(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh

Gambar I. Garis-garis viabilitas benih dalam Konsepsi Steinbauer- Sadjad (Sadjad, 1994)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

I. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merr.) memiliki nilai ekonomi yang cukup

111. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

PENINGKATAN PERFORMANSI BENIH KACANGAN DENGAN PERLAKUAN INVIGORASI. Agus Ruliyansyah 1

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Tembakau termasuk dalam family Solanaceae yang banyak di. budidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Perbanyakan tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

Seed Coating untuk Meningkatkan Daya Simpan Benih Kakao. Sulistyani Pancaningtyas 1)

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

TINJAUAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Vigor dan Viabilitas Benih. Benih merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

MUTU FISIOLOGI BENIH JAGUNG (Zea mayzs L.) PADA BEBERAPA PERIODE SIMPAN

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

STUDI POLA PEWARNAAN UJI TETRAZOLIUM PADA BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SEBAGAI TOLOK UKUR VIABILITAS

TINJAUAN PUSTAKA Viabilitas Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Keanekaragaman Budidaya Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Padi Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo dan Padi Rawa

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem

TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas dan Vigor Benih

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani, Morfologi dan Fisiologi Tanaman Kedelai

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

PERLAKUAN MATRICONDITIONING BENIH SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN VIGOR DAN VIABILITAS BENIH

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG. Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami

FISIOLOGI PERKECAMBAHAN BENIH. Oleh : Eny Widajati

Viabilitas.Potensial Benih

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A

Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedikit glukosa, fruktosa, dan maltosa. Komponen terbesar pati endosperm adalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode penyimpanan benih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor alami. Proses ini disebut deteriorasi. Kemunduran benih dapat juga tejadi oleh tindakan non alami, misalnya oleh deraan Mesin Pengusang Cepat (MPC) dengan menggunakan uap etanol. Untuk membedakan dari istilah deteriorasi, proses kemunduran non alami oleh Sadjad (1994) disebut devigorasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai deteriorasi terkontrol. Perubahan yang terjadi akibat deraan uap etanol menurut hasil penelitian Pian (1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor benih yang merupakan perwujudan fisiologi. Perwujudan biokimiawi akibat deraan uap etanol adalah menurunnya aktivitas enzim, respirasi benih, laju sintesis dan meningkatnya kebocoran hasil metabolisme. Pemjudan sitologik terlihat pada kerusakan tudung akar embrio benih yaitu terlepasnya plasma sel dari dinding sel dan hubungan antar sel menjadi renggang. Perubahan metabolik, sitologik dan genetik terjadi selama proses kemunduran viabilitas benih. Pada benih-benih yang mengalami kemunduran te jadi akumulasi krornosom yang rusak, denaturasi lipoprotein membran sel dan asam nukleat (Roberts, 1972). Hasil penelitian Pian (1981) menunjukkan adanya kesarnaan antara deteriorasi dan devigorasi dilihat secara fisiologi, biokimiawi, maupun sitologi. Studi ultrasbuktur pada tudung akar dari beberapa tingkat kemunduran benih, menunjukkan bahwa semua organel sel terpengaruh oleh proses penuaan. Namun pada lot benih yang mengalami kemunduran tipe I dengan protoplas masih relatif baik walaupun sudah ada perubahan degeneratif, ketidaknormalan

tersebut menghilang setelah imbibisi 48 jam. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme perbaikan. Kemunduran tipe I1 dengan protoplas sudah tidak beraturan dan organel-organel sudah mengalami degenerasi, tidak dapat pulih kembali. Demikian pula pada tingkat kemunduran yang lebih lanjut pada tipe I11 (Roberts, 1972). Faktor internal benih dan kondisi lingkungan kadang-kadang menyebabkan pertumbuhan bibit lambat atau abnormal. Benih-benih yang sudah mengalami penman viabilitas biasanya sangat peka terhadap kondisi sub optimum. Salah satu upaya untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan suatu perlakuan sebelum tanam sehingga benih dapat mengatasi kondisi sub optimum, rnetabolisrne perkecambahan yang terjadi lebih awal dan pengaruh pen- benih dapat dikurangi. Perlakuan tertentu pada benih yang telah mengalami kemunduran dapat meningkatkan vigor. Proses bertambahnya vigor benih disebut invigorasi (Sadjad, 1994). Murray dm Wilson (1987) mengemukakan bahwa salah satu usaha untuk menambah vigor benih adalah dengan perlakuan priming. Priming adalah suatu metode untuk mengatur jurnlah air yang diimbibisi oleh benih, serta mengatur kecepatan masuknya air ke dalam benih. Ada beberapa metode priming yaitu hydropriming, osmotic priming dan matriconditioning. Hydropriming yaitu priming dengan cara merendam benih dalam air beberapa jam lalu diikuti dengan perlakuan inkubasi pada kondisi kelembaban nisbi 100% (Koch, Hoffinan dan Steiner, 1992 ; Fujikura et al., 1993). Osmotic priming yaitu priming dengan cara menempatkan benih dalam larutan osmotik, metode ini sering juga disebut osmopriming atau osmoconditioning (Murray dan Wilson,1987). Matriconditioning yaitu priming

Fenomena invigorasi ditunjukkan oleh indikasi fisiologi maupun biokimiawi. Perlakuan osmotic priming dengan PEG 6000 pada benih kedelai yang telah mengalami devigorasi dapat meningkatkan Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (I(CT), Keserempakan Tumbuh (I(ST) dan persentase pemunculan bibit (Nursandi, 1990; Sagala, 1990 ; Shatters et al., 1994). Hasil penelitian Shatters et al. (1994) menunjukkan adanya peningkatan intensitas pewarnaan pada analisis izoenzim glutamat dehidrogenase (GDH) pada benih yang diberi perlakuan osmotic priming dibanding kontrolnya. Kandungan protein terlarut lebih tinggi pada benih yang diberi perlakuan osmotic priming dib&ding kontrol (Smith dan Cobb, 1992). Hasil penelitian Armstrong dan McDonald (1992) menunjukkan bahwa pada perlakuan osmotic priming terjadi pemantapan integritas membran. Viabilitas benih merupakan fokus pengembangan ilmu benih (Sadjad, 1992). Dalam pengembangan ilmu benih tersebut diharapkan dapat ditemukan indikasiindikasi viabilitas benih yang dapat diukur dengan tolok ukur yang spesifik. Pada penelitian ini diharapkan dapat diperoleh indikasi viabilitas yang spesifik dalam kaitannya dengan invigorasi benih. Proses invigorasi ditunjukkan oleh tingkat pulih vigor yaitu selisih nilai viabilitas benih, baik yang dinyatakan dengan tolok ukur fisiologi maupun biokimiawi antara lot yang diinvigorasi dan kontrolnya (tanpa invigorasi). Hasil penelitian Widajati, Suwarno dan Murniati (1990) pada benih kacang tanah menunjukkan bahwa benih vigor tinggi dan vigor rendah tidak menunjukkan peningkatan vigor dengan perlakuan invigorasi, sedangkan pada benih vigor sedang terjadi peningkatan vigor secara nyata. Fenomena yang sarna juga terjadi pada benih kedelai (Sagala, 1990) dan benih jagung (Setiarini, 1995). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pulih vigor memiliki kecenderungan garis yang sarna

dengan garis Nilai Delta pada Periode I11 konsepsi Steinbauer-Sadjad. Analog dengan garis Nilai Delta, maka fenomena pulih vigor tersebut diduga dapat digunakan untuk paiameter viabilitas suatu lot benih. Proses invigorasi pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk kriteria viabilitas suatu lot benih. Lot benih pada hakekatnya me~pakan campuran individu-individu benih baik, sedang dan jelek, oleh karena itu informasi viabilitas benih mengikuti kurva distribusi normal. Dalam prakteknya dua atau lebih lot benih dapat diblending. sehingga didapatkan komposisi lot benih yang lebih baik. Greg et al. (1970) mendefinisikan blending adalah mencampur dua atau lebih lot benih, sehingga dihasilkan lot benih yang lebih homogen. Pemanfaatan benih yang sudah menurun viabilitasnya dalam budi daya tanarnan diduga akan dapat menghasilkan pertanaman yang lebih seragam di lapang jika benih yang sudah menurun viabilitasnya diblending dengan benih berviabilitas tinggi. Penentuan dapat tidaknya benih tersebut diblending diduga dapat dilakukan dengan uji invigorasi. Lot benih yang sudah menurun viabilitasnya dan setelah uji invigorasi dapat pulih vigor termasuk kelompok benih vigor sedang dan dapat digunakan untuk blending. Blended seed mempakan campuran benih vigor tinggi dan sedang dengan berbagai variasi rasio. Batas rasio yang dapat diterima adalah rasio-rasio yang memiliki delta relatif konstan apabila campuran lot tersebut diinvigoraqi. Jika ha1 ini dapat dilakukan maka penambahan waktu dan tenaga untuk penyularnan dapat ditiadakan dan benih yang sudah mengalami kemunduran dapat dimanfaatkan dan pertanaman yang dihasilkan lebih baik. Senyawa P di dalam benih sangat penting peranannya dalam metabolisme perkecambahan benih. Fitin adalah kompleks garam kalsium, magnesium dan kalium dari asam inositolheksafosfat (asam fitat). Walaupun fitin jumlahnya

kecil namun merupakan surnber fosfat dan unsur mineral penting bagi benih. Selain itu fitin merupakan cadangan Fe, Mn dan Cu (Bewley dan Black, 1985). Benih-benih yang pulih vigor dan diberi perlakuan invigorasi diduga mengalami peningkatan aktivitas enzim-enzim hidrolisis, terrnasuk enzim fitase sebagai penghidrolisis fitin. Pemanfaatan cadangan P dalam benih yang mengalami deteriorasi dan devigorasi akan menurun. Perlakuan invigorasi diduga dapat meningkatkan pemanfaatan cadangan P selama perkecambahan. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan mempelajari proses deteriorasi dan devigorasi yang ditengarai oleh asam fitat, P teresterifikasi oleh mitokondria, aktivitas enzim fitase, aktivitas enzim peroksidase di dalam benih kedelai yang memungkinkan untuk &ja&ikan indikator vigor biokimiawi maupun DB dan ST sebagai indikator mutu fisiologi. Tujuan lainnya adalah mempelajari tingkat pulih vigor sebagai kriteria analisis benih dalam variasi benih yang mengalarni deteriorasi dan devigorasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari mekanisme invigorasi pada lot benih yang pulih vigor dengan indikasi fisiologi dan indikasi biokimiawi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari aplikasi fenomena invigorasi pada lot-lot benih yang diduga sudah mundur narnun masih dalam batasan pulih vigor, sehingga dapat ditentukan apakah lot benih tersebut dapat digunakan untuk tujuan blending. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat viabilitas clan kepulihan vigor benih dari lot benih yang mengalami deteriorasi maupun devigorasi dapat diindikasikan dengan indikasi fisiologi dan biokimiawi.

2. Kandungan asarn fitat, aktivitas enzirn fitase, aktivitas enzim peroksidase, jumlah P teresterifikasi oleh mitokondria, serta pola pita protein dapat rnenjelaskan mekanisme invigorasi. 3. Indikasi kecambah kuat pada pengujian vigor benih berkorelasi positif dengan lot benih yang masih mengalami pulih vigor 4. Tingkat invigorasi dapat rnengindikasikan vigor benih. 5. Pada lot benih yang pulih vigor dapat dilakukan blending, narnun lot benih hasil blending dibatasi oleh rasio lot benih pulih vigor.