum memiliki ternak sapi potong dalam usaha taninya; (3) bertempat tinggal tetap pada desa tersebut; dan (4) sanggup mentaati perjanjian yang telah ditetapkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah. Program sapi bergulir di Desa Arjangka telah berjalan sejak 1991 hingga saat ini. Pada tahun 2010, pola perguliran yang digunakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Lombok Tengah adalah dengan memberikan pinjaman 1 ekor induk Sapi Bali dan 1 ekor induk Sapi Brangus kepada setiap peternak. Pinjaman ini dianggap lunas apabila peternak telah menggulirkan sapi-sapi tersebut kepada peternak lainnya yang belum mengikuti

program ini. Perguliran dilakukan setelah sapi-sapi tersebut bereproduksi sebanyak 2 kali, di mana setiap ekor anak keturunan dikenakan pungutan sebesar Rp 75.000. Bagi peternak yang menjual sapinya sebelum berusia 6 bulan dikenakan sanksi denda sebesar Rp 50.000. Sapi-sapi yang telah bereproduksi sebanyak 5 kali akan dihentikan pergulirannya dan dijual untuk dibelikan sapi betina remaja. Biaya dan Penerimaan Peternak Biaya usaha sapi bergulir. Biaya yang dipehitungkan dalam usaha sapi bergulir adalah biaya investasi sebesar Rp 1.935.900 dengan nilai sisa proyek Rp 1.310.610, biaya operasional sebesar Rp 1.975.000, dan biaya tetap sebesar Rp 220.500. Dalam kegiatan usaha diasumsikan bahwa jumlah biaya variabel sama atau tetap pada setiap periode usaha. Namun, biaya variabel akan mengalami peningkatan apabila jumlah sapi ternak yang dimiliki bertambah. Besarnya peningkatan biaya variabel diasumsikan 50% per 1 ekor peningkatan sapi ternak. Penerimaan peternak. Keuntungan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong berupa anak (pedet), tambahan nilai ternak atau kenaikan harga jual, dan sebagai simpanan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan untuk keperluan keluarga. Penerimaan yang diperoleh dari usaha sapi potong yaitu penjualan ternak dan nilai sisa ternak. Penjualan ternak hanya dilakukan apabila ada kebutuhan keluarga yang sangat mendesak. Sistem penjualan yang tidak rutin dikarenakan usaha ternak sapi bukan merupakan usaha pokok peternak, tetapi hanya usaha sampingan. Selain itu, penjualan ternak hanya dilakukan sewaktuwaktu apabila ada kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, seperti untuk keperluan menikah anggota keluarga atau acara besar agama. Harga jual sapi potong yang berlaku di daerah penelitian didasarkan pada umur dan jenis kelamin dengan mempertimbangkan juga kondisi hewan ternak. Selain itu, permintaan pasar juga turut berpengaruh terhadap harga jual sapi potong. Analisis Cash Flow Untuk mengetahui besarnya net cash yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah dana yang tersedia digunakan analisis cash flow. Analisis cash flow memperhitungkan nilai aliran penerimaan uang tunai dan non tunai yang dinilai-uangkan dengan oportunity cost (inflow cash flow) serta aliran yang semua dinilai-uangkan (outflow cash flow). Nilai cummulative net cash flow usaha ternak sapi potong yang semakin besar menunjukkan bahwa usaha ini mendapatkan keuntungan. Namun, perhitungan tersebut belum dapat digunakan sebagai indikator kelayakan usaha karena nilai discount factor belum diperhitungkan. Hasil tersebut hanya menunjukkan bahwa pada periode pemeliharaan tertentu telah dicapai hasil yang positif. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis investasi yang memperhitungkan nilai uang di masa mendatang dengan menggunakan discount factor sebesar 6%. Tahun pertama hingga tahun ketiga usaha ini menghasilkan net cash masing-masing Rp -1.561.792, Rp -1.523.585, dan Rp - 1.307.203. Inflow belum dihasilkan pada tahun pertama hingga tahun ketiga, sehingga biaya yang terus dikeluarkan menghasilkan net cash bernilai negatif. Pada tahun keempat inflow yang diperoleh adalah Rp 12.846.937 dengan outflow Rp 5.661.900, sehingga menghasilkan net cash bernilai positif. Inflow diperoleh dari penjualan kotoran ternak dan kelahiran anak sapi ternak.

Tabel 2. Cash Flow Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa Arjangka (Umur Proyek 7 Tahun) Tahun Proyek DF (6%) Biaya (Outflow) Manfaat (Inflow) M-B (Net Cash Flow) Nilai Outflow untuk IRR Nilai Inflow untuk IRR Nilai Cashflow untuk IRR 0 1 1.935.900 1.935.000 1.935.000 0 0 (1.935.900) (1.935.900) 1 0,943396226 2.165.500 2.015.500 12.875.900 360.000 10.710.000 (1.655.500) (1.561.792) 2 0,889996440 2.221.900 2.071.900 360.000 360.000 (1.861.900) (1.711.900) (1.523.585) 3 0,839619283 4.016.900 3.866.900 2.310.000 2.310.000 (1.706.900) (1.556.900) (1.307.203) 4 0,792093663 5.811.900 5,661.900 12.846.937 12.846.937 7.035.037 7.185.037 5.691.222 5 0,747258172 16.161.900 16.161.900 23.530.566 23.530.566 7.368.666 7.368.666 5.506.296 6 0,704960540 7.541.400 7.541.400 20.524.748 20.524.748 12.983.348 12.983.348 9.152.748 7 0,665057113 5.661.900 5.661.900 10.453.128 10.453.128 4.791.228 4.791.228 3.186.440 NPV 17.208.226 IRR 46% NBC 3,6 PBP 4,6 tahun Sumber: Data diolah, 2013 PV Analisis Finansial Untuk mengetahui kelayakan usaha yang dijalankan, maka digunakan tiga kriteria kelayakan, yaitu NPV, IRR, dan NBC. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 17.208.226. Nilai ini menunjukkan penanaman investasi pada usaha peternakan sapi potong dalam penelitian ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp 17.208.226 selama 7 tahun umur proyek. IRR sendiri merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasional, investasi, dan proyek baru hingga sampai pada tingkat pengembalian modal. Hasil penelitian menunjukkan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga 6% atau dengan kata lain usaha ini akan memberikan pendapatan dengan rata-rata 46% setiap tahun dari modal yang telah diinvestasikan. Artinya, dengan biaya oppurtunity of capital sebesar 6%, usaha ini masih layak dilaksanakan karena memberikan pendapatan rata-rata sebesar 46% pertahun dari modal yang ditanamkan. Besarnya nilai IRR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya penggunaan faktor produksi rendah, manfaat substansial mulai mengalir pada awal proyek, dan 90% dari investasi dibiayai oleh pinjaman. NBC merupakan besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. NBC yang diperoleh dalam usaha ini sebesar 3,6 yang berarti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran Rp 1 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,6 dengan jangka waktu pengembalian modal selama 4,6 tahun. Nilai NBC >1 menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilakukan.

Analisis Sensitivitas Dalam analisis usaha peternakan sapi potong di Desa Arjangka ini dilakukan dua model skenario perubahan biaya variabel. Perubahan biaya variabel ini berpengaruh terhadap komponen-komponen kelayakan usaha, yaitu NPV, IRR, dan NBC. Kedua skenario yang akan dilihat sensitivitas perubahannya adalah (1) jika biaya variabel dinaikkan 2% dan (2) jika biaya variabel dinaikkan 10%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara finansial kedua skenario tersebut tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap perubahan komponen kelayakan usaha karena adanya perbedaan range nilai yang cukup kecil. Oleh karena itu, tanpa menerapkan kedua skenario tersebut pun, usaha peternakan sapi potong di Desa Arjangka sudah memiliki tingkat kelayakan usaha yang memadai secara finansial. Penyerapan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong adalah jumlah jam tercurahkan untuk pemeliharaan sapi potong per hari. Rata-rata jumlah anggota keluarga responden peternak yang tergolong usia kerja (10 64 tahun) adalah sebanyak 4,42 orang dengan perincian 1,14 orang anak berusia 10 14 tahun; 2 orang wanita dewasa; dan 1,28 orang pria dewasa. Dengan demikian apabila dikonversikan berdasarkan HKP, maka jumlah jam kerja keluarga yang tersedia untuk masing-masing peternak responden adalah 19,06 JOK yang terdiri dari tenaga kerja anak 3,34 JOK, tenaga kerja wanita dewasa 8,21JOK, dan tenaga kerja pria dewasa 7,51 JOK. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usaha inti dan usaha ternak sapi potong masing-masing adalah 5,78 JOK dan 2,78 JOK. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha inti adalah 30,32%, sedangkan penyerapan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong adalah 14,58% dari total tenaga kerja yang tersedia. Tabel 3. Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga untuk Usaha Ternak Sapi Potong di Desa Arjangka Kategori Umur Rata-rata Jumlah Orang per Responden Jam Kerja Tersedia Ketersedian Tenaga Kerja (JOK) Anak-anak 10-14 1,14 5,87 3,34 Wanita Dewasa >14 2 5,87 8,21 Pria Dewasa >14 1,28 5,87 7,51 Jumlah Jam Kerja Keluarga Tersedia 19,06 Sumber: Data diolah, 2013. Besaran nilai penyerapan tenaga kerja bagi usaha ternak sapi potong yang kecil mengindikasikan bahwa usaha ini hanya merupakan usaha sambilan untuk menambah penghasilan keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usaha ternak sapi potong sebesar 2,78 JOK menunjukkan bahwa kerja yang dibutuhkan untuk usaha ini tidak mengganggu aktivitas dalam melakukan usaha inti. Meskipun rata-rata penggunaan tenaga kerja kecil, tetapi dengan adanya usaha ternak sapi potong ini, maka penyerapan tenaga kerja meningkat menjadi 44,90% dari total tenaga kerja keluarga yang tersedia.

E. KESIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Usaha pengembangan ternak sapi potong melalui program pinjaman sapi bergulir memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat. Pengadaan investasi awal yang besar mampu memberikan manfaat yang sepadan bagi masyarakat yang mengikuti program tersebut. 2. Program pinjaman sapi bergulir memiliki tingkat kelayakan atau feasibility yang sangat tinggi. Di mana, nilai present value cash inflow-nya di atas present value initial investment, sehingga proyek tersebut dapat diterima. Nilai BCR yang tinggi menandakan bahwa program tersebut dapat diterima, dan IRR yang tinggi menunjukkan nilai yang lebih besar dari tingkat suku bunga. 3. Program sapi bergulir memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap perubahan-perubahan parameter input yang berhubungan dengan output usaha. Hal ini ditunjukkan dengan tidak signifikannya perubahan nilai NPV, IRR, dan BCR setelah adanya perubahan parameter input. 4. Dengan adanya usaha ternak sapi potong, besaran penyerapan tenaga kerja menunjukkan peningkatan dari total tenaga kerja keluarga yang tersedia. 5. Usaha ternak sapi potong yang dilakukan dapat memberdayakan peternak rakyat. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan populasi sapi potong berdasarkan usaha ternak sapi potong yang telah dilakukan. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA Common, Michael S. 1996. Environmental and Resource Economics: An Introduction (2 nd eds) (hlm. 230-234). Singapore: Longman. Djaelani, Supriyanti; Rini Widiati, dan Krishna Agung Santosa. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Proyek Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Oba Tengah dan Oba Utara, Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Buletin Peternakan, Volume 33 (1) : 41-48. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Ke 4, Edisi 3. (Hlm. 11-12). Jakarta: PPBS.

Pudjosumarto, Muljadi. 1998. Evaluasi Proyek. Uraian Singkat dan Soal-Jawab (Hlm. 6-8). Yogyakarta: Liberty. Santosh, Sahu. 2008. Cost Benefit Analysis of Participatory Natural Resource Management: A Study of Watershed Development Initiative in Indian Village (Hlm. 34-35). Jakarta: Gramedia. Wrihatnolo, R. R., dan R. N. Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat (Hlm. 20-24). Jakarta: Gramedia.