BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aas Assa adatul Muthi ah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Tentang Pendidikan Lalu Lintas. a. Pengertian Pendidikan Lalu Lintas. Tahun. 2003) dijelaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA. A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAJAR SMP MENGEMUDIKAN SEPEDA MOTOR TANPA MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua, roda empat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan budaya bangsa yang tertib, mentaati peraturan dan terwujudnya etika berlalu lintas bagi masyarakat. Hal ini tercermin dalam tujuan lalu lintas dan angkutan jalan yang dimuat dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut: 1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; 2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan 3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat Peraturan lalu lintas dibuat untuk mengatur jalannya arus lalu lintas, sehingga dapat tercipta arus lalu lintas yang teratur. Budaya berlalu lintas yang baik akan menciptakan keadaan arus lalu lintas yang tertib dan teratur, sehingga akan membuat para pengguna jalan menjadi aman dan nyaman. Namun, saat ini keadaan yang aman dan nyaman jarang dirasakan oleh pengguna jalan, karena masih banyak pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. 1

Etika berlalu lintas merupakan cermin budaya bangsa. Tetapi untuk membentuk etika berlalu lintas menjadi budaya bangsa bukan persoalan mudah. Diperlukan gerakan kultural untuk mewujudkan keadaban dalam berlalu lintas. Dampak kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi di jalanan sehingga angka kecelakaan dari tahun ke tahun terus bertambah. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut. Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia. Faktor manusia merupakan penyebab kecelakaan yang paling besar. Hal yang memprihatinkan adalah banyaknya korban kecelakaan yang masih berstatus sebagai pelajar. Hampir seluruh kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangan tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas didominasi oleh pengendara roda dua atau sepeda motor. Sering kita jumpai pengendara yang menggunakan sepeda motor tidak menggunakan helm, memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi (kebut-kebutan) dijalan raya tanpa menghiraukan pengguna jalan yang lain. Menggunakan handphone ketika berkendara, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, serta kendaraannya tidak memenuhi persyaratan teknis. Juga kurangnya tenggang rasa antar pengemudi dan pengendara kendaraan bermotor, mereka saling serobot tidak mau mengalah antara satu dengan lainnya, sengaja melanggar lampu lalu lintas 2

karena ingin lebih cepat sampai tujuan, pengendara berlaku seenaknya sendiri tanpa memedulikan orang lain. Kesadaran dan disiplin berlalu lintas yang kian langka. Melanggar peraturan lalu lintas dianggap biasa. Perilaku tidak disiplin seperti sudah membudaya. Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Satuan Lalu lintas Kabupaten banyumas, terdapat beberapa jenis pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Banyumas dari bulan januari sampai dengan bulan Desember 2016 yaitu pelanggaran helm, surat-surat, kecepatan, boncengan berlebihan, marka rambu, melawan arus, lampu utama, menggunakan hp, kelengkapan dan lainlain. Dari total keseluruhan pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Banyumas tersebut berjumlah 26.013. Pelanggaran tersebut didominasi oleh kendaraan roda dua yang berjumlah 23.359. Berdasarkan usia pelanggar lalu lintas di Kabupaten Banyumas dari data yang diperoleh Satuan Lalu Lintas Kabupaten Banyumas, pelanggar lalu lintas sebagian besar dilakukan oleh pelanggar pada rentan usia 16-20 tahun, artinya rentan usia tersebut merupakan rentan usia produktif, yaitu pelajar. Akibat pelanggaran-pelanggaran tersebut di Kabupaten Banyumas pada bulan januari sampai desember 2016 terjadi sebanyak 1000 kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan 236 orang meninggal dunia, 1098 mengalami luka ringan. (Satuan Lalu Lintas Polres Banyumas.2017). Sedangkan, berdasarkan berita yang dimuat dalam surat kabar Radar banyumas pada tanggal 17 november 2016, angka kecelakaan lalu lintas di 3

wilayah Jawa tengah cukup memprihatinkan. Setiap 2,5 jam terjadi orang meninggal karena kecelakaan. Dan 40% diantaranya adalah pelajar. Angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas masih tinggi. Bahkan, angka kecelakaan di wilayah ini menempati peringkat tiga tertinggi di Jawa Tengah sejak Januari hingga November, angka kecelakaan lalu-lintas di Banyumas mendekati seribu. Angka tersebut, merupakan tertinggi ketiga di Jawa Tengah. Banyumas tempati peringkat tiga Sejak 1 Januari 2016 sampai 12 November, telah terjadi kecelakaan lalulintas sebanyak 938 kejadian (Radar Banyumas.17 November 2016). Tabel 1.1 Data kecelakaan lalu lintas dikabupaten banyumas tahun 2014-2016. Usia Tahun 41 Th ke Jumlah 06-15 Th 16-20 Th 21-30 Th 31-40 Th atas 2014 70 314 131 194 350 1,059 2015 97 202 238 168 351 1,056 2016 81 191 195 200 335 1,002 Sumber: Data Satuan Lalu Lintas Polres Banyumas.2017. Menurut Raharjo (2014:61) hal tersebut bisa saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan, kelancaran dan keselamatan lalu lintas. Hal-hal tersebut apabila ditaati dan dipatuhi maka dapat menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas. Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan kurangnya kesadaran dan etika dalam berlalu lintas. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya kesadaran lalu lintas pengguna jalan dalam menaati dan mematuhi peraturan lalu lintas. Ali (2008:66) mengemukakan bahwa Masalah kesadaran hukum masyarakat sebenarnya 4

menyangkut faktor-fakor apakah suatu ketentuan hukum tertentu diketahui, dimengerti, ditaati, dan dihargai. Apabila masyarakat hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesadaran hukumnya lebih rendah dari mereka yang memahaminya dan seterusnya. Jadi dapat disimpulkan apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi jika seseorang telah berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukumnya telah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembinaan agar siswa benar-benar mengetahui dan mengerti fungsi dari peraturan hukum sehingga peserta didik mau mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Disamping itu, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dalam mewujudkan rasa kesadaran dan disiplin dalam melakukan aktivitas di jalan raya juga dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 258 undang-undang no.22 tahun 2009, bahwa : Masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Setiap individu dalam hal ini khususnya pelajar yang sedang mengalami masa perkembangan harus mendapat bimbingan agar tidak mengalami penyimpangan. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang penting untuk mengurangi tingkat kecelakaan pelajar. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik dapat menumbuhkan kesadaran untuk tertib berlalu lintas, sehingga peserta didik mampu mengendalikan atau mengurangi timbulnya kecelakaan lalu lintas. 5

Pendidikan merupakan salah satu jalur yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tercantum dalam tujuan negara dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan dan kecakapan karena pendidikan berupaya menyiapkan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam menaati peraturan, seperti halnya menaati dan mematuhi peraturan lalu lintas untuk menjaga keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang lainnya sehingga tercipta sebuah ketertiban dan keteraturan. Pendidikan yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengatasi masalah kurangnya kesadaran hukum dalam berlalu lintas yaitu pendidikan yang dalam prosesnya bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan tetapi juga berupaya membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi watak atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sejalan dengan pandangan Winataputra (Winarno, 2014:12) menyebutkan bahwa salah satu misi pendidikan kewarganegaraan adalah sosio-pedagogis yaitu mengembangkan potensi individu sebagai insan Tuhan dan makluk sosial menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, demokratis, taat hukum, beradab, dan religius. Pendidikan Kewarganegaraan menduduki peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap serta karakter siswa baik di dalam maupun 6

diluar lingkungan sekolah termasuk guru sebagai salah satu komponen pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan Kewarganegaraaan adalah sebagai berikut : 1. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2. Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skills). 3. Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dengan menguasai kompetensi-kompetensi tersebut guru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu membentuk siswa yang ideal dan memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Rumusan dari Civitas: A frame work for civic education (Udin S.Winataputra dan Dasim Budimansyah, 2007: 56) membagi civic dalam: 1. Civic Knowledge and skill 2. Civic Virtue 3. Civic Participation Dari ketiga bagian tersebut, Civic Virtue merupakan landasan bagi pengembangan Civic Participation yang merupakan tujuan akhir dari Civic Education. Tujuan tersebut berorientasi pada pengembangan kepribadian warganegara yang bertolak dari dan bermuara pada cita-cita, nilai, dan prinsip demokrasi. Hal itu dapat ditangkap dari rumusan tujuan pengembangan 7

warganegara yang mampu berpartisipasi penuh, berkemampuan, dan bertanggungjawab yakni warganegara yang memiliki komitmen yang bernalar terhadap nilai dan prinsip demokrasi dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Civic Education berfungsi sebagai upaya untuk memperkuat komitmen tersebut tetapi tidak dengan cara indoktrinasi, yang perlu dilakukan adalah mengembangkan dalam diri individu pengetahuan dan ketrampilan serta memberikan pengalaman yang mampu mewujudkan sikap dan kualitas pribadi yang menjangkau jauh di luar kepentingan sendiri dan kelompok. Kualitas pribadi yang ingin dikembangkan melalui kurikulum Civic Education adalah Civic Virtue yang memiliki dua unsur yaitu Civic Disposition dan Civic Commitments. (Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah, 2007:60) Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, masih banyaknya siswa yang belum memahami dan belum memliki kesadaran dan disiplin dalam berlalu lintas sehingga masih banyak pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas yang akibatnya dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Persepsi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Muhammadiyah Mengenai Civic Virtue Dalam Berlalu Lintas. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah muhammadiyah mengenai civic virtue dalam berlalu lintas?. berdasarkan masalah tersebut 8

untuk membatasi masalah dalam penelitian ini maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan megenai civic virtue? 2. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue dalam berlalu lintas? 3. Bagaimana persepsi guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan civic virtue dalam berlalu lintas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai persepsi guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah muhammadiyah mengenai civic virtue dalam berlalu lintas. 2. Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu: a. Mengetahui persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue. b. Mengetahui persepsi guru pendidikan kewarganegaraan mengenai civic virtue dalam berlalu lintas c. Mengetahui persepsi guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan pembelajaran mengenai civic virtue dalam berlalu lintas. 9

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang persepsi guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah muhammadiyah mengenai civic virtue dalam berlalu lintas. 2. Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a. Bagi Guru: dapat menjadi sumbangsih bagi guru pendidikan kewarganegaraan untuk merancang suatu pembelajaran yang diarahkan pada pengembangan civic virtue dalam berlalu lintas. b. Bagi Siswa: dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya civic virtue dalam berlalu lintas. c. Bagi Sekolah: dapat memberikan informasi kepada sekolah terkait dengan civic virtue dalam berberlalu lintas, sehingga sekolah dapat meningkatkan perannya dalam membina sikap dan perilaku siswa dalam berlalu lintas. d. Bagi Peneliti: dapat menambah keterampilan, pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan penelitian selanjutnya. 10