EFEK KECEPATAN PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN FCAW PADA PLAT BAJA A36

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH HEAT TREATMENT

Latar belakang. Oleh: Sukendro. Bs Nrp

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Persentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

PENGARUH VARIASI TEBAL PELAT DAN BESAR ARUS LISTRIK TERHADAP DISTORSI PADA PENGELASAN MULTILAYER PROSES GMAW DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFER SPRAY

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

proses welding ( pengelasan )

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Chamdani Achmad

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Transkripsi:

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 EFEK KECEPATAN PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN FCAW PADA PLAT BAJA A36 Moh. Jufri *1, Nur subeki 2, Arizal Asfat 3 1,2,3 Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person: Moh. Jufri Email : Jufri63@yahoo.com Abstrak Teknik pengelasan paling banyak digunakan untuk penyambungan logam, terutama di konstruksi jaringan perpipaan. Kualitas hasil pengelasan yang dilakukan manual salah satunya ditentukan oleh operator sehingga para ahli pengelasan meningkatkan kualitas produksi yaitu dengan desain alat bantu pengelasan ini selain bertujuan menggantikan fungsi dari bagian tubuh manusia (operator) juga dapat menanggulangi distorsi bukling, rambatan retak,tegangan sisa dan dapat mengurangi tambahan pekerjaan tambahan yaitu perlakuan panas setelah pengelasan (PWHT). Metode yang sangat bagus untuk menanggulangi distorsi bukling dari plat tipis dengan cara dengancara preheating dan thermal tensioning. Thermal tensioning adalah karakterisasi oleh aplikasi dari bantuan panas selama proses pengelasan. Transient thermal tensioning merupakan alat bantu disekitar daerah pengelasan yang diberikan panas secara periodik mengikuti gerakan busur las. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen meliputi pengujian performace alat bantu pengelasan dilakukan dengan variasi kecepatan 6,7 dan 8 mm/s pada temperatur transient 2 o C dengan touct pemanas 8 cm. Sampel hasil pengelasan kemudian dilakukan pengujian distorsi, tarik dan kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan nilai distorsi terendah,1 mm di dapat pada kecepatan 7 mm/s dengan temperatur pemanas 2 C dan posisi jarak flame 8cm dengan kelengkungan tertinggi 3,8 mm. Nilai kekerasan tertinggi pada kecepatan pengelasan 6 mm/s dengan temperatur pemanas 2 C dan jarak flame 8cm sebesar 259,271 kg/mm 2 dan tegangan tarik kecepatan pengelasan 6 mm/s dengan temperatur 2 C dan jarak flame 8cm, dengan nilai tegangan tarik luluh (yield) sebesar 36,761 Mpa dan nilai tegangan tarik maksimum sebesar 463,286 Mpa. Kata kunci: Preheat, distorsi, tarik, kekerasan 1. Pendahuluan Proses pengelasan adalah proses penyambungan dua bagian logam atau lebih dengan menggunakanenergi panas. Energi panas pada pengelasan tersebut akan menimbulkan terjadinya siklus termal. Adanyasiklus termal tersebut akan mengakibatkan terjadinya tegangan sisa, distorsi serta laju pendinginan padalogam las dan daerah sekitarnya. Struktur mikro logam las sangat dipengaruhi oleh laju pendinginan dankomposisi kimia bahan (logam induk dan elektroda). Pada akhirnya tegangan sisa dan struktur mikrologam las tersebut akan mempengaruhi sifat mekanis dari logam lasan.sambungan las banyak digunakan dengan pertimbangan bahwa konstruksi ringan, murah dan pengerjaan cepat. Perancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaianantara sifat-sifat las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan disekitarnya. Kekuatan sambungan lassecara umum dipengaruhi oleh komposisi dan sifat logam yang dilas, komposisi dan sifat logam pengisi(elektroda), proses pengelasan, daerah pemanasan langsung, daerah yang terkena pengaruh panas danadanya tegangan sisa[2,3,11] Pada penelitian ini pengelasan yang di gunakan las listrik FCAW ( Flux Corect Arc Welding) dengan pengelasan otomatis. Hal ini sangat erat hubunganya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, struktur mikro serta retak yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dan kontruksi yang dilas tetapi tenang saja proses pengelasan FCAW ini mempunyai keunggulan yaitu penetrasinya lebih dalam dan laju pengisian lebih tinggi dibanding dengan proses SMAW. Banyak berbagai macam pengelasan, salah satunya adallah pengelasan FCAW. FCAW ( Flax Cored Arc Welding) adalah salah satu jenis las listrik yang memasok filter elektroda yang memasok filter elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang terbentuk di antara ujung filter elektroda dan metal induk. gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon CO2. sumber energi dari pengelasan ini adallah listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau trafo dan rectifier[3],[9] SENTRA 216 IV - 1

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 Kecepatan pengelasan sangat bergantung pada besar kuat arus yang digunakan.jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang akan dilas, geometri sambungan dan lain sebagainya. Dalam pengelasan, kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan kurangnya penetrasi, berkurangnya kekuatan sambungan dan mengakibatkan masukan panas yang diterima persatuan panjang akan menjadi lebih kecil. Hal ini dapat berdampak pada pendinginan yang cepat sehingga dapat memperkeras daerah terpengaruh panas. Keceptan las yang terlalu tinggi akan berpengaruh pada bentuk manik las yang menyempit dan penguatan manik yang rendah. Selain itu dapat merubah sifat mekanik daerah lasan yang berupa naiknya kekuatan tarik dan perpanjangan yang rendah [1,7,9,1] Distorsi ialah perubahan bentuk atau penyimpangan bentuk yang diakibatkan oleh panas, yang diantaranya adalah akibat proses pengelasan. Akibat pemanasan ini akan terjadi pertumbuhan butir, peregangan dan penyusutan logam yang berlangsung dengan cepat dan tidak seragam, sehingga mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran (distorsi). Terjadinya distorsi ini mengakibatakan permukaan pelat menjadi melengkung atau bergelombang, sehingga terjadi penyimpangan dimensi dari yang direncanakan sehingga dapat mempersulit proses pengerjaan selanjutnya. Pada tahap distorsi ini tidak diketahui apakah pemilihan persiapan penyambungan menimbulkan efek besar terhadap distorsi pengelasan[7] Sifat mekanik adallah kemampuan dan perilaku dari suatu bahan ketika menerima suatu pola pembebanan tertentu. Sifat material yang termasuk dalam sifat mekanik adallah kekuatan tarik, kekuatan luluh, kekerasan, keuletan, ketangguhan, ketahanan aus, ketahanan creep, ketahanan terhadap rambat retak, ketahanan pada temperatur tinggi. Dalam aplikasinya sifat yang dimiliki oleh bahan tidaklah harus unggul seluruhnya. Namun cukup beberapa sifat saja dan sifat tersebut memang relevan dengan persyaratan aplikasinya. Sifat yang harus dipenuhi tentu saja didasarkan pada optimasi sifat-sifat yang dimiliki dan kondisi aplikasinya. Beberapa sifat mekanik bahan menunjukan adanya kecenderungan dengan perilaku yang sering berlawanan. Ketika suatu bahan harus memiliki keuletan tingggi, maka bahan tersebut cenderung memiliki keuletan tinggi, maka bahan tersebut cenderung memiliki kekuatan yang relative rendah, dengan demikian pemilihan suatu bahan akan menjadi optimasi antara beberapa sifat yang dimiliki dengan pola pembebananya.[7,8] 2. Metode Penelitian Metode penelitian adalah metode eksperimen, adapun hahan yang dipakai pada penelitian ini adalah baja karbon rendah A36, menggunakan elektroda jenis E71T-1 dan gas pelindung yang digunakan adalah gas carbodiosida (CO2). Proses pengelasan menggunakan las FCAW dengan variasi kecepatan pengelasan 6,7 dan 8 mm/s dengan jarak toutch pemanas 8 cm dan temperatur pemanas 2 o C yang dijalankan secara otomatis. Sambungan las dengan lintasan 1 lapis dengan tebal pelat yang digunakan adalah 5mm, kampuh dibuat bentuk V ganda dengan sudut 7 o seperti gambar 1. Dimensi pelat yang dilas adalah 12 mm X 4 mm X 5 mm Gambar 1. Kampuh but join 7 Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terahadap kekuatan tarik,kekerasan dan distorsi sesuai standard. Adapun pengukuran distorsi dilakukan dengan meja rata pada spesimen yang telah diproses pengelasan FCAW dengan menggunakan alat ukur dial gauge indikator, dan menyajikannya dalam bentuk tabel yang telah disediakan. Adapun cara pengukurannya adalah dengan mengukur pada titik-titik yang telah ditentukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Dengan ruas sebesar 57 mm dengan panjang 4 mm, sehingga diperoleh 8 titik pada posisi memanjang sedangkan lebarnya 12 mm dengan ruas 5 mm menghasilkan 3 titik jadi semua titik jumlahnya 24 titik dalam 1 pelat. IV - 2 SENTRA 216

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 Gambar 2. Titik Pengambilan/pengukuran Distorsi 3. Hasil dan Pembahasan Hasil pengukuran distorsi terhadap hasil sambungan las pada gambar 3, 4 dan 5 masing-masing dilakukan pada kecepatan 6,7 dan 8 mm/s dengan temperatur transien 2 o C dengan jarak totch 8 cm 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Distorsi (mm) 4 8 12 16 2 24 28 Panjang (mm) Gambar 3. Grafik distorsi hasil pengelasan pada plat baja A36 dengan kecepatan pengelasan 6 mm/s 6 15 Lebar (mm) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Distorsi (mm) 4 8 12 16 2 24 Panjang (mm) 28 Gambar 4. Grafik distorsi hasil pengelasan pada plat baja A36 dengan kecepatan pengelasan 7 mm/s 6 Lebar (mm) 15 SENTRA 216 IV - 3

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Distorsi (mm) 4 8 12 16 2 Panjang (mm) 24 28 Gambar 5. Grafik distorsi hasil pengelasan pada plat baja A36 dengan kecepatan pengelasan 8 mm/s Dilihat dari ketiga grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai distorsi, Dimana pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan 6 mm/s pada temperatur 2 C dan jarak falme 8cm nilai distorsinya sebesar 3.8 mm, pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan pengelasan 7 mm/s pada temperature 2 o C dan jarak flame 8cm nilai distorsinya sebesar 3,6 mm, pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan 8 mm/s pada temperature 2 o C dan jarak flame 8cm nilai distorsinya sebesar 2,6 mm untuk jarak maksimum lengkung tertingginya pada palt baja carbon A36 (7,8] dan untuk pembanding Dimana pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan 6 mm/s pada temperatur 2 C dan jarak falme 8cm nilai distorsinya sebesar,4 mm, pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan pengelasan 7 mm/s pada temperature 2 o C dan jarak flame 8cm nilai distorsinya sebesar,1 mm, pada grafik distorsi hasil pengelasan plat A36 dengan kecepatan 8 mm/s pada temperature 2 o C dan jarak flame 8cm nilai distorsinya sebesar,43 mm untuk jarak lengkung terendahnya jika dilihat dari sisi plat yang diukur menggunakan dial gauge di meja khusus yaitu meja datar. Menurut [3][6][7] semakin lambat kecepatan pengelasan yang di berikan akan semakin besar heat input yang di berikan pada plat baja carbon A36 yang membuat pemansan merata dan lebih lama yang mengakibatkan pemuaian dan lengkungan atau distorsi yang begitu nampak dan bisa kita lihat pada grafik di atas dengan kecepatan 6 mm/s distorsi tertinggi di hasilkan begitupun sebaliknya dengan kecepatan pengelasan yang cukup atau optimal akan mengurangi distorsi pada plat dengan penelitian di sini menggunakan kecepatan 6,7,8 mm/s menurut peneliti ideal menggunakan kecepatan pengelasan 8 mm/s. MenurutKecepatanpengelasan yang semakintinggiataucepat akan mengakibatkan terjadinya distorsi yang semakin kecil kecuali dengan temperatur panas yang di tambah karena dalam penelitian ini temperatur tetap 2 C dan jarak flame juga tetap 8 cm maka dengan semakin cepatnya pengelasan maka waktu pengelasan semakin singkat berarti masukan panas pengelasan heat input yang diterima logam las dan sekitarnya lebih kecil, dengan demikian penyusutan termal yang terjadi lebih kecil sehingga distorsi yang terjadi juga kecil. 6 15 Lebar (mm) 29 27 25 23 21 19 17 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 BM HAZ W kec 6mm/s kec 7mm/s kec 8mm/s Gambar 6. Grafik Hasil kekerasan pada daerah las, haz dan logam induk(base meteal) hasil pengelasan pada plat baja A36 dengan kecepatan pengelasan 6.7 dan 8 mm/s IV - 4 SENTRA 216

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 Pada gambar 5 menunjukkan nilai kekerasan pada hasil pengelasan FCAW baja carbon A36 dengan kecepatan 8 mm/s temperature transient 2 o C dan jarak pemanas 8 cm. Didapatkan hasil kekerasan rata- rata pada daerah LAS lebih tinggi dari pada nilai kekerasan rata-rata pada daerah HAZ dan pada best metal.. Hasil diatas sesuai dengan penelitian terdahulu [5] nilai kekerasan paling tinggi terletak di logam las (WZ) dan menurut[1,4] juga menunjukan bahwa nilai kekerasan cenderung semakin bertambah besar ketika titik uji kekerasan vickers berada di daerah las (WZ) dan sebaliknya akan semakin kecil ketika mendekati logam induk karena semakin rendah kecepatan pengelasan yang dilakukan, maka akan berakibat semakin melebarnya daerah HAZ pada setiap spesimen, Ini dikarenakan oleh energi masukan panas (heat input) yang di terima masing-masing spesimen akan semakin besar jika kecepatan pengelasan semakin rendah, sehingga energi masukan panas (heat input) tersebut akan mengalir ke logam induk dan menyebarkan panas ke daerah HAZ dan las (WZ) semakin besar, begitu juga VHN akan semakin bertambah besar jika kecepatan pengelasan semakin cepat. Begitu juga dengan penelitian yang berhubungan dengan kecepatan pengelasan dan heat input menunjukan bahwa semakin lambatnya kecepatan pengelasan akan memperbesar heat input dan akan membuat logam semakin lunak dan HVN semakin kecil akibat heat input yang di terima semakin besar begitupun sebaliknya [7,8]. Nilai kekerasan rata- rata untukkecepatan 6 mm/s daerah LAS 259,271 kg/mm 2, daerah HAZ 232,412 kg/mm 2, daerahlogaminduk 21,991 kg/mm 2. Nilai kekerasan rata- rata untukkecepatan 7 mm/s daerah LAS 27,193 kg/mm 2, daerah HAZ 228,596 kg/mm 2, daerahlogaminduk 25,277 kg/mm 2. Nilai kekerasan rata- rata untukkecepatan 8 mm/s daerah LAS 262,783 kg/mm 2, daerah HAZ 233,351 kg/mm 2, daerahlogaminduk 196,569 kg/mm 2 [3] daerahlogaminduknilai kekerasannya relative merata dan paling rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Menurunnya nilai kekerasan pada daerah HAZ disebabkan oleh panas yang terjadi pada saat pengelasan merubah struktur mikro pada plat baja carbon A36. Daerah Logam Induk memiliki nilai kekerasan rata-rata yang terendah jika dibandingkan dengan daerah LAS dan HAZ. 5. 45. 4. 35. 3. 25. 2. 15. 1. 5.. 6 mm/s 7 mm/s 8 mm/s σ max 463.286 461.392 45.43 σ yield 36.761 359.285 35.728 Gambar 7. Grafik Hasil kekuatan tarik pada daerah las, haz dan logam induk(base meteal) hasil pengelasan pada plat baja A36 dengan kecepatan pengelasan 6.7 dan 8 mm/s Pada gambar 6 menunjukkan nilai kekuatan tarik hasil pengelasan pada temperatur 2 C dan jarak flame 8 cm dengan dilakukan 2 kali percobaan dengan variabel kecepatan pengelasan yang berbeda-beda 6, 7, 8 mm/s. Tegangan Tarik pada kecepatan 6 mm/s, temperatur 2 C, jarak flame 8 cm di dapat nilai tegangan tarik luluh adallah 36,761 Mpa dan pada nilai tegangan tarik maksimum adallah 463,286 Mpa. Tegangan Tarik pada kecepatan 7 mm/s, temperatur 2 C, jarak flame 8 cm di dapat nilai tegangan tarik luluh adallah 359,285 Mpa dan pada nilai tegangan tarik maksimum adallah 461,392 Mpa, serta Tegangan Tarik pada kecepatan 8 mm/s, temperatur 2 C, jarak flame 8 cm di dapat nilai tegangan tarik luluh adallah 35,728Mpa dan pada nilai tegangan tarik maksimum adallah 45,43 Mpa. Sehingga dapat di bandingkan nilai tertinggi tegangan tarik terdapat pada kecepatan pengelasan 8 mm/s yang mana mampu menaikan tegangan tarik. Peningkatan kekuatan tarik ini biasanya terjadi akibat head input atau masukan panas yang kecil karena kecepatan pengelasan yang SENTRA 216 IV - 5

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 217 ISSN (Cetak) 2527-642 eissn (Online) 2527-65 besar sehingga panas yang di terima oleh plat tidak besar yang mengakibatkan tegangan yang relativ sama(7,8] Hasil penelitian terdahulu menggunakan variasi kecepatan untuk membuat bahan uji tarik dan ada dua spesimen bahan yang sama pertama menggunakan waktu 2 menit dan spesimen yang kedua menggunakan 3 menit hasilnya adallah spesimen yang menggunakan waktu lebih lambat menerima heat input atau masukan panas yang lebih besar mengakibatkan spesimen getas di bandingkan dengan yang menggunakan waktu 2 menit [6]. Kecepatan pengelasan dan besar kuat arus yang di pakai saat pengelasan sangat berpengaruh dalam pengujian tarik semakin besar kecepatan pengelasan maka semakin kecil heat input dan kekuatan tariknya akan semakin besar [1,5] Pada penelitian yang dilakukan[9] mengatakan bahwa semakin besar kecepatan pengelasan maka nilai kekuatan tarik yang di peroleh akan semakin meningkat, hal ini di karenakan semakin besar kecepatan pengelasan maka heat input yang di peroleh akan semakin rendah. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Distorsi las dapat diminimasi secara efektif dengan memberikan perlakuan perlakuan temperatur transient selama proses pengelasan berlangsung dengan kecepatan pengelasan 7 mm/s dengan nilai distorsi terandah,1 mm 2. Nilai kekerasan tertinggi pada kecepatan pengelasan 6 mm/s dengan temperatur pemanas 2 C dan jarak flame 8cm sebesar 259,271 kg/mm 2 dan tegangan tarik kecepatan pengelasan 6 mm/s dengan temperatur 2 C dan jarak flame 8cm, dengan nilai tegangan tarik luluh (yield) sebesar 36,761 Mpa dan nilai tegangan tarik maksimum sebesar 463,286 Mpa. Referensi [1 ]A.S.Mohruni, B.H.Kembaren (2 15), Pengaruh Variasi Kecepatan dan Kua Arus Terhadap Kekerasan, Tegangan Tarik, StrukturMikro Baja Karbon Rendah dengan Elektroda E613 [2] Agus Duniawan, Sutrimo,(214), Pengaruh Kecepatan Arus Pengelasan dan Panas Masuk Terhadap Sifat Mekanis Logam Las Pada Pengelasan SAW Baja Karbon ASTM 29 [3] Alfin Aprilianto,(215), Pengaruh perubahan temperatur transient di sekitar pengelasan dengan Las FCAW terhadap sifat mekanik pada bahan baja carbon A36. [4] Harlian Kadir, Gunawan Dwi Haryadi, Sri Nugroho, Kim Jeon (214), Pengaruh Variasi Kecepatan Pengelasan GMAW Baja Tahan Karat Austenitik AISI 316L Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanik [5] HeriWibowo, M.NoerIlman, Priyo Tri Iswanto (216), analisa heat input pengelasan terhadap distorsi, struktu rmikro dan kekuatan mekanis baja A36 [6] Naryono, FaridRakhman (214), Pengaruh Kecepatan Pengelasan Pada Penyambungan Plat Baja SA36 Menggunakan Elektroda E613 dan E716 Terhadap Kekerasan, Struktur Mikro dan Kekuatan Tariknya. [7] Nur Subeki, (211), Optimalisasi komposisi kandungan mn pada filler untuk mendapatkan ketangguhan dan kekerasan. [8] NurSubeki,(213), Pengaruh pengelasan FCAW tanpa dan dengan penambahan panas terhadap perubahan sifat mekanik dari struktur mikro sambungan las. [9] Rendy Setio P, Tjuk Oerbandono,Purnami,(215), Pengaruh Kecepatan Pengelasan dan Jenis Elektroda Terhadap Kekuatan Tarik Hasil Pengelasan SMAW Baja ST 6 [1] Weldy Sonaria Winarko, 211, Stress Relief Annealing untuk uji kekerasan dan mikrostruktur pada hasil pengelasan (SAW) Piapa Baja Api 5L-X65.JIS,1973,"Non Ferous Metal", Japanise International Standart. [11]Wiruyosumarto, H. dan Okumura, T, 2, Teknologi pengelasan logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta. IV - 6 SENTRA 216