BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

dokumen-dokumen yang mirip
A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

ARTIKEL ILMIAH PERANCANGAN MOTIF GEOMETRI UNTUK BATIK

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. kontemporer dengan sumber ide space invaders sebagai busana remaja laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Permasalahan utama dalam penciptaan karya ini adalah bagaimana merancang

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

JURUSAN KRIYA SENI/TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BATIK DARI INDONESIA

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB IV KONSEP DESAIN. Ide dasar pedesain ialah mencoba untuk menjadikan suatu trend yang baru bagi dunia

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil

Desain Alas Kaki Casual untuk Anak Perempuan Usia 8-12 Tahun dengan Eksplorasi dan Aplikasi Motif Batik Anak

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERANCANGAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II METODE PERANCANGAN

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna dari karakter Geometri sesuai dengan karakter remaja putra Pemecahan masalah: 1. Studi pustaka melalui buku-buku yang berkaitan dengan perancangan. 2. Studi visual untuk mencari gambaran awal mengenai produk batik. 3. Studi proses untuk mengurangi kegagalan proses batik tulis. 4. Wawancara untuk memperoleh data yang tidak terdokumentasi. 5. Observasi untuk mengetahui produk pembanding. 6. Uji coba untuk memperkecil kesalahan produksi. Desain Motif Batik Karakter Visual Geometri - Motif Geometri - Macam-macam motif geometri - Tren Motif yang sedang berkembang - Motif batik di pasaran - Karakter Remaja Putra Konsep perancangan: 1. Aspek Estetis yang berkaitan dengan desain motif yang bersumber dari visual geometri dengan menggunakan Zat warna Remasol. 2. Aspek Teknik yang berkaitan dengan teknik batik tulis. 3. Aspek Fungsi sebagai tekstil untuk busana pria. 4. Sekmen Pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya kaum pria. 5. Aspek Material berupa bahan katun Primisima. Alternatif Desain visualisasi Produk 37

38 B. Konsep Perancangan Konsep perancangan ini adalah bagaimana menciptakan batik kontemporer dengan sumber ide visual geometri ke dalam kain melalui teknik batik. Konsep desain diarahkan agar produk batik yang dibuat tidak sekedar memenuhi fungsi sebagai bahan sandang saja namun produk yang dibuat memperhatikan unsurunsur estetika meliputi corak, motif, warna, dan yang terpenting adalah desain mengikuti perkembangan zaman (bersifat kekinian). Desain yang bersifat kekinian, sesuai dengan perkembangan zaman, menjadi penting mengingat masyarakat sekarang lebih terbuka terhadap perubahan dan perkembangan selera masyarakat terhadap desain juga mengikuti arah zaman. Dalam perancangan batik kontemporer ini diarahkan pada visual dengan tema yang lebih masa kini, mengambil tema Batik Geometri dengan sumber ide visual Stripe and Shape. Batik geometri ini nantinya terdiri dari beberapa visual Stripe (garis) dan Shape(bidang), pengolahan garis dan bidang akan mendominasi dalam perancangan karya ini. Disamping visual Stripe (garis) dan Shape(bidang) yang mendominasi, visual motif juga dikombinasi dengan beberapa motif pendukung antara lain motif kawung, cecek maupun visual yang terinspirasi oleh rapor lereng. Konsep perancangan ini bertujuan mengembangkan karakter-karakter dari visual geometri yang berbeda dengan motif batik pada umumnya. Teknik yang digunakan dalam penerapan motif adalah teknik batik tulis sehingga kesan batik pada motif dihasilkankan dari efek retakan yang dihasilkan oleh malam tersebut. Proses pewarnaan menggunakan zat warna remasol dengan sistem celup dan colet, untuk perancangan warna mengambil warna yang mengarah pada warnawarna cerah yang lebih berani sehingga menampilkan kesan maskulin, dan masa

39 kini yang semua itu merupakan khas dari anak muda. Perancangan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan batik untuk masyarakat, serta memperkaya ragam motif batik yang ada di Indonesia. Ada beberpa aspek yang menjadi pertimbangan dalam perancangan ini meliputi: 1. Aspek Estetis Aspek estetis merupakan dasar pemikiran rancangan yang berhubungan dengan nilai keindahan agar sebuah karya memiliki daya tarik yang besar. Aspek estetis pada perancangan ini merupakan salah satu dari keseluruan aspek teknik, bahan, dan fungsi. Karya ini difungsikan sebagai kain baik remaja, dimana desain yang digunakan mengambil tema geometri, sehingga menghasilkan visualisasi motif dengan nuansa baru. Motif geometri sendiri akan lebih banyak memberikan kemungkinan baru di dalam penciptaannya dengan bentuk-bentuk yang beraneka ragam nantinya. Batik geometri ini nantinya terdiri dari beberapa visual Stripe (garis) dan Shape (bidang). Pengolahan garis dan bidang akan mendominasi dalam perancangan karya ini. Motif yang dibuat mempertimbangkan aspek estetik, selain itu juga dengan perulangan bentuk yang dikomposisikan supaya tidak monoton. Karakter stripe (garis) and shape (bidang) akan dikomposisikan menjadi motif batik secara seimbang dan harmonis sebagai perwujutan karakter visual. Unsur-unsur geometri tersebut diolah dengan cara mengkomposisikan bentuk, titik, garis-garis (outline) yang dipadukan dengan pengolahan dari berbagai warna sehingga akan lebih terlihat menarik dan berbeda dengan batik pada umumnya. Dinamika motif ditunjukan oleh adanya perulangan-perulangan dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Kesatuan pada motif akan ditunjukan melalui kerapatan

40 motif yaitu dengan cara menumpangkan bidang-bidang motif maupun penyatuan dengan warna bacgrund yang sama. Dalam hal ini warna juga memberi pengaruh terhadap sebuah perancangan. Warna dapat menambah keindahan dari sebuah rancangan begitu pula sebaliknya warna dapat memperburuk tampilan sebuah rancangan. Dibutuhkan kecermatan dalam menentukan sebuah warna, selain hal tersebut warna dapat menambah rasa percaya diriterhadap pemakai. Komposisi pada desain di rancang untuk anak muda jaman sekarang, oleh karena itu dalam segi warna dipilih warna-warna yang hangat dan cerah sesuai sasaran umur konsumen. Warna hangat dan cerah mencerminkan keberanian, keceriaan, kebahagian dan ekspresi kebebasan juga memberi kesan maskulin dan catchy dari jiwa remaja. Dilihat dalam segi estetis teknik batik tulis menghasilkan goresan yang mempunyai efek berbeda disetiap motifnya, sebagai contoh dalam membuat sebuah objek/garis nampak kaku dan tidak sempurna diulang beberapa kali dengan berbeda ketebalannya maka akan memberi kesan maskulin, maka dari hasil goresan yang dibuat sudah ada keindahan yang nampak dari garis dan objek yang di hasilkannya. 2. Aspek Teknik Pemilihan teknik batik tulis pada perancangan ini dikarenakan, teknik tersebut tetap memiliki keunikan tersendiri ditengah perkembangan teknik cap dan printing. Kaitannya dengan aspek estetis adalah dibandingkan dengan teknik batik yang lain, goresan-goresan yang dihasilkan oleh batik tulis terlihat lebih ekspresif sehingga tidak akan ada goresan yang sama dalam setiap pengulangannya. Goresan-goresan dalam satu desain dapat diatur untuk ukuran

41 titik, garis, maupun bidangnya, sehingga penggambaran visual lebih beragam. Teknik batik tulis sendiri yaitu, teknik membut motif diatas kain menggunakan malam, dengan cara dicanting, setelah motif diberi malam kemudian motif tersebut diberi warna dengan cara dicelup dan dicolet. Proses pewarnaan dengan menggunakan zat warna reaktif yaitu remazol yang cerah dan memiliki ketahaan kelunturan yang baik dengan proses penguncian warna atau fiksasi menggunakan Natrium Silikat (Water Glass). 3. Aspek Bahan Bahan merupakan media yang dapat mewadahi aspek teknik. Bahan yang baik dapat memberikan nilai lebih pada sebuah produk, agar tercapai visual yang diinginkan dan dapat mendukung penciptaan karya tekstil maka dibutuhkan bahan yang tepat, maka dipilih bahan yang sesuai dengan kosep perancangan. Perancangan ini akan menggunakan kain yang disesuaikan dengan karakteristik dari remaja yang menjadi sasaran produk ini nantinya. kain katun Primisima dapat mendukung dalam keberhasilan perancangan ini. Kain primisima sesuai untuk mendukung aktifitas remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan. Katun Primisima yang memiliki karakter kuat, agak kaku, halus, ringan, tebal, nyaman dan memiliki daya serap yang baik yang berkaitan dengan karakter remaja laki-laki yang selalu aktif. Kain ini pas dikenakan sesuai dengan iklim tropis di Indonesia. Bahan ini dapat dibuat motif menggunakan berbagai jenis teknik tekstil. Juga melihat faktor daya beli sasaran produk yaitu remaja. Tingkat ergonomik dari bahan kain katun sendiri dapat dipertanggung jawabkan, sudah jelas aman karena kain tersebut berasal dari serat alam yang nyaman. Selain hal itu karakter kain yang lembut serta mudah menyerap keringat sehingga tidak gerah bagi

42 pemakainya walaupun kain jenis ini mudah kusut namun mudah pula dirapikan dengan cara disetrika. Berikut adalah karakteristik yang dimiliki oleh bahan katun adalah : 1) Asal bahan dari biji polong kapas 2) Sifat bahan: kuat, ketika basah mudah menyerap air, mudah kusut, susut/mengkerut, kecuali bila ditangani denganbenar, rusak oleh sinar matahari, keringat dan mudah lapuk. 3) Kontruksi bahan: berubah-ubah dengan bermacam-macam berat dan tekstur. 4) Penyempurnaan warna bahan relative mudah, daya serap dan gabungnya bagus. 5) Jatuhnya bahan tidak bagus. 6) Tekstur bahan gemersik dan kaku. 7) Kegunaan bahan biasanya digunakan untuk pakaian musim panas, pakaian kerja, pakaian olah raga, dan pakaian santai. 4. Aspek Fungsi Konsep perancangan ini adalah membuat produk kain batik untuk remaja pria dengan target usia sekitar 16 tahun 20 tahun. hal ini dikarenakan sesuai dengan kebutuhan pasar tentang permintaan batik sebagai busana pria yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup masa kini yang berorientasi pada kenyamanan produk saat digunakan, nyaman menyentuh kulit, dan mengikuti tren.

43 5. Aspek Segmen Pasar Segmen pasar berkaitan dengan beberapa hal yang dapat mempengaruhi produk yang dibuat dapat diterima atau tidaknya sebuah produk ditentukan oleh konsumen. Segmen pasar ditentukan sebelum produk tersebut dibuat. Karena jika segmen pasar sudah jelas maka produk yang dibuat mengarah kepada sasaran yang tepat. Dalam pembuatan pakaian ini sasaran yang dituju adalah remaja putra (16-20 tahun). Hurlock dalam buku Personality Development menjelaskan bahwa pakaian menentukan dikelompok mana seseorang diterima sebagai anggota, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja mengkonsumsi produk fesyen terutama karena berdasarkan perasaan dan emosi ingin diterima dalam kelompok dengan mempresentasikan diri melalui penampilan mereka. Karena dorongan tersebut, remaja akan lebih mudah melakukan impulsive buying pada produk fesyen yang selalu berubah setiap waktu akibat memori mengenai pembentukan image melalui penampilan yang akan dipresentasikan. Perilaku tersebut akan menimbulkan akibat yang lebih kompleks. Selain itu dampak bagi individu dengan self monitoring tinggi yang tidak dapat mempresentasikan diri (Hurlock, E.B., 1974:4). Produk batik dibuat secara massal terbatas dalam artian bahwa dalam satu desain produk yang dikerjakan adalah 50 biji dengan berbagai pilihan warna. Produk massal terbatas dipilih sebagai sasaran pembuatan adalah terlebih karena remaja sangat mudah terpengaruh dengan fenomena yang berkembang di lingkungan mereka, contohnya adalah gaya berpakaian. Remaja akan mengikuti perkembangan yang ada, baik motif maupun fesyen yang berkembang.

44 C. Kriteria Desain Kriteria desain diarahkan untuk produk massal terbatas untuk remaja pria. Kriteria desain mempertimbangkan nilai keunikan desain dan mempertimbangkan proses produksinya. Produk yang akan diproduksi harus dapat menarik perhatian banyak konsumen terlebih remaja, dimana remaja tertarik untuk mengikuti maupun meniru fenomena yang berkembang di lingkungan. Remaja cenderung berfikir bahwa mengikuti fenomena yang berkembang dimasyarakat, maka dapat dikategorikan masuk golongan tidak ketinggalan zaman, dan begitupun sebaliknya. Terlebih bahwa sekarang remaja sangat mementingkan penampilan mereka, karena bagi remaja berpakaian merupakan media untuk mempresentasikan diri mereka terhadap lingkungannnya. Kriteria desain ini mempertimbangkan motif batik kontemporer berupa visual Geometri yang dapat menarik minat remaja pria itu sendiri. Kriteria desain juga mempertimbangkan proses produksi yang membutuhkan penanganan khusus yakni teknik batik tulis dengan kecermatan tinggi dengan olahan visual yang lebih menarik. Proses pewarnaan dengan sistem celup dan colet. Bahan yang kuat, nyaman dan berkualitas menjadi unsur penting dari serangkaian proses yang produksi. Dimana produk ini nantinya akan didistribusikan di distro-distro yang digemari kaum anak muda masa kini, tempat-tempat penjualan batik, maupun berjualan online di website toko baju terpercaya untuk terjadinya transaksi jual beli dan bertemu orang-orang yang menyukai baju dengan motif unik dan

45 menarik, sehingga anak muda akan tetap membeli karena mengingat produk dalam jumlah massal dan desain yang di tawarkan beraneka ragam. D. Pemecahan Masalah Pemecahan desain difokuskan pada pengolahan visual dan proses-proses yang mendukung untuk memunculkan visual yang menarik. Visualisasi desain menjadi sebuah bentuk penggabungan dari kesatuan berbagai macam aspek yang sudah dipertimbangkan untuk menghasilkan sebuah produk. Visualisasi desain merupakan bentuk kerja kreatif dalam merealisasikan ide, gagasan, dan konsep. Pemecahan visual dalam perancangan karya ini diawali dengan melakukan surve, studi literatur, wawancara terkait visualisasi karya, serta pendalaman sumber mengenai motif geometri. Motif geometri sendiri terdiri dari garis, bidang, gempal, dan titik. Batik geometri ini mengambil sumber ide berupa stripe (garis) and shape (bidang). Karakter stripe (garis) and shape (bidang) akan dikomposisikan menjadi motif batik secara seimbang dan harmonis sebagai perwujutan karakter visual. Ketika bidang geometri di pahami sebagai ide dalam perancangan sebuah motif, maka harus menggunakan metode perancangan yang benar, ada beberapa hal disini yang perlu di pertimbangkan seperti unsur-unsur rupa berupa garis, bidang, gempal maupun titik yang terdapat di dalamnya. Motif geometri untuk bisa di garap dalam sebuah motif tekstil remaja putra, seperti diketahui bawasannya karakter motif geometri memiliki karakteristik yang berbeda di setiap unsur rupa yang terkandung didalamnya, dari pemahaman tersebut bilamana karakter dari motif geometri tersebut di peruntukan bagi remaja putra maka

46 dalam hal ini karakter motif geometri harus bisa di padukan dengan karakter remaja putra. Remaja putra menyukai karakter motif yang terkesan tegas, sederhana, dan tidak banyak menggunakan warna. Karakter remaja yang enerjik, ceria, bebas dan ekspresif menuntut adanya fleksibelitas dalam berpakaian, penggunaan bahan yang tepat dalam menunjang kegiatan mereka penting untuk di pikirkan, untuk itu pemilihan bahan dari katun dirasa mampu mewakili konsep dalam perancangan karya ini, mengapa katun di pilih sebagai bahan pada pembuatan karya ini, karena katun memiliki karakter bahan yang fleksibel dan nyaman bila dikenakan. Perancangan ini akan di wujudkan dengan teknik batik tulis, tujuan dimanfaatkan teknik batik tulis tersebut adalah agar dalam mengerjakannya lebih bebas, dan hasilnya dapat mendekati gambar rancangan.