Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUAL PRANIKAH DI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENGAKSES MEDIA AUDIO VISUAL DVD/ VCD PORNO DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMAN 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI MASTURBASI DENGAN PERILAKU MASTURBASI SISWA ASRAMA X DI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA N 1 KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI REMAJA KELAS X TENTANG SEKSUAL BEBAS DI SMA MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

HUBUNGAN PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS OLEH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMA KABUPATEN SIJUNJUNG. Elda Yusefni (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

ANALISIS PERILAKU SEKSUAL SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SMA BERBASIS AGAMA DAN SMA NEGERI DI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE OF FEMALE TEENAGERSON REPRODUCTIVE HEALTH AND THE INCIDENCE OF FLUOR ALBUS AT SMPN 2 BANGLI BALI

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

KUESIONER PENELITIAN

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA N 3 BUKITTINGGI TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGAKSESAN SITUS PORNOGRAFI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA 2 BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Akademi Kebidanan dan Keperawatan Bhakti Husada Bekasi. Abstrak

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ABORSI DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP SEKS PRANIKAH DI KELAS XII SMAN KUTOWINAGUN Evi Wahanani 1, Cokro Aminoto 2, Wuri Utami 3 1, 3 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen ABSTRACT Nowadays Promiscuity or free sex among teenagers is becoming a trend. sexual behavior without enough knowledge and unstable good level of emotion can cause problems such as abortion. This study aimed to find out the correlation between knowledge about abortion and female teenagers attitude about Premarital Sex in Grade XI IS of MAN Kutowingangun in 2012. This correlation study used cross sectional approach. Data were analyzed by using frequency distributions and bivariate analyzes using the test statistic Contingency Coefficient. The results showed that 92.7% of the respondents had good knowledge about abortion, 97.6% had good attitudes toward premarital sex. Those indicated that there is a correlation between knowledge about abortion and female teenagers attitude about Premarital Sex in Grade XI IS of MAN Kutowingangun in 2012 with the value of p = 0.008 (<0.05). Keywords teenagers : attitudes, abortion, knowledge, premarital sex, female PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yaitu usia 10-24 tahun (Killbourne, 2000). Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan yang cepat pada fisik dan organ seks yang sering tidak seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini membuat remaja mengalami masalah dalam kehidupan seksnya, terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004). Pergaulan bebas atau free sex menjadi trend di kalangan remaja masa kini. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, salah satunya adalah mudahnya mendapatkan informasi tentang free seks melalui media informasi, seperti TV dan internet. Media tersebut memungkinkan remaja mendapatkan informasi tentang cara melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks berisiko yang dapat mengakibatkan penyakit (Sungadi, 2007). 107

Menurut Amrillah (2006) masa remaja berada dalam tingkat emosi yang labil dan potensi seksual yang aktif, sehingga perilaku seks remaja tanpa disertai pengetahuan yang cukup dapat menimbulkan masalah seperti aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan sebagainya. Menurut WHO, sejak awal 2008 di Indonesia diperkirakan terdapat 20-60% kasus aborsi yang disengaja (aborsi provocatus). Penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan 2 juta kasus aborsi, dan sebagian besar terjadi di perkotaan. Aborsi yang tidak aman terpaksa dipilih untuk menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan. Dalam situasi seperti ini para remaja akan mencari orang yang dapat melaksanakan pengguguran dilakukan pada kondisi yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Yatmi, 2009). Tindakan aborsi menimbulkan dampak negatif terhadap status kesehatan perempuan baik dari aspek fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan kultural. Aborsi merupakan indikasi bahwa remaja memiliki kehidupan reproduksi yang tidak sehat dan belum siap dalam memasuki kehidupan berkeluarga. Aborsi yang tidak aman dapat mengakibatkan infeksi saluran reproduksi, nyeri panggul kronis, infeksi ruang panggul dan dapat mengakibatkan kemandulan. Kemandulan merupakan salah satu faktor penyebab perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga ada hubungan yang tidak langsung antara aborsi, kemandulan, dan kualitas keluarga (Wilopo, 2005). Siswa kelas XI MAN Kutowinangun rata-rata berusia 15-19 tahun. Pada usia ini remaja sangat rentan terhadap permasalahan seperti hubungan seks pranikah, kehamilan dini dan berpotensi melakukan aborsi. Berdasarkan studi pendahuluan di MAN Kutowinangun materi tentang seks pranikah dan aborsi belum pernah diajarkan oleh para guru. Hasil wawancara terhadap 10 siswa perempuan, 80% menyatakan tidak setuju dengan seks pranikah, tetapi mengakui pernah berciuman dan berpelukan dengan pacarnya, menonton video porno, dan membaca majalah porno. Hal ini sejalan dengan pendapat Sungadi (2007) yang menyatakan bahwa pergaulan bebas, menonton film porno, tayangan erotis, kurangnya kontrol orang tua, sekolah atau masyarakat sangat berpeluang bagi remaja untuk aktif melakukan aktifitas seks. dapat membuat remaja METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel (Nursalam, 2003). Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana pengukuran variabel variabelnya satu kali pada satu saat (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi MAN Kutowinangun sejumlah 446. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling dan 108

terdapat 82 orang yang memenuhi kriteria inklusi yaitu siswi MAN Kutowinangun dan bersedia menjadi responden. Alat pengumpul data dalam penelitian ini kuesioner berisi 15 soal untuk menilai pengetahuan dan 15 soal tentang sikap remaja putri tentang aborsi, kemudian dikategorikan menjadi baik bila skor 76-100%, cukup bila skor 60-75%, dan kurang bila skor <60%. Analisis univariat untuk mendeskripsikan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang aborsi dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan rumus koefisien korelasi Kendall s Tau dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang aborsi dengan sikap remaja putri mengenai seks pranikah HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Pengetahuan tentang Aborsi Tabel 4.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Aborsi pada Siswi Kelas XI IS MAN Kutowinangun, 2012 (n=82) Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik 76 92,7 Cukup 6 7,3 Jumlah 82 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan aborsi adalah baik sejumlah 76 responden (92,7%) dan cukup sejumlah 6 responden (7,3%). Remaja membutuhkan informasi yang cukup untuk meningkatkan pengetahuan tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan aborsi sehingga mengetahui halhal yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya dihindari. Informasi dapat berasal dari media massa, orang orang terdekat serta tokoh agama ataupun petugas kesehatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa informasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu masalah. Seseorang yang mempunyai banyak sumber informasi mempunyai kecenderungan untuk banyak akal dan mempunyai pengetahuan yang luas karena dukungan informasi yang dimiliknya tersebut. Kurangnya pengetahuan dan emosi yang masih labil dapat menimbulkan masalah seperti aborsi yang merupakan indikasi tingkat reproduksi yang tidak sehat serta belum siap dalam memasuki kehidupan berkeluarga. Aborsi yang tidak aman dapat menjadi penyebab infeksi saluran reproduksi, nyeri panggul kronis, infeksi panggul dan kemandulan (Wilopo, 2005). 109

2. Sikap terhadap Seks Pranikah Tabel 4.2 Distribusi Sikap terhadap Seks Pranikah pada Siswi Kelas XI IS MAN Kutowinangun, 2012 (n=82) Sikap Frekuensi Persentase Sangat 80 97,6 baik Baik 2 2,4 Jumlah 82 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap seks pranikah adalah sangat baik sejumlah 80 responden (97,6%) dan baik sejumlah 2 responden (2,4%).Bertambahnya minat remaja pada seks membuat remaja selalu berusaha mencari informasi tentang seks, sehingga orang tua dan pihak sekolah dapat mengarahkan remaja agar tidak terperosok kedalam pergaulan bebas dan memiliki sikap yang positif. Pada remaja terjadi perubahan fisik yang cepat termasuk perubahan dan perkembangan organ seks yang sering tidak seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini membuat remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksnya, terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004). Mudahnya menemukan berbagai macam informasi termasuk masalah seks merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan remaja terjebak dalam sikap dan perilaku yang tidak sehat. Berbagai informasi di internet ataupun majalah disajikan secara jelas. Meskipun demikian ada juga informasi tentang seks yang disajikan secara mentah, mengajarkan cara-cara melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks berisiko seperti penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat (Amrillah, 2006). 110

3. Hubungan pengetahuan dan sikap Tabel 4.3 Hubungan antara Pengetahuan tentang Aborsi dengan Sikap terhadap Seks Pranikah pada Siswi Kelas XI IS MAN Kutowinangun, 2012 (n=82) Pengetahuan Sikap Baik Sangat baik Total p Cukup 2 4 6 0,241 0,008 Baik 0 76 76 Total 2 80 82 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang aborsi dengan sikap terhadap seks pranikah didapatkan nilai p = 0,008 (< 0,05), yang berarti ada hubungan tingkat pengetahuan aborsi dengan sikap remaja putri tentang seks pranikah di Kelas XI IS MAN Kutowinangun. Menurut Sarwono (2006), terdapat beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya adalah perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari bukubuku dan VCD porno, rasa ingin tahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Seks pranikah pada masa remaja sangat rentan terhadap tindakan aborsi. Aborsi yang tidak aman terpaksa dipilih untuk menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan sementara lingkungan di sekitar remaja menganut dogma bahwa pengguguran tidak dibenarkan oleh hukum dan agama. Dalam situasi seperti ini para remaja akan mencari orang yang dapat melaksanakan pengguguran; sering orang-orang yang melaksanakan pengguguran ini tidak ahli dan bekerja dibawah kondisi yang tidak dapat memenuhi persyaratan kesehatan (Yatmi, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suesti (2011) yang menunjukkan bahwa remaja putri SMP Muhamadiyah I Banguntapan yang berpengetahuan tinggi mempunyai sikap positif 2,6 kali di banding remaja putri yang berpengetahuan rendah. SIMPULAN DAN SARAN Responden penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tentang aborsi yang baik (92,7%) dan sikap yang sangat baik terhadap seks pranikah (97,6%). terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan aborsi dengan sikap remaja putri tentang seks pranikah di kelas XI Ilmu Sosial MAN Kutowinangun (p=0.008). 111

Saran dari penelitian ini adalah perlunya remaja putri membekali diri dengan pengetahuan dan sikap yang baik sehingga tidak terjerumus pada seks pranikah dan segala akibatnya. Sekolah diharapkan dapat memberikan edukasi tentang seks kepada para siswanya secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Al Ummah, B. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Gombong : LP3M Stikes Muhammadiyah Gombong. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press. Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Notoatmodjo, S. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Eka. 2012. Tumbuh Kembang Toddler. http://www.documents/tu mbuh-kembangtoddler.html. Accesed 7 Januari 2012. Markum. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid IV. Jakarta. Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Zusri. 2004. Peranan Pola Asuh Terhadap Tumbuh Kembang Anak Balita Pada Keluarga Miskin di Kota dan Kabupaten Bogor. http://ipb.ac.id/tema/ho me.php?id=3&menu=detail jurnal.php&recordid=7. Accesed 7 Januari 2012. Agus. 2004. Faktor Penentu Kegagalan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-9 Bulan. http://www.p3gizi.litbang. depkes.go.id/index.php?op tion=comcontent&task=vie w&id=43&itemed=2. Accesed 7 Januari 2012. Baumrind. 2007. Pengaruh Orang Tua Terhadap Karakteristik Anak. http://www.minmalangsat u.net/detail. Accesed 8 Januari 2012. 112