DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara. encapaian PDB sektor pertanian sempit (tanaman

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Katalog BPS :

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BERITA RESMISTATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...9 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Tahun 2012-2013... 10 Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Produsen Sektor Pertanian Triwulanan Tahun 2010-2013... 11 B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun (Triwulanan) oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Pengarah Penanggung Jawab Penyunting Penyusun Layout-Publikasi : Ir. M. Tassim Billah, MM : Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM : Ir. Sabarella, MSi : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE : 1. Heri Dwi Martono 2. Heruwaty Alamat Redaksi: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung D Lantai IV Jakarta Selatan 12550, Telp. (021) 7805305, Fax. (021) 7805305, Homepage: http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 1

PENJELASAN UMUM Dalam rangka menyediakan data PDB sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2014 kembali menerbitkan Buletin PDB Sektor Pertanian yang terbit setiap triwulan. Buletin PDB Sektor Pertanian Volume 13 Nomor 1, Maret 2014 ini berisi data dan analisis deskriptif PDB sektor pertanian triwulan IV tahun 2012 dan tahun 2013, dan juga triwulan sebelumnya. Data dan informasi yang disajikan dalam buletin ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data PDB antara lain adalah : 1. PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. 2. PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 3. Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara. Untuk menghitung PDB terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 2

1. Pendekatan Produksi PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). 3. Pendekatan Pengeluaran 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan 4) Listrik, Gas dan Air Bersih 5) Konstruksi 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Pengangkutan dan Komunikasi 8) Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 9) Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. 2. Pendekatan Pendapatan PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba pengeluaran konsumsi pemerintah pembentukan modal tetap domestik bruto perubahan inventori, dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDB yang disajikan dalam buletin ini menggunakan PDB dengan pendekatan produksi, mengingat sektor pertanian merupakan salah satu lapangan usaha dalam perekonomian Indonesia. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 3

Metode Penghitungan PDB dengan pendekatan produksi sebagai berikut : 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Sedangkan nilai tambah dihasilkan dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio nilai tambah tahun dasar. Atau dengan rumus dapat dijelaskan : Menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total nilai produksi (output) tiap-tiap sektor atau subsektor. Output k,t =Produksi t x Harga 0 NTB k,t =Output k,t x Rasio NTB 0 dimana: Output b,t NTB b,t = Produksi t x Harga t = Output b,t Biaya Antara b,t Atau Output k,t = Output/nilai produksi bruto atas dasar harga konstan tahun t NTB b,t = Output b,t x Rasio NTB t Dimana: NTB k,t Harga 0 = Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun t = Harga produksi tahun dasar Output b,t NTB b,t Produksi t Harga t = Ouput/nilai produksi bruto atas dasar harga berlaku tahun t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun ke t = Kuantum produksi tahun ke t = Harga produsen tahun ke t Rasio NTB 0 = Rasio nilai tambah bruto terhadap output tahun dasar. Khusus sub sektor peternakan, penghitungan produksinya adalah selisih populasi ditambah dengan pemotongan, dengan rumus sebagai berikut : Rasio NTB = Perbandingan NTB terhadap Output (NTB/Ouput) Rasio NTB t = Rasio NTB pada tahun berjalan (t) Produksi t = (Populasi t Populasi t-1 ) + Pemotongan t + (Ekspor t Impor t ) 2. PDB Atas Dasar Harga Konstan PDB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan metode revaluasi, yaitu output diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga tahun dasar. P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 4

Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2012. Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan pada nilai PDB yang telah dicapai. Secara nominal PDB Indonesia tahun 2013 mencapai Rp. 9.083,97 triliun yang merupakan kontribusi dari 9 (sembilan) lapangan usaha. Sumbangan dari sektor pertanian terhadap PDB Indonesia mencapai Rp. 1.311,04 triliun, sektor pertambangan dan penggalian Rp. 1.020,77 triliun, sektor industri pengolahan Rp. 2.152,59 triliun, sektor listrik, gas dan air bersih Rp. 70,07 triliun, sektor bangunan Rp. 907,27 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 1.301,51 triliun, sektor pengangkutan dan komunikasi Rp. 636,89 triliun, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Rp. 683,01 triliun, serta sektor jasa-jasa Rp. 1.000,82 triliun. Sementara itu total PDB Indonesia tanpa migas tahun 2013 mencapai Rp. 8.416,04 triliun, dengan demikian terjadi peningkatan PDB Indonesia sebesar Rp. 827,72 triliun terhadap tahun 2012 yang mencapai Rp. 7.588,32 triliun (Tabel 1). PDB sektor pertanian secara luas, mengalami peningkatan nilai tambah bruto dari Rp. 1.193,45 triliun (tahun 2012) menjadi Rp. 1.311,04 triliun disebabkan Tw. IV Total 2012 Tw. III Tw. IV Total 2013 1. P e r t a n i a n 258,21 1193,45 363,92 289,90 1.311,04 a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 175,78 883,18 273,73 195,54 962,24 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 102,65 574,92 174,06 111,01 621,83 - Tanaman Perkebunan 34,61 162,54 56,98 39,71 175,25 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 38,51 145,72 42,70 44,82 165,16 b. K e h u t a n a n 14,95 54,91 14,83 15,47 56,99 c. P e r i k a n a n 67,49 255,37 75,36 78,89 291,80 2. Pertambangan dan Penggalian 235,69 970,82 255,10 279,89 1.020,77 3. Industri Pengolahan 514,90 1972,52 549,34 570,52 2.152,59 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 16,35 62,23 17,27 18,71 70,07 5. Bangunan 225,09 844,09 230,49 242,30 907,27 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 303,17 1148,69 334,36 344,59 1.301,51 7. Pengangkutan dan Komunikasi 144,83 549,11 167,41 172,47 636,89 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 155,5631 598,5232 175,72 178,91 683,01 9. Jasa-jasa 238,58 889,99 266,04 270,64 1.000,82 PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.092,38 8.229,44 2.359,65 2.367,93 9.083,97 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 1.935,74 7.588,32 2.194,41 2.185,94 8.416,04 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah), 2012-2013 Lapangan Usaha **) Angka sangat sementara 2012 *) 2013 **) P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 5

oleh peningkatan PDB seluruh sub sektor pendukungnya. Sub sektor tanaman bahan makanan (Tanaman Pangan & Hortikultura) memberikan sumbangan terhadap PDB sektor pertanian sebesar Rp. 621,83 triliun, tanaman perkebunan sebesar Rp. 175,25 triliun, sub sektor peternakan dan hasilhasilnya sebesar Rp. 165,15 triliun, sub sektor kehutanan Rp. 56,99 triliun dan sub sektor perikanan Rp. 291,80 triliun. Sektor pertanian dalam arti sempit naik dari Rp. 883,18 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp. 962,24 triliun pada tahun 2013. Pada periode triwulanan, secara nominal total PDB Indonesia triwulan IV tahun 2013 mencapai Rp. 2.367,93 triliun atau naik Rp. 8,28 triliun dibandingkan PDB triwulan sebelumnya. peningkatan PDB tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan di semua sektor kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan. Secara umum triwulan IV memang merupakan periode dimana PDB sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan triwulan lainnya. Hal ini sebagai dampak dari adanya siklus musiman yang ditandai dengan berkurangnya luas panen dan produksi komoditas tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan yang belum memasuki musim panen pada triwulan IV. Total PDB sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan (pertanian sempit) pada triwulan IV tahun 2013 adalah sebesar Rp. 195,54 triliun atau turun Rp. 74,02 triliun dibandingkan triwulan III tahun 2013 yang mencapai Rp. 273,73 triliun. Perkembangan nilai tambah bruto tanpa pengaruh musim dapat diketahui dengan membandingkan PDB triwulan IV tahun 2013 terhadap triwulan IV tahun 2012, dimana beberapa sektor mengalami penurunan. Begitu juga dengan sektor pertanian, penurunan PDB juga terjadi pada sub sektor pendukungnya. Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013 Peranan setiap lapangan usaha dalam pembentukan nilai tambah bruto perekonomian Indonesia selama tahun 2012-2013 didominasi oleh 3 (tiga) sektor, yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Secara kumulatif ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2012 sebesar tahun 2013 sebesar 52,46%. 52,43% dan Pada tahun 2013 PDB sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yaitu sebesar 23,70%. Peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 14,43% terhadap PDB Indonesia, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada di peringkat ketiga memberikan kontribusi sebesar 14,33% terhadap total PDB Indonesia (Tabel 2). Begitu juga dengan sektor pertanian, kontribusi masing-masing sub sektor terhadap PDB Indonesia berturut-turut P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 6

adalah sebagai berikut : sub sektor tanaman bahan makanan mencapai 6,85%, tanaman perkebunan mencapai 1,93%, peternakan dan hasil-hasilnya mencapai 1,82%, kehutanan mencapai 0,63% dan perikanan mencapai 3,21%. Kontribusi sektor industri pengolahan mengalami penurunan dari 24,61% pada triwulan IV 2012 menjadi 24,09% pada triwulan IV tahun 2013, begitu juga pada sektor pertanian kontribusinya menurun dari 12,34% pada triwulan IV tahun 2012 menjadi 12,24% pada triwulan IV tahun 2014, begitu juga dengan sektor bangunan pada periode yang sama mengalami penurunan dari 10,76% pada triwulan IV 2012 menjadi 9,99% pada triwulan IV tahun 2013. Pada triwulan IV tahun 2013 sektor industri pengolahan tetap berada di peringkat pertama, di ikuti perikat kedua pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, sementara sektor pertanian menduduki perikat ketiga. PDB sektor pertanian secara luas pada triwulan IV tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 12,24% dari total PDB Indonesia, sedangkan kontribusi sektor pertanian secara sempit sebesar 8,26%, dengan kontribusi PDB sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 4,69%, kontibusi PDB perkebunan sebesar 1,68% dan kontribusi PDB peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 1,89% (Tabel 2). Tabel 2. Kontribusi PDB Setiap Lapangan Usaha terhadap PDB Indonesia (%), 2012-2013 Lapangan Usaha Tw. IV Total 2012 Tw. III Tw. IV Total 2013 1. P e r t a n i a n 12,34 14,50 15,42 12,24 14,43 a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 8,40 10,73 11,60 8,26 10,59 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 4,91 6,99 7,38 4,69 6,85 - Tanaman Perkebunan 1,65 1,98 2,41 1,68 1,93 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,84 1,77 1,81 1,89 1,82 b. K e h u t a n a n 0,71 0,67 0,63 0,65 0,63 c. P e r i k a n a n 3,23 3,10 3,19 3,33 3,21 2. Pertambangan dan Penggalian 11,26 11,80 10,81 11,82 11,24 3. Industri Pengolahan 24,61 23,97 23,28 24,09 23,70 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,78 0,76 0,73 0,79 0,77 5. Bangunan 10,76 10,26 9,77 10,23 9,99 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,49 13,96 14,17 14,55 14,33 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,92 6,67 7,09 7,28 7,01 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,43 7,27 7,45 7,56 7,52 9. Jasa-jasa 11,40 10,81 11,27 11,43 11,02 PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 92,51 92,21 93,00 92,31 92,65 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 2012 *) 2013 **) P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 7

Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Tahun 2012-2013 Pada tahun 2013, sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) memegang peranan terbesar dalam pembentukan PDB sektor pertanian dengan kontribusi hingga mencapai 47,43%. Peringkat kedua ditempati oleh sub sektor perikanan dengan kontribusi sebesar 22,26%, sub sektor perkebunan berada di peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar 13,37%. Sedangkan sub sektor peternakan dan kehutanan memberikan kontribusi masingmasing sebesar 12,60% dan 4,35%. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka kontribusi sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya pada tahun 2013 mengalami kenaikan dari 12,21% menjadi 12,60% dan sub sektor perikanan dari 21,40% naik menjadi 22,26%, sedangkan kontribusi PDB sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan Tabel 3. Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian (%), 2012-2013 Lapangan Usaha 2012 *) 2013 **) Tw. IV Total 2012 Tw. III Tw. IV Total 2013 a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 68,07 74,00 75,22 67,45 73,40 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 39,75 48,17 47,83 38,29 47,43 - Tanaman Perkebunan 13,41 13,62 15,66 13,70 13,37 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 14,92 12,21 11,73 15,46 12,60 b. K e h u t a n a n 5,79 4,60 4,08 5,34 4,35 c. P e r i k a n a n 26,14 21,40 20,71 27,21 22,26 P E R T A N I A N 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 8

kehutanan mengalami penurunan. Perbandingan kontribusi PDB sub sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 3. Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Tahun 2012-2013 Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2013 secara riil ditunjukkan oleh nilai PDB atas dasar harga konstan (tahun dasar=2000) yang berhasil mencapai Rp. 2.770,35 triliun. Nilai tersebut naik 5,78% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 2.618,94 triliun pada tahun 2012. Hal ini disebabkan adanya perbaikan kinerja pada sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan positif tertinggi dicapai oleh sektor pengakutan dan komunikasi sebesar 10,19%, sedangkan pertumbuhan positif terendah dicapai oleh sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34% (Tabel 5). Sektor pertanian secara riil juga mengalami peningkatan kinerja dari Rp. 328,28 triliun pada tahun 2012 menjadi Rp. 339,89 triliun pada tahun 2013 atau setara dengan pertumbuhan positif 3,54%. Peningkatan kinerja tersebut terjadi pada seluruh sektor pendukung pertanian. PDB tanaman bahan makanan mengalami peningkatan terhadap tahun sebelumnya sebesar 1,93%. PDB perkebunan naik sebesar 4,93%, sedangkan PDB peternakan naik sebesar 4,76%. Dengan demikian total PDB riil tahun 2013 untuk ketiga sub sektor tersebut sebesar Rp. 260,79 triliun atau naik 3,01% dibandingkan tahun 2012 yang Tabel 4. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah), 2012-2013 2012 *) 2013 **) Lapangan Usaha Tw. IV Total 2012 Tw. III Tw. IV Total 2013 1. P e r t a n i a n 69,63 328,28 93,69 72,29 339,89 a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 50,01 253,15 73,51 51,55 260,79 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 27,79 158,91 44,45 27,96 161,97 - Tanaman Perkebunan 11,31 52,33 18,00 12,03 54,90 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 10,91 41,92 11,06 11,56 43,91 b. K e h u t a n a n 4,71 17,42 4,54 4,63 17,44 c. P e r i k a n a n 14,90 57,70 15,64 16,12 61,66 2. Pertambangan dan Penggalian 48,13 193,12 49,17 50,01 195,71 3. Industri Pengolahan 173,74 670,19 179,83 182,93 707,46 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5,23 20,08 5,25 5,57 21,20 5. Bangunan 45,24 170,88 46,21 48,26 182,12 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 123,20 473,11 127,26 129,09 501,16 7. Pengangkutan dan Komunikasi 69,02 265,38 74,39 76,15 292,42 8. Keuangan, Perswaaan dan Jasa Perusahaan 64,80 253,02 68,85 69,20 272,15 9. Jasa-jasa 63,07 244,87 65,34 66,39 258,24 PRODUK DOMESTIK BRUTO 662,06 2.618,94 709,98 699,90 2.770,35 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 628,82 2.481,80 676,62 666,43 2.636,98 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 9

mencapai Rp. 253,15 triliun. Sementara itu kinerja sub sektor perikanan meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 6,86%, sedangkan kinerja sub sektor kehutanan hanya tumbuh sebesar 0,11%. Pada periode triwulanan, total PDB Indonesia triwulan IV tahun 2013 menurut perhitungan harga konstan 2000 mengalami penurunan sebesar 1,42% terhadap triwulan III tahun 2013, yaitu dari Rp. 709,98 triliun menjadi Rp. 699,90 triliun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertanian sebesar 22,84%. PDB sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kinerja sub sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan yang pada triwulan IV tahun 2013 turun cukup signifikan, masing-masing sebesar 37,10% dan 33,20%. Kinerja sub sektor tanaman bahan makanan turun karena adanya penurunan luas panen dan produksi padi yang terkait dengan faktor musiman. PDB sub sektor perkebunan turun karena menurunnya produksi beberapa komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa dan kelapa sawit. Sementara sub sektor peternakan mengalami peningkatan nilai PDB riil triwulan III tahun 2013 sebesar Rp. 11,06 triliun naik menjadi Rp 11,56 triliun pada triwulan IV tahun 2013, atau tumbuh positif sebesar 4,58%. Begitu juga dengan sektor kehutanan dan perikanan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,87% dan 3,03% (Tabel 4 dan Tabel 5). Perkembangan kinerja perekonomian Indonesia tanpa pengaruh faktor musim dapat diketahui dengan membandingkan nilai PDB triwulan IV tahun 2013 terhadap Tabel 5. Laju Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%), 2012-2013 Tw. IV '13 thd. Tw. III '13 Tw. IV '13 thd. Tw. IV '12 2013 thd. 2012 1. P e r t a n i a n -22,84 3,83 3,54 a. Pertanian sempit (3 sub sektor) -29,87 3,06 3,01 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) -37,10 0,61 1,93 - Tanaman Perkebunan -33,20 6,33 4,93 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,58 5,94 4,76 b. K e h u t a n a n 1,87-1,77 0,11 c. P e r i k a n a n 3,03 8,16 6,86 2. Pertambangan dan Penggalian 1,72 3,91 1,34 3. Industri Pengolahan 1,72 5,29 5,56 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6,10 6,62 5,58 5. Bangunan 4,45 6,68 6,57 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,44 4,78 5,93 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,36 10,32 10,19 8. Keuangan, Perswaaan dan Jasa Perusahaan 0,50 6,79 7,56 9. Jasa-jasa 1,62 5,27 5,46 PRODUK DOMESTIK BRUTO -1,42 5,72 5,78 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS -1,51 5,98 6,25 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Lapangan Usaha Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Laju Pertumbuhan (%) P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 10

periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan IV tahun 2012, dari 9 (sembilan) sektor perekonomian di Indonesia mengalami peningkatan yang menyebabkan peningkatan nilai tambah bruto dari Rp. 662,06 triliun (tiwulan IV tahun 2012) menjadi Rp. 699,90 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif sebesar 5,72%. Peningkatan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,32% dan peningkatan terendah terjadi di sektor pertanian sebesar 3,83%, sementara kehutanan turun 1,77% (Tabel 4 dan Tabel 5). Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Produsen Sektor Pertanian Tahun 2013 Indeks harga dapat diturunkan dari perhitungan PDB yang disebut sebagai PDB deflator atau indeks implisit. Indeks implisit diperoleh dari perbandingan antara PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. Berbeda dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), indeks implisit menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen. Harga yang dicakup dalam indeks implisit relatif lebih lengkap karena memperhitungkan harga barang dan jasa. Pertumbuhan indeks implisit terhadap periode sebelumnya merupakan inflasi/deflasi harga produsen setiap sektor/sub sektor pada periode yang bersangkutan. Dalam periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 indeks implisit sektor pertanian berfluktuasi namun cenderung meningkat (Gambar 3). Hal ini menunjukkan adanya kenaikan harga barang dan jasa di sektor pertanian dibandingkan tahun dasar 2000. Pergerakan indeks implisit sektor pertanian sejalan dengan indeks implisit sub sektor tanaman bahan makanan karena sub sektor ini merupakan kontributor PDB terbesar untuk sektor pertanian. Pada tahun 2013 sektor pertanian mencatat indeks implisit sebesar 385,72. Indeks implisit tertinggi di sektor pertanian P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 11

dicapai oleh sub sektor perikanan sebesar 473,23 yang menunjukan kenaikan harga komoditas barang dan jasa di sektor perikanan sebesar 373,23 dibandingkan tahun dasar 2000. Jika dibandingkan tahun 2012, sektor pertanian terjadi inflasi sebesar 6,10%. Inflasi tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan harga barang dan jasa pada seluruh sub sektor pendukung pertanian. Inflasi untuk sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 6,12%, peternakan sebesar 8,19%, perikanan sebesar 6,93%, kehutanan sebesar 3,69% dan perkebunan sebesar 2,76%. Pada periode triwulanan indeks implisit sektor pertanian luas triwulan IV tahun 2013 sebesar 401,02 artinya kenaikan harga barang dan jasa di sektor pertanian mencapai 301,02% dibandingkan tahun dasar 2000. Dengan indeks implisit tersebut sektor pertanian mengalami inflasi sebesar 3,24 terhadap triwulan III tahun 2013. Pada sektor pertanian sempit, indeks implisit tertinggi triwulan IV tahun 2013 terjadi pada sub sektor perikanan sebesar 489,55, atau mengalami inflasi sebesar 1,60% dibandingkan triwulan III tahun 2013, sedangkan indeks implisit terendah terjadi pada sektor Perkebunan sebesar 330,17 dengan laju inflasi sebesar 4,34%. Sektor tanaman bahan makanan mempunyai indeks implisit sebesar 397,08 atau mengalami inflasi sebesar 1,39% terhadap triwulan sebelumnya. Sementara sektor peternakan dan hasil-hasilnya pada triwulan IV tahun 2013 mempunyai indeks implisit sebesar 387,62, dengan inflasi sebesar 0,37% dibandingkan triwulan III tahun 2013. Sub sektor kehutanan mempunyai indeks implisit sebesar 334,15 atau mengalami kenaikan sebesar 234,15% terhadap tahun dasar 2000 dengan laju inflasi sebesar 2,38% terhadap triwulan sebelumnya (Tabel 6). (MHN) Tabel 6. Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Produsen (2000=100), 2012-2013 Lapangan Usaha Indeks Implisit Inflasi/ Deflasi 2012 *) Tw.III '13**)Tw.IV '13 **) 2013 **) Tw IV '13 2013 **) a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 348,87 372,39 379,35 368,98 1,87 5,76 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 361,79 391,62 397,08 383,92 1,39 6,12 - Tanaman Perkebunan 310,64 316,45 330,17 319,20 4,34 2,76 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 347,63 386,20 387,62 376,11 0,37 8,19 b. K e h u t a n a n 315,14 326,39 334,15 326,75 2,38 3,69 c. P e r i k a n a n 442,56 481,83 489,55 473,23 1,60 6,93 P E R T A N I A N 363,55 388,43 401,02 385,72 3,24 6,10 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara P u s a t D a t a d a n S i s t e m I n f o r m a s i P e r t a n i a n 12