PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA: MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Abstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajiban laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak. memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA SKRIPSI. Oleh : ARIF RAHMAN HAKIM /FE/EA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

SKRIPSI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRITAS DAN OBYEKTIVITAS AUDITOR (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ABSTRACT. Keywords: Perception profession, ethical awareness, auditor independence, and commitment to the profession

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

ABSTRAK. Kata kunci: profesionalisme, komitmen organisasi, etika profesi, dan pengalaman auditor

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

PENGARUH PERSEPSI BAGI HASIL, KUALITAS PELAYANAN, DAN INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP MINAT MENABUNG NASABAH PADA BANK MUAMALAT KABUPATEN PONOROGO

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ETIS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi empiris pada KAP Surakarta dan Yogyakarta)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) SURABAYA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

SKRIPSI. Disusun Oleh : ASEF SUDRAJAD B

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR (Studi kasus Kantor Akuntan Publik wilayah Surabaya Timur) SKRIPSI

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

PENGARUH GAJI, LINGKUNGAN KERJA DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN TETAP PADA PO SEDYA MULYA DI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN MANAJEMEN. (Studi Empiris pada BPR di Kota Surakarta)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

ZAMRONI A

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH BMT BUKIT ANNUR KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR (studi empiris pada KAP di wilayah Surabaya Timur dan Barat) SKRIPSI

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL CARE

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BATIK (Studi Kasus Konsumen Batik Luar Biasa Laweyan) SKRIPSI

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi. Program Studi Akuntansi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM MENGAUDIT LAPORAN KEUANGAN

(Studi Kasus Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta) SKRIPSI. Regina Trestiana No. Mhs

HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALISME AUDITOR DENGAN PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN.

SKRIPSI Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspektasi Klien dalam Audit Judgment.

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

PENGARUH KOMPETENSI, TEKANAN WAKTU,

PENGARUH INDEPENDENSI, KECAKAPAN PROFESIONAL, OBYEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA SKRIPSI.

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xiv. DAFTAR GAMBAR... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

SKRIPSI FAJAR WICAKSONO B

KATA PENGANTAR. SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

KATA PENGANTAR. dan hidayah-nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : Pengaruh

PENGARUH KONFLIK PEKERJAAN KELUARGA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MEMPUNYAI USAHA DAN PEKERJAAN BEBAS

ABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KERJA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKOHARJO

Transkripsi:

PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta) SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh : FAHALINA HERAWATI NIM. 3351402076 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi berjudul Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik (Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta) ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitia ujian skripsi pada : Hari : Senin Tanggal : 26 Februari 2007 Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Sukirman, M.Si Drs. Asrori, M.S NIP. 131967646 NIP. 131570078 Mengetahui Ketua Jurusan Drs. Sukirman, M.Si NIP. 131967646 ii

PENGESAHAN KELULUSAN Proposal skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan menjadi skripsi pada : Hari : Rabu Tanggal : 4 April 2007 Penguji Skripsi Drs. Tarsis Tarmudji NIP. 1310529513 Anggota I Anggota II Drs. Sukirman, M.Si Drs. Asrori, M.S NIP. 131967646 NIP. 131570078 Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 1316582360 iii

PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik (Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta) benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Februari 2007 Fahalina Herawati NIM. 3351402076 iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ( QS. Ar-Ra ad : 11 ) PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:. Keluarga besarku yang telah memberikan Doa Restunya. v

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK. ( Survey Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta ). Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Kesarjanaan dalam bidang Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, atas terselesaikannya skripsi ini kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatdmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Sukirman, M.Si. selaku Pemimbing I dan Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Asrori MS, dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan penunjuk dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen, yang telah memberi belak ilmu yang tidak ternilai harganya selama belajar di Jurusan Akuntansi. 6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannnya skripsi ini. Atas semua jasa dan keikhlasan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dengan kerjasama semua pihak. Meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang penulis tidak vi

mengetahuinya, sehinggga saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Besar harapkan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Semarang, April 2007 Penulis vii

SARI Fahalina Herawati, 2007. Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis Terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik (Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Kata kunci: Persepsi profesi, Kesadaran Etis, komitmen profesi Auditor sebagai sebuah profesi memiliki seperangkat kode etik dalam menjalankan profesinya. Terjadinya pelanggaran etika di lingkungan auditor menjadi issue yang menarik. Karena hal itu mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh persepsi profesi terhadap komitmen organisasi akuntan publik (2) pengaruh kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Penelitian ini merupakan penelitin survey dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta. Sampel yang diambil berjumlah 40 orang auditor yang diambil berdasarkan jumlah populasi yang ada sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif yang signifikan antara persepsi profesi akuntan publik terhadap komitmen profesi akuntan publik. Artinya bahwa semakin tinggi persepsi profesi yang di miliki oleh seorang auditor akan berakibat pada peningkatan pemahaman terhadap profesi yang digelutinya sehingga akan berdampak pula pada peningkatan komitmen profesi yang membuat terciptanya profesionalisme yang tinggi, (2) tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kesadaran etis auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik. Dengan demikian berarti tinggi atau rendahnya komitmen profesi seorang auditor tidak dipengaruhi oleh tingkat kesadaran akan etika dari seorang auditor. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk peningkatan profesionalisme auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik sehingga mampu memberikan jasa yang diharapkan mayarakat. Dalam rangka peningkatan profesioalisme tersebut, maka diperlukan adanya peningkatan pemahaman terhadap profesi yang berdampak pada peningkatan persepsi profesi auditor melalui pelatihan-pelatihan maupun diskusi yang berkaitan dengan profesi auditor. viii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi SARI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Permasalahan... 8 1.3 Penegasan Istilah... 8 1.4 Tujuan Dan kegunaan Penelitian... 10 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka... 12 2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik... 12 2.1.2 Persepsi Profesi... 14 2.1.3 Kesadaran Etis... 17 2.1.4 Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis Akuntan Publik dengan Komitmen Profesi... 19 2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu... 20 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis... 22 2.3 Hipotesis... 25 ix

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 26 3.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik... 26 3.1.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran... 26 3.1.3 Kesadaran Etis... 27 3.2 Jenis dan Sumber Data... 28 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 28 3.4 Teknik Pengumpulan Data... 29 3.5 Pengukuran Konsep. 30 3.6 Instrumen Penelitian 31 3.7 Validitas dan Reabilitas... 32 3.8 Metode Analisis Data.. 36 3.8.1 Uji Asumsi Klasik. 37 3.8.2 Pengujian Hipotesa... 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Auditor di Kantor Akuntan Publik... 42 4.2 Diskripsi Responden... 44 4.3 Diskripsi Variabel Penelitian... 46 4.4 Hasil Analisis Regresi Berganda... 58 4.4.1 Uji Asumsi Klasik... 59 4.4.2 Pengujian Hipotesis... 61 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 63 BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 68 5.2 Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA x

DAFTAR TABEL Halaman Tabel. 3.1 Skor dari setiap jenis pernyataan dalam instrument penelitian... 31 Tabel. 3.2 Nomor pernyataan mengenai komitmen profesi, persepsi profesi dan kesadaran etis... 32 Tabel. 3.3 Hasil Uji Validitas... 34 Tabel. 3.4 Hasil Uji Reliabilitas... 35 Tabel. 4.1 Tingkat pengembalian kuesoner... 45 Tabel. 4.2 Jenis kelamin responden... 45 Tabel. 4.3 Tingkat Pendidikan... 46 Tabel. 4.4 Pengalaman Kerja Responden... 46 Tabel. 4.5 Komitmen Profesi Akuntan Publik... 47 Tabel. 4.6 Presepsi Profesi... 52 Tabel. 4.7 Kesadaran Etis... 55 Tabel. 4.8 Hasil Analisis Regresi Berganda... 58 Tabel. 4.9 Hasil Uji Normalitas... 60 Tabel. 4.10 Hasil Pengujian Multikolinieritas... 60 Tabel. 4.11 Hasil Pengujian Heterokedastisitas... 61 Tabel 4.12 Hasil Uji F dan Adjusted R 2... 62 Tabel 4.13 Hasil Uji T... 62 xi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 25 xii

DAFTAR LAMPIRAN Data Persepsi Profesi Data Kesadaran Etis Komitmen Profesi Validity & Reliability: Persepsi Profesi (X1) Validity & Reliability: Kesadaran Etis (X2) Validity & Reliability: Komitmen Profesi (Y) Regression Multicolinearity Test Heterokedasticity Test NPar Tests Frequency: Persepsi Profesi (X1) Frequency: Kesadaran Etis (X2) Frequency: Komitmen Profesi (Y) Tabel Value Of r product moment Nilai-nilai dalam Distribusi t Tabel Nilai F Kuesioner Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun 1970-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan. Bank-bank ini mewajibkan nasabah yang menerima kredit dalam jumlah tertentu untuk menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik (auditor). Umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia baru memerlukan jasa audit oleh profesi auditor jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sehingga keandalan atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dapat dipertanggungjawabkan. Profesi Akuntan Publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian dan bertanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat dan pemakainya. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (Absolute Assurance) mengenai hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor (Efendi dan Sujiono, 2004). Untuk mengetahui tingkat suatu keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaaan, yaitu dengan menentukan besarnya tingkat kompetensi, profesionalisme, dan juga komitmen terhadap bidang yang ditekuninya. Suatu persepsi terhadap profesi menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian profesi. 1

2 Oleh karena itu persepsi profesi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (Sense of Belonging) bagi pekerja tehadap profesinya (Trisnaningsih, 2003). Komitmen organisasi dan komitmen profesi dalam profesi akuntansi ditelaah sejak lama. Konsep-konsep ini menunjukkan adanya hubungan antara konflik internal yang dihadapi oleh para professional, kepuasan kerja dan tingkat turnover auditor. Komitmen orangisasi dan komitmen profesi dapat didefinisikan sebagai intensitas seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya, serta tingkat keterlibatannya dalam organisasi atau profesi (Mowday dalam Khomsiyan dan Indriantoro, 1993: 148). Identifikasi ini memerlukan beberapa tingkat persetujuan dengan tujuan dan nilai dalam organisasi dan profesi, termasuk didalamnya nilainilai moral dan etika. Aranya dan Ferris (1984: 2) mendefinisikan komitmen sebagai suatu kepercayaan dan penerimaan pada tujuan dan nilai dalam suatu organisasi dan/atau profesi, kemauan untuk melakukan usaha yang dibutuhkan bagi organisasi dan/atau profesi, keinginan untuk menjaga anggota, dengan organisasi dan/atau profesi. Ford Dan Richardson (1994) dalam telaah empiris pengambilan keputusan etis menyatakan bahwa salah satu determinan penting perilaku pengambilan keputusan etis adalah factor-faktor yang secara unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Faktor-faktor individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan lahir (sex, umur, kebangsaan, dan sebagainya) dan variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan manusia. Variabel terakhir ini termasuk di dalamnya adalah

3 komitmen profesi. Maka dapat dikatakan komitmen profesi merupakan determinan yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam dilema etis. Jeffrey dan Weatherholt (1996) menguji hubungan antara komitmen profesi pemahaman etika dan sikap ketaatan pada aturan. Hasilnya menunjukkan bahwa akuntan dengan profesi yang kuat, perilakunya lebih pengarah pada aturan dibandingkan akuntan dengan komitmen profesi yang rendah. Selanjutnya komitmen profesi yang kuat berhubungan conventional level pengembangan moral. Dalam melaksanakan profesinya, seorang auditor diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan klien, antara akuntan dengan teman sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Dalam pasal 1 (ayat 2) Kode Etik Akuntan Indonesia: Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan mempertahankan obyektifitas dia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan Publik bertanggung jawab melaksanakan pasal-pasal yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia (Harahap, 1991). Etika profesi bagi praktik akuntan di Indonesia diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mengatur perilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor, diantaranya auditor pemerintah, auditor intern, auditor independent dan profesi

4 akuntan lain yaitu akuntan manajemen, dan akuntan sebagai pendidik (Mulyadi, 1998). Profesi auditor akan selalu berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang auditor berada pada dua pilihan yang bertentangan. Sebagai contoh dalam proses auditing, seorang auditor akan mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila auditor memenuhi tuntutan klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen auditor tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien. Berbagai pelanggaran etika yang terjadi pada perusahaan go public di Indonesia juga sering terjadi padahal semestinya hal ini tidak perlu terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, kemampuan dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam melaksanakan profesinya (Ludigdo, 1999). Dikarenakan auditor selalu berada pada posisi seperti tersebut diatas, maka diperlukan adanya suatu tanggapan (penerimaan) seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran dari masing-masing individu sehingga dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu atau yang biasa disebut dengan persepsi (Sihwajoeni dan Gudono, 2000). Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus mengedepankan sikap dan tindakan yang mencerminkan profesionalisme dimana hal tersebut telah diatur dalam kode etik profesinya. Karena pertimbangan

5 profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir (Harahap, 1991). Namun pada kenyataannya seorang auditor dalam menjalankan tugasnya masih banyak melakukan kesalahan yang melanggar kode etik profesi yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh kasus yang terjadi di beberapa perusahaan di Surakarta yang diaudit oleh KAP dengan pendapat auditor wajar tanpa pengecualian tetapi pada kenyataannya perusahaan tersebut mengalami kredit macet (Yazid, 2006). Contoh kasus ini menunjukkan bahwa kompetensi dari seorang auditor telah mengalami penurunan dikarenakan kurangnya kesadaran akan etika profesi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Apabila hal ini dibiarkan terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi investor pada khususnya dan masyarakat luas pengguna laporan keuangan auditan pada umumnya. Bersamaan dengan munculnya kesadaran tentang pentingnya pengembangan dan kesadaran etik auditor, muncul sejumlah penelitain akademis yang mencurahkan perhatiannya pada masalah ini. Seperti yang dikutip Muawanah dan Nur (2001) dari penelitian Louwers et. al. (1997) yang berusaha menguraikan dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etik akuntan (auditor). Dalam literatur Behavioral Accounting disebutkan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Siegel dan Marconi, 1989: 344). Variabel personalitas (komitmen profesi) mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style (kesadaran etik) mengacu pada cara atau metoda dengan

6 mana individu menerima, menyimpan, memproses dan mentransformasikan informasi kedalam tindakanya. Individu dengan tipe personalitas yang sama bias memiliki cognitive style yang berbeda, sehingga perilakunya juga bisa berbeda. Selanjutnya juga disebutkan bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Menurut Gibson (1996: 134), persepsi sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda meskipun melihat objek yang sama. Bagi profesi akuntan publik, persepsi profesi merupakan pemahaman seorang auditor terhadap apa yang digelutinya. Pemahaman ini berkaitan dengan faktor kognitif masing-masing individu auditor tersebut sehingga persepsi auditor satu dengan yang lain akan berbeda. Apabila seorang auditor memiliki persepsi atau pandangan positif terhadap profesinya, maka auditor tersebut akan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi yang digelutinya dan beranggapan bahwa profesinya merupakan profesi yang sangat penting bagi pihak lain sehingga mereka akan melakukan apa yang harus dilakukan secara proporsional. Sementara itu, apabila seorang auditor memiliki persepsi negatif terhadap profesinya maka auditor tersebut akan beranggapan bahwa profesi yang digelutinya harus menghasilkan bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan

7 dampaknya bagi pihak lain apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang berlaku. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis mengambil judul penelitian PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK (Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta), karena sebelumnya Trisnaningsih (2003) telah melakukan penelitian dengan objek yang sama dan menggunakan populasi auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Jawa Timur. Alasan lain mengapa diambil responden dari KAP di wilayah Surakarta dikarenakan banyaknya perusahaan di Surakarta yang merupakan perusahaan keluarga sehingga berakibat pada pengelolaan managemen perusahaan yang masih sederhana. Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, otomatis harus diikuti pula dengan penambahan modal perusahaan yang menuntut perusahaan untuk berhubungan dengan pihak investor. Atas dasar inilah maka perusahaan membutuhkan jasa auditor independen untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disyaratkan oleh investor. Atas dasar inilah maka sangatlah penting untuk dapat mengetahui seberapa besar kompetensi dari auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dalam menjalankan profesinya sebagai akuntan publik dimana profesi ini selalu dihadapkan pada dilema etis antara kepentingan profesi dengan kepentingan klien.

8 1.2 Rumusan Masalah Sebagai suatu profesi, para akuntan publik (auditor) harus selalu mengerti dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam menjalankan profesinya sehingga tidak melanggar kode etik yang ditetapkan oleh organisasi profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dari uraian diatas, maka secara lebih rinci masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah persepsi profesi dan kesadaran etis secara simultan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi?. 2. Apakah persepsi profesi dan kesadaran etis secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi?. 1.3 Penegasan Istilah Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti serta untuk menyamakan persepsi terhadap judul ini, perlu dijelaskan pengertian dari istilah-istilah yang akan digunakan yaitu: 1. Komitmen profesi akuntan publik menurut Aranya dan Ferris (1984: 2) mendefinisikan komitmen sebagai suatu kepercayaan dan penerimaan pada tujuan dan nilai dalam suatu organisasi dan/atau profesi, kemauan untuk melakukan usaha yang dibutuhkan bagi organisasi dan/atau

9 profesi, keinginan untuk menjaga anggota, dengan organisasi dan/atau profesi. 2. Persepsi sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masingmasing individu akan memiliki persepsi yang berbeda meskipun melihat objek yang sama Menurut Gibson (1996: 134). 3. Kesadaran Etis secara umum, etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia (Ludigdo dan machfoeds, 1999). Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moralitas. Muawanah dan Nur (2001) menyatakan bahwa kesadaran etik adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu. Namun sebenarnya variabel kognitif kesadaran etis sendiri belum bisa sepenuhnya digunakan untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksi dengan kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku. Dalam literatur behavioral accounting (Siegel dan Marconi, 1989)

10 mengatakan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style mengacu pada cara atau metoda dengan mana individu menerima, menyimpan, memproses, dan mentransformasikan informasi kedalam tindakannya. Selain itu, disebutkan juga bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Banyak penelitian mengulas etika dari sudut pandang yang berbeda. 1.4 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh antara persepsi profesi dan kesadaran etik terhadap komitmen profesi akuntan publik secara simultan. 2. Untuk mengetahui pengaruh antara persepsi profesi dan kesadaran etik terhadap komitmen profesi akuntan publik secara parsial. 1.4.2 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian adalah: 1. Manfaat Akademik

11 a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan data empiris bagi pembangunan ilmu pengetahuan terutama ilmu ekonomi dan manfaatnya bagi lembaga akademik. b. Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecerdasan emposional. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris ada tidaknya pengaruh persepsi profesi dan kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan public di wilayah Surakarta, sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi auditor independen dalam meningkatkan komitmen profesinya. Dimana factor persepsi profesi dan kesadaran etis merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menekuni profesinya sebagai auditor. Penelitian ini juga diharapkan kontribusi praktisnya untuk organisasi terutama Kantor Akuntan Publik dalam mengelola sumber daya manusia yang professional.

12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1. Komitmen Profesi Akuntan Publik Dalam suatu organisasi profesi seorang anggota organisasi profesi dituntut untuk memiliki komitmen profesi. Menurut Gibson et. al. (1996) yang dikutip oleh Haryani (2001) mendefinisikan komitmen sebagai lingkup, identifikasi, keterlibatan dan loyalitas yang diekspresikan oleh seseorang terhadap organisasinya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2001) yang meneliti tentang komitmen karyawan sebagai keunggulan bersaing, menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan landasan daya saing karena organisasi atau perusahaan dengan kayawan yang memiliki komitmen tinggi, akan mendapatkan keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki organisasi lain. Komitmen Profesi adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Komitmen profesi dapat didefinisikan sebagai: (1) Sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, sehingga dengan adanya komitmen profesi para anggota profesi akan melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan yang ditetapkan bagi profesinya tanpa adanya paksaan, (2) Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi. Para anggota profesi akan selalu berusaha melakukan sesuatu semaksimal mungkin untuk kemajuan profesi yang digelutinya, (3) Sebuah 12

13 kepentingan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi, karena para anggota profesi merasa bahwa profesi tersebut merupakan wadah atau tempat bagi mereka untuk menyalurkan atau mencurahkan aspirasi dan kemampuan yang dimilikinya. Edelmann (1997: 103) mengatakan bahwa komitmen profesi adalah tingkat loyalitas individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan menaati norma aturan dan kode etik profesi. Selain itu, komitmen profesi auditor juga dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan seorang auditor untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi tuntutan bagi profesi akuntan publik sehingga akan muncul loyalitas terhadap profesi maupun organisasi profesi akuntan publik. Bagi seorang auditor, komitmen profesi mutlak diperlukan berkaitan dengan loyalitas individu terhadap organisasi dalam melaksanakan tugas dan menaati norma aturan dan kode etik profesi akuntan publik. Hal ini dikatakan mutlak karena dengan adanya kesadaran untuk mematuhi aturan dan kode etik profesi, maka akan akan mengurangi timbulnya konflik internal pada diri auditor tersebut apabila dihadapkan pada suatu kondisi dilema etis sehingga profesionalisme dari auditor dapat selalu dijaga. Wibowo (dalam Trisnaningsih, 2003: 201) mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman internal auditor dengan komitmen profesionalisme, lama berkerja hanya mempengaruhi pandangan profesionalisme hubungan dengan sesama profesi, keyakinan terhadap peraturan profesi dan pengabdian pada profesi. 13

14 2.1.2. Persepsi Profesi 2.1.2.1 Pengertian Persepsi Profesi Akuntan Publik Menurut Gibson (1996: 134), persepsi sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda meskipun melihat objek yang sama. Sementara itu apabila ditinjau dari aspek psikologis, Walgito (1997: 53) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang individu untuk memahami objek tertentu yang diawali dengan timbulnya rangsangan dari objek tertentu yang diterima oleh alat indera individu dan kemudian diteruskan ke otak sehingga individu tersebut dapat memahami objek yang diterimanya. Persepsi bersifat subjektif karena melibatkan aspek psikologis yaitu proses kognitif sehingga apa yang ada dalam perkiraan individu akan ikut aktif dalam menentukan persepsi individu. Bagi profesi akuntan publik, persepsi profesi merupakan pemahaman seorang auditor terhadap apa yang digelutinya. Pemahaman ini berkaitan dengan faktor kognitif masing-masing individu auditor tersebut sehingga persepsi auditor satu dengan yang lain akan berbeda. Apabila seorang auditor memiliki persepsi atau pandangan positif terhadap profesinya, maka auditor tersebut akan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi yang digelutinya dan 14

15 beranggapan bahwa profesinya merupakan profesi yang sangat penting bagi pihak lain sehingga mereka akan melakukan apa yang harus dilakukan secara proporsional. Sementara itu, apabila seorang auditor memiliki persepsi negatif terhadap profesinya maka auditor tersebut akan beranggapan bahwa profesi yang digelutinya harus menghasilkan bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan dampaknya bagi pihak lain apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang berlaku. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Akuntan Publik Persepsi merupakan hal yang bersifat subjektif, yaitu melibatkan tafsiran pribadi masing-masing individu, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang berasal dari dalam individu atau dengan kata lain faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: 2.1.2.2.1 Ingatan Kemampuan mengingat tiap-tiap individu terhadap apa yang pernah dipelajari atau dipersepsikannya akan berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat. 2.1.2.2.2 Motivasi Bila motivasi individu terhadap objek tertentu semakin besar, maka perhatiannya terhadap objek tersebut juga semakin besar sehingga objek itu akan semakin jelas dan mudah dipahami atau dipersepsikan oleh individu. 2.1.2.2.3 Perasaan Meskipun setiap individu memperoleh rangsangan yang sama dari objek tertentu, tetapi dapat menimbulkan perasaan yang berbeda yaitu ada yang 15

16 senang dan atau sebaliknya yang pada akhirnya mempengaruhi persepsinya terhadap objek tersebut. 2.1.2.2.4 Berpikir Cara berpikir seseorang dalam memecahkan masalah biasanya berbeda, ada yang menggunakan pengertian dan ada yang tidak sehingga hanya coba-coba saja. Berpikir berkaitan dengan persepsi yaitu dalam memahami objek tertentu, individu biasanya melibatkan kegiatan menghubungkan pengertianpengertian yang diperolehnya baik secara sengaja maupun tidak (Walgito, 1997: 55-152). Menurut Robbins (1996: 34), selain faktor dari dalam individu ada faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu, yaitu: 1) Faktor Objek Meliputi ukuran, intensitas dan kontras atau pertentangan. Semakin besar ukuran objek tertentu, maka persepsi individu terhadap objek tersebut akan semakin jelas dan mudah dipahami. Kemudian jika intensitas objek yang dipersepsikan semakin sering ditunjukkan, maka objek tersebut semakin diperlihatkan sehingga akan semakin mudah untuk dipersepsikan. Objek yang semakin bertentangan atau kontras dengan sekitarnya akan lebih menarik perhatian orang sehingga akan lebih dipersepsikan orang. 2) Faktor situasi Adalah kondisi lingkungan dimana individu dipersepsikan objek tertentu, misalnya hawa panas atau dingin, terang atau gelap dan lain-lain serta 16

17 banyaknya waktu yang digunakan individunya untuk mempersepsikan objek tersebut. 3) Pentingnya pemahaman mengenai persepsi Pemaham mengenai persepsi penting untuk diketahui karena persepsi merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi perilaku individu. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak bias lepas dari pengaruh individu sendiri dan lingkungannya. Variabel individu meliputi faktor-faktor yang ada didalam pribadi individu seperti persepsi, sikap, kemampuan dan ketrampilan, keahlian fisik, dan lain-lain. Variabel lingkungan merupakan faktor yang dating dari luar individu seperti pengalaman pendidikan, lingkungan sekitar dan sebagainya. Melalui pemahaman persepsi individu tertentu, seseorang dapat meramalkan bagaimana perilaku individu tersebut, dengan kata lain merupakan deteksi awal bagi perilaku individu. 2.1.3. Kesadaran Etis Secara umum, etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia (Ludigdo dan machfoeds, 1999). Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moralitas. Muawanah dan Nur (2001) menyatakan bahwa kesadaran etik adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu. Namun sebenarnya variabel 17

18 kognitif kesadaran etis sendiri belum bisa sepenuhnya digunakan untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksi dengan kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku. Dalam literatur behavioral accounting (Siegel dan Marconi, 1989) mengatakan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style mengacu pada cara atau metoda dengan mana individu menerima, menyimpan, memproses, dan mentransformasikan informasi kedalam tindakannya. Selain itu, disebutkan juga bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Banyak penelitian mengulas etika dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan beberapa pengertian tentang kesadaran etis tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran etis akuntan publik merupakan suatu tindakan sadar dari seorang auditor untuk melakukan tidakan profesional pada saat dihadapkan pada suatu keadaan dilema etis profesinya. Menurut Trevino (1986) yang dikutip oleh Muawanah dan Nur (2001) bahwa tahap pengembangan kesadaran moral individual adalah pada saat menentukan bagaimana seseorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Dalam hal ini profesi sebagai seorang auditor yang selalu dihadapkan pada dilema etis dituntut untuk memiliki kesadaran etis yang tinggi sehingga akan selalu dapat mempertahankan profesionalisme profesinya. 18

19 2.1.4. Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis Akuntan Publik dengan Komitmen Profesi Komitmen profesi pada dasarnya merupakan pandangan yang berintikan loyalitas, tekad dan harapan seseorang dengan dituntun oleh sistem nilai atau norma yang akan mengarahkan orang tersebut untuk bertindak atau bekerja sesuai dengan prosedur-prosedur tertentu dalam menjalankan tugasnya. Loyalitas yang dimaksudkan meliputi sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi dan kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh demi kepentingan profesi. Persepsi profesi merupakan cara pandang individu terhadap profesi yang digelutinya. Persepsi ini merupakan pandangan individu terhadap suatu profesi. Apabila seseorang mempunyai persepsi positif terhadap suatu profesi, maka dia akan beranggapan bahwa profesi tersebut baik, dan sebaliknya apabila persepsi terhadap suatu profesi adalah negatif, maka anggapan terhadap profesi tersebut akan negatif juga. Dengan persepsi positif yang dimiliki seseorang akan berdampak pada peningkatan loyalitas terhadap profesi atau peningkatan terhadap komitmen profesi orang tersebut dikarenakan persepsi positif akan menumbuhkan rasa bangga dan bertanggungjawab terhadap profesi yang digelutinya sehingga terbentuklah loyalitas terhadap profesi. Selain variabel kognitif persepsi profesi, variabel kesadaran etis juga mempunyai pengaruh terhadap komitmen profesi. Kesadaran etis dioperasionalisasikan sebagai kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan nilai-nilai etika dalam suatu kejadian. Semakin tinggi 19

20 kesadaran etis yang dimiliki seseorang, maka orang tersebut akan mampu memutuskan sesuai dengan apa yang harus dilakukan dengan benar sekalipun dihadapkan pada situasi dilematis. Hal ini tentunya akan berhubungan dengan loyalitas seseorang terhadap profesinya atau terhadap komitmen profesi yang dimiliki seseorang. 2.1.5. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai akuntansi keperilakuan merupakan salah satu topik yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dalam hal ini menyangkut perilaku auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam menjalankan profesinya. Hal ini disebabkan karena profesi auditor mempunyai kedudukan yang unik dibandingkan dengan profesi lain. Seorang auditor dalam melaksanakan audit bukan semata untuk kepentingan klien melainkan juga untuk kepentingan pihak lain. Yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Profesi ini mendapat kepercayaan dari klien untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan oleh klien. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka seorang auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah didapatkan dari klien dan pihak ketiga. Untuk itu seorang auditor harus memiliki komitmen profesi yang kuat terhadap profesinya. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa komitmen profesi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi profesionalisme auditor. Antara lain seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2003) mencoba menganalisis tentang pengaruh komitmen profesional terhadap 20

21 kepuasan kerja auditor. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa komitmen profesi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Rahayu (2002: 178-192) menganalis tentang Anteseden dan Konsekuensi Tekanan Peran pada Auditor Independen. Dia menyatakan bahwa tekanan yang berhubungan dengan peran seseorang dalam suatu pekerjaan dapat berakibat/memiliki konsekuensi pada hal-hal yang tidak diinginkan baik secara organisasional maupun personal (rendahnya kinerja dan profesionalisme). Sedangkan menurut Muawanah dan Nur (2001: 11-46) yang meneliti tentang perilaku auditor dalam situasi konflik audit dengan menggunakan komitmen profesi sebagai variabel independen lain menunjukkan bahwa interaksi antara kesadaran etis dengan komitmen profesi berpengaruh terhadap respon auditor dalam situasi konflik audit. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa komitmen profesi merupakan faktor penting bagi auditor dalam menjalankan profesinya. Komitmen profesi juga merupakan tolak ukur untuk terciptanya faktor-faktor lain yang menunjang bagi profesi auditor (kinerja, kepuasan kerja, kompetensi, dan sebagainya), sehingga penelitian ini berusaha untuk mencari variabel yang dapat mempengaruhi/menjadi indikator terciptanya komitmen profesi auditor dengan memasukkan variabel persepsi profesi dan variabel kesadaran etis sebagai variabel independen. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana (Trisnaningsih, 2003) yang menganalisis tentang pengaruh komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor, menunjukkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara 21

22 komitmen profesi terhadap kepuasan kerja auditor. Penelitian Muawanah dan Nur (2001: 11-46) tentang perilaku auditor dalam situasi konflik audit dengan menggunakan komitmen profesi sebagai variabel independen menunjukkan bahwa interaksi antara kesadaran etis dengan komitmen profesi berpengaruh terhadap respon auditor dalam situasi konflik audit. Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu meneliti tentang perilaku auditor dengan menggunakan auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik sebagai objek penelitian. Namun perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan variabel persepsi profesi dan kesadaran etis sebagai prediktor dari komitmen profesi, karena diduga kedua variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik. 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Komitmen profesi akuntan publik menurut Aranya dan Ferris (1984: 2) mendefinisikan komitmen sebagai suatu kepercayaan dan penerimaan pada tujuan dan nilai dalam suatu organisasi dan/atau profesi, kemauan untuk melakukan usaha yang dibutuhkan bagi organisasi dan/atau profesi, keinginan untuk menjaga anggota, dengan organisasi dan/atau profesi. Ford Dan Richardson (1994) dalam telaah empiris pengambilan keputusan etis menyatakan bahwa salah satu determinan penting perilaku pengambilan keputusan etis adalah factor-faktor yang secara unik berhubungan dengan individu pembuat keputusan. Faktor-faktor individual tersebut meliputi variabel-variabel yang merupakan ciri pembawaan lahir (sex, umur, kebangsaan, dan sebagainya) dan variabel yang merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pengembangan manusia. Variabel terakhir ini termasuk 22

23 di dalamnya adalah komitmen profesi. Maka dapat dikatakan komitmen profesi merupakan determinan yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam dilema etis. Jeffrey dan Weatherholt (1996) menguji hubungan antara komitmen profesi pemahaman etika dan sikap ketaatan pada aturan. Hasilnya menunjukkan bahwa akuntan dengan profesi yang kuat, perilakunya lebih pengarah pada aturan dibandingkan akuntan dengan komitmen profesi yang rendah. Selanjutnya komitmen profesi yang kuat berhubungan conventional level pengembangan moral. Dalam melaksanakan profesinya, seorang auditor diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan klien, antara akuntan dengan teman sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Dalam pasal 1 (ayat 2) Kode Etik Akuntan Indonesia: Setiap anggota harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan mempertahankan obyektifitas dia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan Publik bertanggung jawab melaksanakan pasal-pasal yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia (Harahap, 1991). Etika profesi bagi praktik akuntan di Indonesia diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mengatur perilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor, diantaranya auditor pemerintah, auditor intern, auditor independent dan profesi 23

24 akuntan lain yaitu akuntan manajemen, dan akuntan sebagai pendidik (Mulyadi, 1998). Persepsi sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda meskipun melihat objek yang sama Menurut Gibson (1996: 134). Kesadaran Etis secara umum, etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia (Ludigdo dan machfoeds, 1999). Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moralitas. Muawanah dan Nur (2001) menyatakan bahwa kesadaran etik adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu. Namun sebenarnya variabel kognitif kesadaran etis sendiri belum bisa sepenuhnya digunakan untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksi dengan kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku. Dalam literatur behavioral accounting (Siegel dan Marconi, 1989) mengatakan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style mengacu pada cara atau metoda dengan mana individu menerima, 24

25 menyimpan, memproses, dan mentransformasikan informasi kedalam tindakannya. Selain itu, disebutkan juga bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Banyak penelitian mengulas etika dari sudut pandang yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi profesi dan kesadaran etis berpengaruh signifikan terhadap komitmen profesi akuntan public. Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Persepsi Profesi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Komitmen Profesi Kesadan Etis 2.3 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 : Persepsi profesi dan Kesadaran etis secara simultan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi. H 2 : Persepsi profesi dan Kesadaran etis secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi. 25

26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Komitmen profesi akuntan publik Komitmen profesi akuntan public menurut Aranya dan Ferris (1984: 2) mendefinisikan komitmen sebagai suatu kepercayaan dan penerimaan pada tujuan dan nilai dalam suatu organisasi dan/atau profesi, kemauan untuk melakukan usaha yang dibutuhkan bagi organisasi dan/atau profesi, keinginan untuk menjaga anggota, dengan organisasi dan/atau profesi. Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen profesi ada dua macam yaitu (1) Loyalitas auditor terhadap profesi yang terdiri dari 1 11 atau 11 item pertanyaan (2) kompetensi profesi auditor pertanyaan nomor 12 18 atau 7 item pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan diukur dengan menggunaka skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan komitmen profesi semakin rendah dan mengarah ke poin 5 menggambarkan bahwa komitmen profesi semakin tinggi. 3.1.2 Persepsi profesi Persepsi profesi adalah sebagai proses seseorang untuk memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang 26

27 berbeda meskipun melihat objek yang sama Menurut Gibson (1996: 134). Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen profesi ada dua macam yaitu (1) Standar teknis yang terdiri dari 1 4 atau 4 item pertanyaan (2) kompetensi dan kehati-hatian profesinal pertanyaan nomor 5 10 atau 6 item pertanyaan. Masing-masing item pertanyaan diukur dengan menggunaka skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan persepsi profesi semakin rendah dan mengarah ke poin 5 menggambarkan bahwa persepsi profesi semakin tinggi. 3.1.3 Kesadaran Etis Kesadaran etis secara umum, etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia (Ludigdo dan machfoeds, 1999). Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moralitas. Muawanah dan Nur (2001) menyatakan bahwa kesadaran etik adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu. Namun sebenarnya variabel kognitif kesadaran etis sendiri belum bisa sepenuhnya digunakan untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksi dengan kesadaran etis yang mempengaruhi perilaku. Dalam literatur behavioral accounting (Siegel dan Marconi, 1989) mengatakan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive 27

28 style mengacu pada cara atau metoda dengan mana individu menerima, menyimpan, memproses, dan mentransformasikan informasi kedalam tindakannya. Selain itu, disebutkan juga bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Banyak penelitian mengulas etika dari sudut pandang yang berbeda. Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen profesi ada satu macam yaitu kesadaran auditor terhadap profesinya. Item pertanyaan diukur dengan menggunaka skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan kesadaran etis auditor semakin rendah dan mengarah ke poin 5 menggambarkan bahwa kesadaran etis auditor semakin tinggi. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner ke masing-masing kantor akuntan public di Surakarta. 2. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari bukubuku, jurnal-jurnal, penelitian terdahulu serta literatur lain. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). 28

29 Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Karisidenan Surakarta yang terdaftar pada Direktori IAI- Kompartemen Akuntan Publik 2005. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Surakarta dengan jumlah auditor sebanyak 40 auditor untuk periode Desember 2006. Terdapat empat Kantor Akuntan Publik di wilayah Surakarta yang dijadikan objek penelitian, yaitu: KAP Drs. Soemantri, KAP Drs. Rachmad Wahyudi, KAP Drs. Payamta & Co, KAP Drs. Wartono & Co. Sampel adalah sebagian dari wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 109). Lebih lanjut Arikunto (2002) menegaskan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan bila subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil diantara 10-15% atau lebih besar dari 100 dapat diambil dari jumlah populasinya. Dari keseluruhan populasi sebanyak 40 auditor, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 40 responden berdasarkan pada jumlah keseluruhan KAP (4) dengan sepuluh kuesioner untuk masing-masing KAP. Oleh karena dari seluruh populasi auditor diambil sebagai objek penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian populasi (Singarimbun, 1995: 170). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1996: 139). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini 29