II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

TINJAUAN PUSTAKA. awan. Kumpulan embun ini bergabung menjadi titik -titik air dan kemudian jatuh

METODE PENELITIAN. Wilayah studi pada penelitian ini adalah Stasiun Pengamat Curah Hujan yang

ANALISIS PENCARIAN DATA CURAH HUJAN YANG HILANG DENGAN MODEL PERIODIK STOKASTIK (STUDI KASUS WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU) Ikromi Fahmi 1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. air". Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap

Model Stokastik Curah Hujan Harian dari Beberapa Stasiun Curah Hujan di Way Jepara. Ahmad Zakaria 1) Margaretta Welly 1) Mirnanda Cambodia 2)

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG. Rasimin (1) Ahmad Zakaria (2) Kartini Susilowati (3) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK UNTUK MENGANALISIS DATA CURAH HUJAN YANG HILANG MENGGUNAKAN STUDI KASUS STASIUN HUJAN SUKARAME.

PEMODELAN CURAH HUJAN KUMULATIF MINGGUAN DARI DATA CURAH HUJAN STASIUN PURAJAYA. Ahmad Zakaria 1)

III. METODE PENELITIAN. Bekerja dalam hidrologi berarti bekerja dengan data. kejadian alam yang digunakan untuk menginterpretasikan perilaku sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata hydros yang. hidrologi dan sumber daya air.

III. METODE PENELITIAN. curah hujan yang ada di Lampung Selatan. Data tersebut sebelum diolah

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG. Ahmad Zakaria 1) Kartini Susilowati 1) Rasimin 2)

Studi Pemodelan Stokastik Curah Hujan Harian di Stasiun Kota Metro. Bramesvara Arizona 1) Ahmad Zakaria 2) Ofik Toupik Purwadi 3)

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN HARIAN DARI WILAYAH PRINGSEWU. Ahmad Zakaria1)

Studi Pemodelan Curah hujan sintetik dari beberapa stasiun di wilayah Pringsewu. Damar Adi Perdana 1) Ahmad Zakaria 2) Sumiharni 3)

MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK DATA PASANG SURUT JAM-JMAN DARI STASIUN MENENG. Ahmad Zakaria1)

MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK DATA PASANG SURUT JAM-JAMAN DARI PELABUHAN PANJANG. Ahmad Zakaria1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

STUDI MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN HARIAN UNTUK MENCARI DATA HILANG (STUDI KASUS STASIUN HUJAN PH.119, DANAU WAY JEPARA, LAMPUNG TIMUR)

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA HIDROLOGI SELASA SABTU

JRSDD, Edisi September 2016, Vol. 4, No. 3, Hal: (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

TIK. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK MEMBUAT KURVA INTENSITY-DURATION-FREQUENCY (IDF) DI KAWASAN KOTA LHOKSEUMAWE

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gambar 12. File signalr.inp Tahun 1992 dari stasiun hujan PH 016 Fajar Esuk (1024hari)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Statistika. Analisis Data Time Series. 13-Sep-16. h2p://is5arto.staff.ugm.ac.id

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA. Model Sistem Prediksi Gabungan Terbobot

TINJAUAN PUSTAKA. Hujan dan Curah Hujan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB III DATA DAN METODOLOGI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kompetensi. Model dalam SDA. Pengenalan dan pemahaman model dasar hidrologi terkait dengan analisis hidrologi MODEL KOMPONEN MODEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode Rasional di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

Tahun Penelitian 2005

Peramalan (Forecasting)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrologi merupakan salah satu cabang ilmu bumi (Geoscience atau

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO DI DESA LINDANGAN, KEC.TOMPASO BARU, KAB. MINAHASA SELATAN

DAFTAR GAMBAR. Halaman Gambar 3.1 Pemodelan Curah Hujan Harian Pertahun Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian... 17

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

ANALISA KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

3. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Curah Hujan 1. Pengertian Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/tahun, dan sebagainya ; yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, tahunan, dan sebagainya. Biasanya data yang sering digunakan untuk analisis adalah nilai maksimum, minimum dan nilai rata-ratanya.

5 2. Proses Terjadi Hujan Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis hujan memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap presipitasi (Triatmodjo, 2008). Sedangkan menurut Sosrodarsono (1985), presipitasi adalah sebutan umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi, biasanya jumlah selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Jika uap air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju (snow). Siklus hidrologi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dimana air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Proses ini diawali dengan menguapnya air di permukaan tanah dan laut ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan lau tan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface runoff mengisi cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian mengalir secara vertikal di dalam tanah (perkolasi) mengisi

6 air tanah (ground water) yang kemudian keluar sebagai mata air atau mengalir ke sungai. Akhirnya aliran air di sungai akan sampai ke laut (Triatmodjo, 2008). Gambar proses siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Siklus Hidrologi Pada dasarnya hujan dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan terdapat dua faktor, yaitu faktor massa udara yang lembab dan faktor sarana meteorologi yang dapat mengangkat massa udara tersebut untuk berkondensasi. Hujan terjadi akibat massa udara yang mengalami penurunan suhu di bawah titik embun yang dapat mengalami perubahan pembentukan molekul air. Apabila massa udara terangkat ke atas dan mengalami perubahan suhu sampai mencapai ketinggian yang memungkinkan terjadinya kondensasi, maka akan dapat membentuk awan. Hujan hanya dapat terjadi apabila molekul-molekul air hujan sudah mencapai ukuran lebih dari 1 mm. Agar hujan dapat terjadi diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat yang dapat mengambil uap air dari udara.

7 3. Alat Pengukur Curah Hujan Dari beberapa jenis presipitasi, hujan adalah yang paling bisa diukur. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, namun tidak dapat dilakukan di seluruh wilayah tangkapan air, akan tetapi hanya dapat dilakukan pada titik-titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur hujan (Triatmodjo, 2008). Alat Pengukur Curah Hujan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu pengukur curah hujan biasa (observarium), pengukur curah hujan otomatis, dan pengukuran curah hujan digital. Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara lain : 1. Pengukur curah hujan biasa (observarium) curah hujan yang jatuh diukur tiap hari dalam kurun waktu 24 jam. 2. Pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran curah hujan selama 24 jam dengan merekam jejak hujan menggunakan pias yang terpasang dalam jam alat otomatis tersebut dan dilakukan penggantian pias setiap harinya pada pukul 00.00 GMT. 3. Pengukuran curah hujan digital dimana curah hujan langsung terkirim ke monitor komputer berupa data sinyal yang telah diubah ke dalam bentuk satuan curah hujan. Jumlah hujan yang terjadi dalam suatu DAS merupakan besaran yang sangat penting salam sistem DAS tersebut, karena hujan merupakan masukan utama dalam suatu DAS, oleh sebab itu pengukuran harus dilakukan secara cermat. Jumlah hujan yang dimaksud tersebut adalah seluruh hujan yang terjadi dalam DAS

8 yang bersangkutan karena hujan ini yang akan menjadi aliran di sungai. Dengan demikian, ini berarti seluruh hujan yang terjadi setiap saat harus dapat diukur. Konsekuensi dari kebutuhan ini adalah bahwa di dalam DAS tersebut tersedia alat ukur yang mampu menangkap seluruh air hujan yang jatuh. Agar memperoleh hasil pengukuran yang baik, beberapa syarat harus dipenuhi untuk pemasangan alat ukur hujan, yaitu antara lain : 1. Tidak dipasang di tempat yang selalu terbuka (over exposed), seperti di puncak bangunan dan di puncak bukit. 2. Tidak dipasang di tempat yang terlalu tertutup (under exposed), seperti di antara dua bangunan gedung yang tinggi. 3. Paling dekat berjarak 4 x tinggi bangunan / rintangan yang terdekat. 4. Mudah memperoleh tenaga pengamat. 4. Jaringan Pengukuran Hujan Untuk memperoleh perkiraan besaran hujan yang baik dalam suatu DAS, maka diperlukan sejumlah stasiun hujan. Semakin banyak jumlah stasiun hujan yang didapat, akan semakin menghasilkan perkiraan terhadap hujan sebenarnya yang terjadi di dalam suatu DAS. Namun, penempatan stasiun dalam jumlah yang sangat banyak akan memerlukan dana yang besar. Mengingat pula bahwa variabilitas hujan yang sangat besar, tidak hanya jumlah stasiun hujan tersebut yang mempunyai peran yang besar. Dengan demikian, di dalam merencanakan stasiun hujan (rainfall networks), terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu :

9 1. Jumlah stasiun hujan dinyatakan dalam km 2 /stasiun. 2. Pola penempatan stasiun hujan di dalam suatu DAS. B. Penerapan Statistik dalam Hidrologi Proses hidrologi merupakan gambaran fenomena yang mengalami perubahan yang terus menerus, terutama terhadap waktu. Jika perubahan variabel yang terjadi selama proses diikuti dengan hukum kepastian, maka proses tersebut tidak tergantung terhadap peluang. Kejadian inilah yang dinamakan proses deterministik. Aliran air tanah merupakan contoh proses deterministik, karena laju aliran sebanding dengan gradien hidrolik. Selain tidak tergantung pada peluang, proses deterministik juga merupakan proses yang tidak berubah karena waktu (time invariant). Tetapi jika perubahan variabel merupakan faktor peluang, maka prosesnya dinamakan stokastik atau probabilistik. Pada umumnya proses stokastik merupakan proses yang tergantung terhadap waktu (time dependent), sedangkan proses probabilistik merupakan proses yang tidak tergantung terhadap waktu (time independent). Salah satu contoh proses probabilistik adalah lengkung durasi aliran, sedangkan sebagian besar proses hidrologi masuk ke dalam proses stokastik. Sebenarnya proses hidrologi terdiri dari komponen-komponen deterministik dan stokastik. Dalam hal menentukan apakah proses tersebut dapat diselesaikan secara deterministik atau stokastik, tergantung besarnya masing-masing komponen tersebut. Karena proses non-stasioner secara matematik sangat sulit, sehingga proses-proses hidrologi umumnya diselesaikan secara stasioner.

10 Atas dasar klasifikasi tersebut, maka ilmu hidrologi dapat dibagi menjadi hidrologi parametrik dan hidrologi stokastik (Putra,2011). Hidrologi parametrik didefinisikan sebagai pengembangan dan analisa hubungan antara parameter-parameter fisik yang dimasukkan dalam kejadian hidrologi, dan penggunaan hubungan itu digunakan untuk menghasilkan atau membuat sintesa kejadian-kejadian hidrologi. Studi dan penelitian hidrologi parametrik dapat melibatkan penggunaan model-model fisik, analog, dan digital atau metode analisa fisik tradisional. Hidrologi stokastik didefinisikan sebagai manipulasi karakteristik statistik dari variabel-variabel hidrologi yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan hidrologi atas dasar sifat-sifat stokastik dari variabel-variabel tersebut. Salah satu penerapan yang penting adalah penataan kembali urutan waktu dari kejadian-kejadian hidrologi yang historik dan usaha untuk menghasilkan urutan non historik yang representatif. C. Model Periodik dan Stokastik Model periodik dan stokastik curah hujan didefinisikan sebagai model yang masukannya (data hujan harian) dipengaruhi oleh parameter-parameter iklim seperti suhu udara, arah angin, kelembaban udara dan lain-lain. Sehingga data hujan bersifat periodik dan stokastik (Zakaria, 2008). Prosedur matematika yang diambil untuk memformulasikan model yang diprediksi akan didiskusikan selanjutnya. Tujuan yang paling prinsip dari analisis adalah untuk menentukan model yang realistis untuk menghitung dan menguraikan data

11 hujan seri waktu menjadi berbagai komponen frekuensi, amplitudo, dan fase hujan yang bervariasi. Secara umum, data seri waktu dapat diuraikan menjadi komponen deterministik, yang dapat dirumuskan menjadi nilai-nilai yang berupa komponen yang merupakan solusi eksak dan komponen yang bersifat stokastik, yang mana nilai ini selalu dipresentasikan sebagai suatu fungsi yang terdiri dari beberapa fungsi data seri waktu. Suatu data seri waktu Xt, dipresentasikan sebagai suatu persamaan yang terdiri dari beberapa fungsi sebagai berikut (Zakaria, 2008) : X t = T t + P t + S t (1) Dimana : X t T t P t St = data seri waktu = komponen trend, t = 1,2,3,...,N = komponen periodik = komponen stokastik. Komponen trend menggambarkan perubahan panjang dari pencatatan data hujan yang panjang selama pencatatan data hujan, dan dengan mengabaikan komponen fluktuasi dengan durasi pendek. Pada penelitian ini, untuk data hujan yang digunakan, diperkirakan tidak memiliki trend. Sehingga persamaan di atas dapat dipresentasikan sebagai berikut : X t P t + S t (2)

12 Persamaan (2) adalah persamaan pendekatan untuk mensimulasikan model periodik dan stokastik dari data curah hujan harian. Penyelesaian data seri curah hujan ini selanjutnya menggunakan metode-metode berikut : 1. Metode Spectral Metode spektrum merupakan salah satu metode transformasi yang umumnya dipergunakan didalam banyak aplikasi. Metode ini dapat dipresentasikan sebagai persamaan Transformasi Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 2003; Zakaria, 2008): P(f m ) = (Δt) (2 π) n=n 2 n= N 2 P(t n ) e (( 2 π i M ) m n) (3) Dimana P(tn) adalah data seri curah hujan dalam domain waktu dan P(fm) adalah data seri curah hujan dalam domain frekuensi. tn adalah variabel seri dari waktu yang mempresentasikan panjang data ke N, fm variabel seri dari frekuensi. Berdasarkan pada frekuensi curah hujan yang dihasilkan dari Persamaan (3), amplitudo sebagai fungsi dari frekuensi curah hujan dapat dihasilkan. Amplitudo maksimum dapat ditentukan dari amplitudo amplitudo yang dihasilkan sebagai amplitudo signifikan. Frekuensi curah hujan dari amplitudo yang signifikan digunakan untuk mensimulasikan curah hujan harian sintetik atau buatan yang diasumsikan sebagai frekuensi curah hujan yang signifikan. Frekuensi curah hujan signifikan yang dihasilkan didalam studi ini dipergunakan untuk menghitung frekuensi sudut dan menentukan komponen priodik curah hujan harian dengan menggunakan Persamaan (3).

13 2. Komponen Periodik Komponen periodik P(t) berkenaan dengan suatu perpindahan yang berosilasi untuk suatu interval tertentu (Kottegoda 1980). Keberadaan P(t) diidentifikasikan dengan menggunakan metode Transformasi Fourier. Bagian yang berosilasi menunjukkan keberadaan P(t), dengan menggunakan periode P, beberapa periode puncak dapat diestimasi dengan menggunakan analisis Fourier. Frekuensi frekuensi yang didapat dari metode spektral secara jelas menunjukkan adanya variasi yang bersifat periodik. Komponen periodik P(fm) dapat juga ditulis dalam bentuk frekuensi sudut ω r Selanjutnya dapat diekspresikan sebuah persamaan dalam bentuk Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 1998) : t) (4) P(t) = S o + r=k r=1 A r sin(ω r t) + r=k r=1 B r cos(ω r Persamaan (4) dapat disusun menjadi persamaan sebagai berikut : dimana : (5) P(f m ) = (Δt) (2 π) n=n 2 n= N 2 P(t n ) e (( 2 π i M ) m n) ω r = komponen periodik P o = Ak+1 = rerata curah hujan harian (mm) ω r = frekuensi sudut (radian) t = waktu (hari) A r, B r = koefisien komponen Fourier k = jumlah komponen signifikan 3. Komponen Stokastik

14 Komponen Stokastik dibentuk oleh nilai yang bersifat random yang tidak dapat dihitung secara tepat. Stokastik model, dalam bentuk model autoregresif dapat ditulis sebagai fungsi matematika sebagai berikut : (6) S t = ε + p k=1 Persamaan (6) dapat diuraikan menjadi : b k S (t k) S t = ε + b 1 S (t 2) +... +b p S (t p) (7) Dimana : b k = parameter model autoregressif. ε = konstanta bilangan random k = 1, 2, 3, 4,..., p = order komponen stokastik Untuk mendapatkan parameter model dan konstanta bilangan random dari model stokastik di atas dapat dipergunakan metode kuadrat terkecil (least squares method). 4. Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method) Di dalam metode pendekatan kurvanya, sebagai suatu solusi pendekatan dari komponen-komponen periodik P(t), dan untuk menentukan fungsi P ^ (t) dari persamaan (7), sebuah prosedur yang dipergunakan untuk mendapatkan model komponen periodik tersebut adalah metode kuadrat terkecil (Least squares method). Dari persamaan (7) dapat dihitung jumlah dari kuadrat error antara data dan model periodik (Zakaria, 1998) sebagai berikut : (8) Jumlah Kuadrat Error = J = t=m t=1 (P(t) P(t)) 2

15 Dimana J adalah jumlah kuadrat error yang nilainya tergantung pada nilai A dan B, selanjutnya koefisien J hanya dapat menjadi minimum bila memenuhi persamaan sebagai berikut : ( J) = ( J) = 0dengan r = 1,2,3,4,5,..., k (9) ( A r ) ( B r ) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, didapat komponen Fourier A r dan B r. Berdasarkan koefisien Fourier ini dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut : a. Curah hujan harian rerata, b. Amplitudo dari komponen harmonik, P o = A k + 1 (10) C r = (A r 2 + B r 2 ) (11) c. Fase dari komponen harmonik, φ r = arctan ( B r A r ) (12) Rerata dari curah hujan harian, amplitudo dan fase dari komponen harmonik dapat dimasukkan ke dalam sebuah persamaan sebagai berikut : (13) P(t) = S o + r=k r=1 C r cos(ω t t ω r ) Persamaan (13) merupakan model periodik dari curah hujan harian dimana periodik didapat berdasarkan data curah hujan harian dari stasiun curah hujan. Berdasarkan hasil simulasi yang didapat dari model periodik curah hujan harian, dapat dihitung komponen stokastik curah hujan harian. Komponen stokastik

16 merupakan selisih antara data curah hujan harian dengan hasil simulasi curah hujan yang didapat dari model periodik. Selanjutnya parameter stokastik dapat dicari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least squares method). D. Koefisien Korelasi Koefisien korelasi merupakan ukuran yang dipakai untuk menyatakan seberapa kuat hubungan variabel-variabel (terutama data kuantitatif). Apabila data hasil pengamatan atau pengukuran terdiri dari banyak variabel, maka dalam melakukan analisa lanjutan perlu mengadakan pemilihan tentang variabel-variabel mana saja yang kuat hubungannya. Studi yang membahas mengenai derajat asosiasi atau derajat hubungan antara variabel-variabel disebut analisa korelasi. Analisa korelasi sukar untuk dipisahkan dari analisa regresi, karena apabila variabel hasil pengamatan ternyata memiliki kaitan yang erat dengan variabel lainnya, maka kita dapat meramalkan nilai variabel pada suatu individu lain berdasarkan nilai variabel-variabelnya. Hal ini dilakukan dengan analisa regresi (Walpole, 1993). Besaran koefisien korelasi didefinisikan sebagai : r = 1 n n ( j=1 (X j X )(Y J Y ) 2 ) (dev(x) dev(y)) (14) Batasan koefisien korelasi : 1 r 1 (15) Untuk mempermudah dalam melakukan Interpretasi mengenai koefisien korelasi dibuatlah kriteria sebagai berikut :

17 a. Jika r semakin mendekati 1, maka kedua variabel dikatakan memiliki hubungan erat secara positif, artinya : semakin besar nilai variabel pertama dari suatu objek tertentu, diharapkan semakin besar pula nilai variabel kedua pada objek yang sama. b. Jika r mendekati -1, maka kedua variabel berkaitan erat secara negatif, artinya : semakin besar nilai variabel pertama dari suatu objek, diharapkan semakin kecil nilai variabel kedua pada objek yang sama. c. Jika r berkisar sekitar 0, maka kedua variabel memiliki hubungan yang sangat lemah atau mungkin tidak memiliki kaitan sama sekali, artinya : tidak ada hubungan antara nilai variabel pertama dengan nilai variabel kedua untuk satu objek yang sama. Sehingga untuk kedua variabel yang saling bebas ini, tidak dapat dilakukan analisa secara regresi. E. Software dalam Analisis Data Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam proses analisis data terdiri dari software utama dan software pendukung seperti diuraikan di bawah ini : 1. Software Utama a. Program FTRANS

18 Program FTRANS merupakan program yang dapat digunakan untuk mengolah data time series (time domain) menjadi data dalam bentuk frekuensi (frequency domain). Program FTRANS dapat dijalankan baik di Operating System Windows maupun di Operating System Linux, dikarenakan program ini merupakan program under DOS. Program FTRANS ini sendiri dikembangkan oleh Zakaria (2005a). Untuk menjalankan program FTRANS diperlukan 1 (satu) buah file input dengan nama signals.inp. Hasil running program FTRANS menghasilkan 3 (tiga) file output yaitu file FOURIER.INP, SPECTRUM.OUT, dan spectrum.eps. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema gambar 2 berikut, Gambar 2. Skema program FTRANS File input ini terdiri dari 1 (satu) kolom dan n+1 baris. Dimana n merupakan jumlah data. Baris pertama berisi nilai yang merupakan jumlah data (n) yang akan dibaca. Baris kedua dan seterusnya sampai ke n merupakan data yang akan dibaca oleh program FTRANS. Adapun contoh isi dari file input ( signals.inp ) dapat dilihat pada gambar berikut,

19 Gambar 3. File input (signals.inp) Dari gambar tersebut ditunjukkan bahwa panjang data yang akan dibaca atau n adalah berjumlah 254. Jumlah data yang dibaca mulai dari baris ke 2 (dua) sampai dengan baris terakhir (baris ke 255 = 254 + 1). Dalam hal ini, jumlah data yang dipergunakan harus mengikuti fungsi 2 m. Jadi 254 adalah sama dengan 27. Sehingga jumlah data yang dipergunakan dapat mengikuti pola, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 254, 512, 1024,, 2 m. Bila FTRANS dijalankan akan menghasilkan 3 file yaitu, file FOURIER.INP, file SPECTRUM.OUT, dan file spectrum.eps. File FOURIER.INP merupakan input untuk program ANFOR. File spectrum.eps merupakan file gambar yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan program viewer Ghostview atau yang sejenis. Sedangkan file SPECTRUM.OUT berisi hasil keluaran spektrum dalam format 2 kolom. Kolom pertama berisi frekuensi sudut (ω) dan kolom kedua berisi amplitudo (A). Didalam penggambaran grafik biasanya frekuensi sudut sebagai sumbu x dan amplitudo sebagai sumbu y.

20 b. Program ANFOR Program ANFOR dibuat dengan menggunakan teori Fourier seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Program ANFOR ini sendiri dikembangkan oleh Zakaria (2005b). Untuk menjalankan program ANFOR dibutuhkan 2 (dua) file input yaitu signals.inp dan fourier.inp. Setelah dijalankan, program ANFOR menghasilkan keluaran (output) yaitu, file fourier.out, file signals.out, dan file signals.eps. Pada signals.inp, terdiri dari 513 baris dimana pada baris pertama merupakan jumlah total panjang data dan baris ke dua merupakan data dalam seri waktu yang akan dibaca yaitu berjumlah 512 hari. Sedangkan file fourier.inp terdiri dari 254 baris dimana pada baris pertama merupakan jumlah total data yang akan dibaca oleh program ANFOR dan baris ke dua sampai dengan baris ke 254 merupakan frekuensi sudut (ωt) untuk persamaan Fourier yang berjumlah 253 data. Dari file keluaran dengan nama fourier.out dihasilkan keluaran berupa koefisien harmonik (Ar dan Br), amplitudo dan phase. Dari keluaran ini juga dihitung Error, R, Varians, Koefisien Skewness dan Koefisien Kurtosis. Isi dari keluaran dengan nama signals.out terdiri dari 3 (tiga) kolom, kolom pertama berisi file nomor urut, kolom kedua berisi data seri terukur, dan kolom ketiga berisi data seri hasil perhitungan yang merupakan model periodik. File keluaran yang berupa file signals.eps merupakan file gambar signals seri waktu sama seperti data seri waktu dalam file signals.out, akan tetapi file signals.eps ini dalam format eps atau postsscript. Pada gambar tersebut berisi perbandingan antara data terukur dengan model terhadap waktu.

21 c. Program STOC atau AUTOREG Program STOC atau AUTOREG dibuat berdasarkan metode autoregressive seperti yang telah dipresentasikan di dalam persamaan terdahulu. Program STOC/AUTOREG ini sendiri dikembangkan oleh Zakaria (2005c). Input program ini adalah signals.out. Sebelum menjalankan program ini, perlu ditambahkan nilai 512, 10 dan 2 ke dalam baris pertama file signals.out agar file input ini dapat dibaca oleh program STOC/AUTOREG. Hasil keluaran dari program ini berupa file signalps.out dan auto-reg.out. Isi dari file signalps.out adalah berupa orde autoregressive, residu (St), model stokastik (S), model periodik (P), dan model periodik stokastik (PS). Sedangkan isi dari file auto-reg.out adalah berupa autoregressive orde, konstanta autoregressive, komponen autoregressive, serta koefisien korelasi (R) model stokastik (S) dan model periodik stokastik (PS). 2. Software Pendukung a. LibreOffice LibreOffice merupakan sebuah perangkat lunak berupa paket aplikasi perkantoran yang fungsinya sama saja seperti Microsoft Office. Tujuannya adalah untuk menghasilkan aplikasi perkantoran yang mendukung format ODF (open document

22 format) tanpa bergantung pada sebuah pemasok dan keharusan mencantumkan hak cipta. Nama LibreOffice merupakan gabungan dari kata Libre (bahasa Spanyol dan Perancis yang berarti bebas) dan Office (bahasa Inggris yang berarti kantor). Sebagai perangkat lunak bebas dan gratis, LibreOffice bebas untuk diunduh, digunakan, dan didistribusikan. Pada penelitian ini digunakan LibreOffice v.4.1.0. b. GhostScript Ghostscript adalah paket software (package of software) yang dapat digunakan sebagai penerjemah untuk bahasa PostScript (PostScript language), dengan kemampuan mengkonversi data-data berbahasa PostScript ke banyak format, menampilkannya pada display komputer dan atau mencetaknya pada printer yang tidak memiliki kemampuan membaca bahasa PostScript. Selain itu, digunakan sebagai penerjemah untuk file Portable Document Format (PDF) dengan kemampuan yang sama, serta memiliki kemampuan untuk mengkonversi data-data berbahasa PostSript (PostScript language files) menjadi PDF (dengan beberapa batasan) dan sebaliknya. c. GSview GSview adalah aplikasi yang digunakan untuk menampilkan gambar yang telah diproses oleh GhostScript. Karena fungsinya tersebut, maka aplikasi ini selalu berdampingan dengan GhostScript. d. Notepad

23 Notepad adalah sebuah aplikasi text editor sederhana yang telah ada sejak Windows 1.0 pada tahun 1985 yang terdapat pada setiap System Windows baik XP, vista, seven, dan sebagainya. Keluaran atau output dari aplikasi ini adalah txt.