PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENT ANG PEDOMAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 10/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 093TAHUN 2011 TENTANG

2011, No.80 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

MEKANISME ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LN Jumat, 06 Januari 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 97/PMK.05/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG

Menimbang : a. bahwa Perjalanan Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan dalam

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PERJALANAN DINAS PADA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

Informasi Mengenai Prosedur Permohonan Paspor Diplomatik / Dinas

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Perj

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA LUAR NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

2015, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI (PDLN)

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Dinas Luar Negeri di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PERJALANAN DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2015

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 64 TAHUN 2012 TENTANG

I. DASAR PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI (PDLN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. Pejabat. Pegawai. Perjalanan. Luar Negeri. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ALUR PENGAJUAN SURAT TUGAS KE KANTOR INTERNASIONAL 1. Surat rekomendasi dari fakultas (surat permohonan dr fakultas) dengan mengetahui dekan 2.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 41 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 97/PMK.05/2010 TENTANG

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Re

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA BENGKULU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PERJALANAN DINAS GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/2012 TENTANG

BAB II KERANGKA TEORI. A. Tinjauan Pustaka

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Make it Simpel... Sistem Informasi Perjalanan Dinas Luar Negeri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

PERJALANAN DINAS A. KETENTUAN UMUM

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

SELINTAS TENTANG PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT/PEGAWAI NEGERI YANG MENGIKUTI DIKLAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI NATUNA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENT ANG PEDOMAN PENANGANAN ADMINISTRASI PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI BADAN STANDARDISASI NASIONAL KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL, Menimbang a. bahwa ~alam rangka mewujudkan tertib administrasi perjalanan dinas ke luar negen bagi pejabat, pegawai atau tenaga Indonesia di lingkungan Badan Standardisasi Nasional, diperlukan pedoman teknis pelaksanaan penanganan administrasi perjalanan dinas luar negen; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional tentang Pedoman Penanganan Administrasi Perjalanan Dinas Luar Negeri Badan Standardisasi Nasional; Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 2. Keputusan Presiden Nomor 84/M Tahun 2012 tentang Pengangkatan Kepala Bad an Standardisasi Nasional; 3. Peraturan...

3. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Administrasi Perjalanan Dinas Luar Negeri; Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri; 2. Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara Nomor B-41 / M. Sesneg/ Setmen / 04/2010, Tanggal 26 April 2010 tentang Perjalanan Dinas ke Luar Negeri; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENANGANAN ADMINISTRASI NEGERI. PERJALANAN DINAS LUAR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Standardisasi Nasional yang selanjutnya disingkat BSN adalah Badan yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Penanganan....

2. Penanganan administrasi perjalanan dinas ke luar negeri adalah kegiatan pengurusan dokumen perjalanan dinas ke luar negeri. 3. Perjalanan dinas ke luar negeri adalah penugasan yang dilakukan oleh Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia yang diberikan oleh BSN dalam rangka melaksanakan kegiatan luar negeri atas biaya APBN, donor luar / dalam negeri a tau biaya sendiri. 4. Surat permohonan persetujuan perjalanan dinas ke luar negeri, yang selanjutnya disebut surat permohonan adalah surat permohonan perjalanan dinas bagi Pejabat/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN. 5. Kertas posisi adalah tanggapan Indonesia terhadap dokumen kerja yang dibahas di pertemuan regional, multilateral dan internasional. 6. Surat persetujuan adalah surat pemberian izin dari Pemerintah untuk melaksanakan perjalanan dinas ke luar negeri yang ditandatangani oleh Presiden atau pejabat yang ditunjuk. 7. Paspor dalam rangka perjalanan dinas ke luar negeri, yang selanjutnya disebut paspor dinas, adalah dokumen yang diberikan kepada Pejabat/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Standardisasi Nasional yang berangkat ke luar negeri dalam rangka tugas resmi yang tidak bersifat diplomatik. 8. Exit pennit adalah tanda pengesahan berupa cap resmi untuk meninggalkan suatu negara yang tercantum dalam paspor dinas. 9. Visa adalah dokumen pemberian izin masuk ke suatu negara dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu yang dikeluarkan oleh kedutaan negara bersangkutan. 10.Tenaga Indonesia adalah masyarakat umum yang ditugaskan melaksanakan penugasan dinas ke luar negeri yang bersifat mewakili negara. BAB II...

BAB II PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE LUAR NEGERI Pasal 2 Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dapat dilakukan dengan ketentuan: a. kegiatan yang telah direncanakan pada tahun berjalan yang tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RKA-KL) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang terkait dengan bidang standardisasi; b. tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari yang dibuktikan dengan surat tugas dari Kepala Badan Standardisasi Nasional atau pejabat Eselon I yang menjadi atasannya; c. memiliki relevansi antara yang dilakukan di luar negeri dengan tugas pokok dan fungsi; d. memiliki kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas. Pasal3 Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas dalam penyelenggaraan kegiatan Pemerintah di bidang standardisasi se bagaimana dimaksud dalam Pasal 2, an tara lain dengan dilakukan dalam bentuk: a. pertemuan bilateral; b. pertemuan regional/ multilateral; c. seminar /lokakarya/konferensi/ simposium/workshop; d. pameran/promosi/ expo; e. tugas belajar; f. studi banding; g. pelatihan. Pasal 4...

Pasal 4 (1) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri Republik Indonesia untuk kepentingan pertemuan bilateral sebagaimana dimaksud dengan Pasal 3 huruf a dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. telah terjalin kerjasama atau dalam rangka penjajakan kerjasama di bidang standardisasi; b. menyusun kertas posisi Indonesia yang dikordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri; c. delegasi Republik Indonesia dibatasi sesuai dengan penugasan dan dipimpin oleh pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II, atau pejabat lain yang ditunjuk dengan melampirkan susunan dan uraian tugas masing-masing delegasi Republik Indonesia; d. jangka waktu penugasan sesuai dengan agenda pertemuan dan kunjungan paling lama 5 (lima) hari atau sesuai dengan dokumen pendukung, tidak termasuk lama perjalanan; (2) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan pertemuan regional/multilateral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. penyusunan kertas posisi Indonesia yang dikoordinasikan dengan unit kerja dan instansi terkait; b. delegasi Republik Indonesia dibatasi sesuai dengan penugasan dan dipimpin oleh pejabat Eselon I atau pejabat Eselon II, dan diutamakan melibatkan swasta atas biaya sendiri dengan melampirkan susunan dan uraian tugas masing-masing delegasi Republik Indonesia; c. jangka waktu penugasan sesuai dengan agenda pertemuan dan kunjungan paling lama 5 (lima) hari atau sesuai dengan dokumen pendukung, tidak termasuk lama perjalanan. ( 3) Pelaksanaan.... D:\Filc Maya\SK\Pcdoman Administrasi rev PDLN.doc

(3) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan seminar/ lokakarya/ konferensi/ simposium/ workshop se bagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. delegasi Republik Indonesia dibatasi sesuai dengan penugasan dan dipimpin oleh satu orang ketua delegasi yang ditunjuk dengan melampirkan uraian tugas masing masing delegasi Republik Indonesia pada pertemuan tersebut, dengan jumlah paling banyak 5 (lima) orang; b. jangka waktu penugasan sesuai dengan agenda seminar /lokakarya/konferensi/ simposium/workshop paling lama 5 (lima) hari atau sesuai dengan dokumen pendukung, tidak termasuk lama perjalanan. (4) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan pameran/promosi/expo sebagaimana dimaksud dengan Pasal 3 huruf c dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. delegasi Republik Indonesia dibatasi sesuai dengan penugasan dan dipimpin 1 (satu) orang ketua delegasi yang ditunjuk dengan melampirkan dan uraian tugas masing-masing pada pertemuan tersebut, dengan jumlah peserta paling banyak 5 (lima) orang tidak termasuk swasta; b. jangka waktu penugasan sesuai dengan agenda pameran/ promosi/ expo paling lama 5 (lima) hari a tau sesuai dengan dokumen pendukung, tidak termasuk lama perjalanan. (5) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. tersedia alokasi sumber pembiayaan selama tugas belajar antara lain berasal dari sponsor; b. konfirmasi....

b. konfirmasi dari negara lembaga perguruan tinggi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah diterima untuk melaksanakan tugas belajar di negara tersebut; c. jangka waktu penugasan sesuai dengan jangka waktu penyelesaian tugas belajar. (6) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan studi banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. mengkomunikasikan rencana kunjungan dengan pihak kementerian luar negeri dalam rangka pelaksanaan kegiatan studi banding; b. delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua delegasi yang ditunjuk dengan melampirkan susunan dan uraian tugas masing masing delegasi Republik Indonesia pada kegiatan tersebut dengan jumlah paling banyak 5 (lima) orang; c. jangka waktu pelaksanaan sesuai dengan agenda studi banding. (7) Pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk kepentingan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g dapat dilaksanakan dengan ketentuan: a. pelatihan tersebut hendaknya dapat dilakukan guna mendukung tugas pokok dan fungsi unit kerja yang bersangkutan; b. diutamakan pelatihan dibiayai oleh pihak penyelenggara atau sponsor; c. jangka waktu penugasan sesuai dengan jangka waktu penyelesaian pelatihan. BAB III....

BAB III DOKUMEN PERJALANAN DINAS KE LUAR NEGERI Pasal 5 (1) Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia yang melakukan perjalanan dinas ke luar negeri wajib memiliki dokumen perjalanan dinas ke luar negeri. (2) Dokumen perjalanan dinas ke luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Surat Persetujuan Sekretariat Negara; b. paspor dinas yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri; c. exit pennit dan rekomendasi visa; d. visa sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tiap negara tujuan; e. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD); f. paspor hijau yang digunakan khusus untuk Tenaga Indonesia bukan Pegawai Negeri Sipil BAB IV TATA CARA ADMINISTASI PERJALANAN DINAS KE LUAR NEGERI Pasal 6 (1) Pejabat/Pegawai Negeri Sipil /Tenaga Indonesia yang akan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri harus mendapat persetujuan dan surat tugas untuk: a. pejabat Eselon I dari Kepala BSN; b. pejabat Eselon II, III, IV dan staf dari Eselon I yang menjadi atasan langsungnya; c. Tenaga Indonesia dari Kepala BSN. (2)Persetujuan...

(2) Persetujuan dan surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Sekretaris Utama paling lambat 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum keberangkatan untuk diproses. (3) Khusus untuk pengajuan perjalanan dinas ke negara schengen pengajuan usulan paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari kerja sebelum keberangkatan. ( 4) Format surat tugas se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1) terdapat dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 7 ( 1) Setiap perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Kepala BSN dilaksanakan setelah mendapat surat persetujuan dari Presiden. (2) Perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Kepala BSN harus disertai dengan surat permohonan. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Kepala BSN. (4) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disertai dengan Surat Penugasan dari Kepala BSN. (5) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Sekretaris Negara. (6) Alur administrasi perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Kepala BSN terdapat dalam Lampiran II Peraturan ini. Pasal 8 ( 1) Setiap perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Pejabat Eselon I di lingkungan BSN dilaksanakan setelah mendapat surat persetujuan dari Menteri Sekretaris Negara. (2) Surat permohonan ditujukan kepada Menteri Sekretaris Negara u. p Sekretaris Menteri Sekretaris Negara. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Sekretaris Utama atas nama Kepala BSN. (4) Surat....

(4) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disertai dengan Surat Penugasan dari Kepala BSN. (5) Alur administrasi perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Pejabat Eselon I di lingkungan BSN terdapat dalam Lampiran III Peraturan ini. Pasal 9 ( 1) Setiap perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Pejabat Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN dilaksanakan setelah mendapat surat persetujuan dari Sekretaris Menteri Sekretaris Negara. (2) Surat permohonan ditujukan kepada Sekretaris Menteri Sekretaris Negara u.p Kepala Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri. (3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh Sekretaris Utama BSN. (4) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disertai dengan Surat Penugasan dari Eselon I yang bersangkutan. (5) Dalam hal Pejabat Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN melakukan perjalan dinas bersama dengan Pejabat Eselon I, surat permohonan diajukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (6) Alur administrasi perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh Pejabat Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN terdapat dalam Lampiran IV Peraturan ini. (7) Dalam hal perjalanan dinas luar negeri yang dilakukan oleh expert/tenaga Indonesia baik dari instansi pemerintah maupun dari swasta yang dibiayai dari BSN, pengajuan surat permohonan ditujukan kepada Sekretaris Menteri Sekretaris Negara u.p Kepala Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri. Pasal 10...

Pasal 10 Pengurusan surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 ayat (2), dan Pasal 9 ayat (2) dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil BSN yang ditunjuk oleh Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha. Pasal 11 Surat permohonan keberangkatan ke luar negeri harus memuat: a. nama dan jabatan; b. Nomor Induk Pegawai (NIP); c. tujuan kegiatan perjalanan dinas ke luar negeri; d. kota dan negara yang dituju; e. jangka waktu penugasan; f. sumber pembiayaan; g. surat keputusan penunjukan sebagai Tenaga Indonesia dilampirkan khusus untuk Tenaga Indonesia. Pasal 12 Surat permohonan keberangkatan ke luar negeri harus dilengkapi: a. surat undangan atau pemberitahuan penyelenggaraan acara/kegiatan; b. surat penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), Pasal 8 ayat (4), atau Pasal 9 ayat (4). c. dokumen/ surat resmi yang menerangkan sumber pembiayaan antara lain Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), surat dari sponsor atau surat pernyataan biaya sendiri yang ditandatangani di atas meterai; d. jadwal agenda di luar negeri; e. penjelasan mengenai relevansi, urgensi/ alasan perjalanan dan rincian programnya dengan menyertakan dokumen yang berkaitan; f. ijin...

f. ijin tertulis dari instansi/perusahaan/lembaga yang bersangkutan apabila seorang Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia diajukan oleh instansi/perusahaan/lembaga lain kecuali untuk Tenaga Indonesia perorangan; g. kertas posisi dan/ atau pedoman delegasi, apabila perjalanan dinas ke luar negeri menghadirkan pertemuan/ sidang internasional; h. brosur atau sejenis yang memberikan gambaran umum mengenai kegiatan pameran/ promosi/ expo, apabila perjalanan dinas luar negeri dalam rangka mengikuti pameran/promosi/expo; 1. kerangka acuan kerja atau dokumen yang sejenis, apabila perjalanan dinas luar negeri tersebut dalam rangka studi banding atau pembahasan kerja sama. Pasal 13 (1) Bagi Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia BSN yang sudah mendapat surat persetujuan ke berangkatan ke luar negeri dari Sekretariat Negara, harus mengurus dokumen untuk mendapat paspor, exit permit dan rekomendasi visa bagi negara yang memerlukan visa ke Kementerian Luar Negeri u.p Direktorat Konsuler. (2) Pengurusan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Konsuler yang berupa rekomendasi Visa Negara yang dituju. (3) Pengurusan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil BSN yang ditunjuk oleh Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha. (4) Pengurusan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan: a. pengisian aplikasi; b. foto menyesuaikan dengan ketentuan kedutaan masing-masing negara; c. surat rekomendasi visa. (5) Alur...

(5) Alur administrasi pengurusan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat dalam Lampiran V Peraturan ini. Pasal 14 (1) Dalam hal terdapat perpanjangan perjalanan dinas ke luar negen dikarenakan adanya perpanjangan tugas, diperlukan surat persetujuan. (2) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi: a. laporan penugasan; b. foto copy surat persetujuan sebelumnya; c. surat pernyataan pembiayaan. (3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus menyebutkan alasan perpanjangan. (4) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kepala BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (5) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon I mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (6) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Pasal 15 (1) Dalam hal terdapat perubahan perjalanan dinas ke luar negen dikarenakan adanya perubahan perjalanan dinas, diperlukan surat persetujuan. (2) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan jenis dan alasan perubahan. (3) Surat...

(3) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi foto copy surat persetujuan se belumnya. (4) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kepala BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (5) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon I mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (6) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Pasal 16 (1) Dalam hal terdapat pembatalan perjalanan dinas ke luar negeri, diperlukan surat persetujuan. (2) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) harus menyebutkan alasan pembatalan. (3) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Kepala BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. (4) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon I mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (5) Pengajuan surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Eselon II, Eselon III, Eselon IV dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan BSN mengikuti mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Pasal 17... D:\File Maya\SK\Pcdoman Administrasi rev PDLN.doc

Pasal 17 (1) Syarat pengajuan paspor dinas baru antara lain sebagai berikut: a. mengisi form pengajuan pembuatan paspor dinas baru; b. surat permohonan Paspor dari Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha atau Pejabat yang ditunjuk; c. melampirkan pas foto 4 x 6 berwarna dengan latar belakang berwarna putih, bagi Pria berjas dan berdasi sedangkan untuk wanita menyesuaikan; d. melampirkan foto copy kartu pegawai (Karpeg) yang sudah dilegalisir dari Bagian Kepegawaian. e. surat persetujuan keberangkatan keluar negeri dari Kementerian Sekretariat Negara. f. surat keterangan kehilangan dari Kepolisian Daerah setempat bagi Paspor yang hilang; (2) Perpanjangan Paspor dinas dapat dilakukan dengan mengisi formulir permohonan perpanjangan masa berlaku Paspor dan melampirkan Surat Persetujuan Penugasan Keluar Negeri dari Presiden dan/ atau Menteri Sekretaris Negara. Pasal 18 Surat persetujuan penugasan keluar negeri dapat dipergunakan antara lain se bagai: a. dasar legalitas penugasan perjalanan dinas ke luar negeri; b. salah satu syarat pengurusan paspor dinas, exit permit, dan rekomendasi visa; c. dasar pemberian fasilitas pembebasan pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang akan bertolak ke luar negeri (fiskal) sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. kelengkapan dokumen administrasi pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BABV...

BABV KEBERADAAN DI LUAR NEGERI Pasal 19 (1) Pejabat/Pegawai Negeri Sipil BSN yang berada di luar negeri wajib melapor kepada Perwakilan Republik Indonesia setempat. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tujuan kunjungan, lama kunjungan, dan pengesahan dokumen SPPD. Pasal20 Selama pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri Pejabat/Pegawai Negeri Sipil BSN wajib: a. mengikuti acara sesuai agenda kegiatan; b. mematuhi aturan panitia penyelenggara; c. mematuhi ketentuan yang berlaku di negara tujuan; d. menghindari acara terlarang sesuai arahan Perwakilan Republik Indonesia setempat; e. berkelakuan baik. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 21 Pembiayaan perjalanan dinas ke luar negeri bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); b. APBN clan sponsor; c. sponsor. Pasal 22... C:IMY HUKUM\FILE MARISA\Filc Maya\SK\Pedoman Administrasi rev PDLN.doc

Pasal 22 (1) Pembiayaan pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negen yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a adalah biaya yang sepenuhnya berasal dari APBN sesuai dengan standar biaya/ peraturan yang berlaku. (2) Pembiayaan pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negen yang bersumber dari APBN dan sponsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b adalah biaya yang sudah berasal dari sponsor seperti biaya tiket dan akomodasi, biaya yang berasal dari APBN berupa uang harian sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah yang seharusnya diterima dan dibuktikan dengan surat undangan dari sponsor. (3) Pembiayaan pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri yang bersumber dari sponsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c adalah biaya yang sepenuhnya berasal dari sponsor dan yang bersangkutan tidak mendapat tambahan biaya dari APBN. BAB VII TIKET PENERBANGAN Pasal 23 (1) Tiket penerbangan untuk pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri untuk Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia akan diproses/dipesankan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang terkait a tau pegawai yang ditunjuk setelah mendapat surat persetujuan/ ijin keberangkatan dari Sekretariat Negara. (2) Harga tiket penerbangan tidak melebihi ketentuan yang tertuang dalam DIPA BSN pada Tahun Anggaran yang sedang berjalan. (3) Penerbangan dalam rangka perjalanan dinas ke luar negeri lebih mengutamakan perusahaan penerbangan nasional atau perusahaan pengangkutan lainnya. BAB VII... C:IMY HUKUM\FILE MARISA\File Maya\SK\Pcdoman Administrasi rev PDLN.doc

BAB VII PELAPORAN Pasal 24 (1) Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia yang telah melakukan perjalanan dinas ke luar negeri, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak kedatangan di Indonesia wajib membuat laporan tertulis perjalanan dinas luar negeri. (2) Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia yang telah melakukan perjalanan dinas ke luar negeri wajib mempresentasikan hasil kunjungan sesuai dengan arahan Kepala BSN. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pejabat/Pegawai Negeri Sipil/Tenaga Indonesia kepada Menteri Sekretaris Negara, Kepala BSN, dan atasan langsung. (4) Format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat dalam Lampiran VI Peraturan ini. Pasal 25 (1) Perjalanan dinas ke luar negeri dengan menggunakan biaya dari APBN harus dipertanggungjawabkan dengan menyerahkan SPPD yang telah disahkan di negara tujuan serta menyerahkan tiket, boarding pass, dan airport tax yang telah di pakai. (2) SPPD, tiket, boarding pass, dan airport tax diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen yang terkait paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak kedatangan di Indonesia. (3) Paspor dinas diserahkan untuk disimpan oleh Kepala Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak kedatangan di Indonesia. (4) Khusus... C:\MY HUKUM\FILE MARISA\File Maya\SK\Pedoman Administrasi rev PDLN.doc

(5) Khusus Tenaga Indonesia bukan Pegawai Negeri Sipil yang menggunakan paspor hijau dengan menggunakan biaya APBN menyerahkan foto copy paspor, tiket, boarding pass, airport tax dan laporan perjalanan dinas paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak kedatangan di Indonesia. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Di tetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 2013 KEPALA BADAN STANpARDISASI NASIONAL,,,..,.,,-//4... t BAMBANG PRASETYA C:IMY HUKUM\FILE MARJSA\File Maya\SK\Pcdoman Administrasi rev PDLN.doc