BAB I PENDAHULUAN. beraktivitas, dan adanya kemungkinan terjadinya kecacatan karena proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. (tulang) dan myelo (sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi)

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

DEBRIDEMEN DENGAN HIGH SPEED BURR

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

GAMBARAN TATA LAKSANA TERAPI PASIEN OSTEOMIELITIS DI RSUP SANGLAH APRIL OKTOBER

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

OSTEOMIELITIS. Rachmanissa

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

LAPORAN KASUS OSTEOMIELITIS TIBIA DEKSTRA

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolonoskopi saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan

HOME HEALTH CARE. Perawatan Kesehatan Rumah Diterjemahkan dari handout materi keperawatan komunitas oleh Bapak Sigit Mulyono, MN

Oleh: NURUL SAKINAH J KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

ANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan. menyeluruh, dan dapat terjangkau masyarakat luas.

Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PASKA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi.

BAB I PENDAHULUAN. Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu. Teori

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN. kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteomielitis kronis telah menjadi masalah yang sulit bagi pasien dan dokter yang merawat. Seringnya angka kekambuhan menyebabkan pasien sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Nyeri dan keterbatasan dalam beraktivitas, dan adanya kemungkinan terjadinya kecacatan karena proses infeksi jangka panjang menyebabkan kesakitan bagi pasien baik secara mental maupun fisik. Tujuan utama penanganan osteomielitis kronis adalah eradikasi infeksi dan mengembalikan fungsi fisiologis yang optimal. Walaupun pengobatan dengan antibiotik dan pembedahan sudah canggih, namun angka kekambuhan masih juga tinggi. Osteomielitis ditandai dengan adanya tulang yang infeksi (Patzakis dkk, 2005). Osteomielitis kronis didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih dari 1 bulan (Dormans & Drummond, 1994). Osteomielitis kronis dapat juga didefinisikan sebagai tulang mati yang terinfeksi didalam jaringan lunak yang tidak sehat (Cierny & Madder, 2003). Angka kekambuhan pasien dengan osteomielitis kronis dengan antibiotik dan pembedahan masih berkisar antara 20%-30%. Kekambuhan ini dapat berlangsung sepanjang hidup pasien. Akibat dari infeksi ini bisa terjadi draining tract, terjadi fraktur patologis pada daerah yang infeksi, ada juga kemungkinan tranformasi ke arah ganas yaitu 1

2 menjadi squamous cell carcinoma. Tranformasi ganas biasanya muncul setelah periode waktu yang lama dari infeksi kronik, rata-rata 35 tahun (Wirganowicz, 1999, Steinrücken dkk, 2012). Tulang tibia merupakan tempat paling sering terjadi osteomielitis kronis post trauma dan infected nonunion (Patzakis dkk, 2005). Terapi osteomielitis kronis mencakup drainase yang adekuat, debridement yang cermat, penanganan terhadap ruang kosong (dead space), penanganan luka (soft tissue coverage), dan terapi antibiotik yang spesifik (Wirganowicz, 1999, Lazzarini dkk, 2004). Semua sequestrum harus dibuang, dan semua jaringan mati harus di kuret dari medula. Bila sequestrum terdapat di dalam involucrum atau kanal medulla, buat jendela pada korteks tulang dengan bor dan osteotome (Spiegel & Penny, 2005). Jaringan yang hidup harus terdapat pada batas reseksi. Tulang yang hidup ditandai dengan titiktitik perdarahan (paprika sign) (Wirganowicz, 1999, Patzakis dkk, 2005). High speed burr ini sangat bagus digunakan karena dapat menjangkau tulang yang berada disudut sempit. Dengan high speed burr kita dapat melakukan debridemen yang lebih terkontrol sehingga dapat menghilangkan jaringan yang mati dengan lebih baik (Patrick & Spencer, 2005). High speed burr dapat memperluas kuretase hingga tampak tulang yang normal (Augustin, 2012).

3 Staphylococcus aureus merupakan patogen terbanyak penyebab osteomyelitis hematogen akut pada semua kategori umur. Staphylococcus aureus ditemukan sebanyak 89 % dari semua infeksi (Song & Sloboda, 2001). Staphylococcus aureus tetap menjadi organisme yang paling banyak ditemukan pada osteomielitis kronis (Simpson dkk, 2001). Untuk diagnosis dan penentuan adanya infeksi pada tulang (osteomielitis kronis) bergantung pada diisolasinya patogen dalam kultur bahan yang diambil dari lesi tulang, darah atau cairan sendi (Lazzarini dkk, 2004). Dari uraian diatas high speed burr dapat dimanfaatkan dalam tindakan debridemen pada osteomielitis kronis. Kontrol lokal yang baik diharapkan dapat membuang semua jaringan nekrotik lebih baik daripada kuretase. Hasil akhir dari debridement adalah dapat menurunkan atau menghilangkan fokus infeksi yang dibuktikan dengan hilangnya atau menurunkan koloni kuman pada kultur kuman. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, untuk mengetahui efek high speed burr pada proses debridemen pasien dengan osteomielitis kronis maka disusun rumusan masalah sebagai berikut :

4 1. Apakah debridement dengan high speed burr lebih banyak menurunkan jumlah koloni Staphylococcus aureus pada tulang tibia kelinci yang mengalami osteomielitis kronis dibandingkan dengan debridement dengan kuretase? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui bahwa debridemen dengan high speed burr lebih baik dibandingkan dengan debridemen dengan kuretase pada osteomielitis kronis. 1.3.2. Tujuan Khusus Membuktikan penurunan jumlah koloni Staphylococcus aureus pada tulang tibia kelinci yang mengalami osteomielitis kronis yang dikerjakan debridemen high speed burr lebih banyak dibandingkan dengan debridemen kuretase. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek high speed burr untuk debridemen osteomielitis kronik tulang tibia kelinci.

5 1.4.2. Manfaat Klinis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar sebagai pertimbangan penggunaan high speed burr untuk debridemen osteomielitis kronis. 1.4.3. Manfaat Metodologis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam penelitian tentang penggunaan high speed burr untuk debridemen osteomielitis kronis.