BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Tanaman jeruk mempunyai taksonomi sebagai berikut :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Tanaman melon (Cucumismelo L.) adalah salah satu anggota familia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. tahun ke tahun, baik untuk pemenuhan kebutuhan domestik maupun ekspor,

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Belimbing manis (Averrhoa carambola L.) termasuk keluarga Oxalidaceae,

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

Cara Menanam Cabe di Polybag

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

III KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Tahun Bawang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Istilah mina padi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu mina yang berarti ikan.

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merambat yang dalam bahasa Inggris disebut Water Mellon. Berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Bawang Prei Bawang prei merupakan tanaman semusim yang berbentuk seperti rumput. Sistem perakarannya termasuk dalam akar serabut yang terpencar kesemua arah pada kedalaman 15-30 cm. Perkembangbiakan tanaman ini adalah merumpun, yakni membentuk anak-anakan yang baru. Bentuk daun dari bawang prei yaitu panjang dan pipih tidak berlubang. Panjang daun sangat bervariasi tergantung dengan penggunaan bibit dan kesuburan tanahnya (Rukmana, 1995). Bawang prei membentuk daun yang pipih helainya berbentuk talang. Pelepahnya cukup panjang, tidak berbentuk umbi, hanya batang semunya dibagian bawah agak membengkak. Usahatani bawang prei perlu didukung dengan teknik bercocok tanam yang baik, bibit yang berkualitas dan penggunaan pupuk dan pestisida yang efektif dan efisien (Rismunandar, 1989). Batang semu berbentuk dan tersusun dari pelepah daun yang saling menutupi. Bagian batang yang tertimbun tanah umumnya berwarna putih bersih, sedangkan batang semu dipermukaan tanah berwarna hijau keputih putihan. Sifat hidup tanaman ini merumpun, yakni membentuk anakan-anakan yang baru (Rukmana, 1995). Pemanenan bawang prei dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun tanaman atau membongkarnya dengan menggunakan alat bantu. Waktu pemanenan yang baik 6

7 adalah pada pagi hari atau pada sore hari ketika hari cerah (Cahyono, 2005). 2.1.2 Wortel Tanaman wortel berbentuk seperti rumput, batangnya sangat pendek, sehingga tidak tampak. Susunan daunnya berbentuk roset dan mengumpul dipangkal batang, daunnnya beraroma harum. Akar tanaman ini sebenarnnya akar tunggang, tetapi akar tunggang ini membesar dan menjadi umbi. Umbi berfungsi sebagai gudang penyimpan cadangan makanan (Duryatmo,2006). Wortel (Daucus carota) termasuk dalam family Umbelliferae yang anggotanya mempuyai bunga berbentuk payung. Tanaman wortel yang dibudidayakan jarang berbunga karena sebelum bunga muncul, umbi wortel telah dipanen. Umbi wortel sebenarnya adalah akar tunggang yang menebal dan berisi cadangan makanan. Mulanya akar ini berwarna putih, kemudian berubah menjadi kuning pucat dan akhirnya menjadi oranye tua. Bentuk dan ukuran umbi ini tergantung dari varietas, kesuburan tanah, iklim dan hama penyakit (Pracaya, 2002). Tanaman wortel membentuk daun roset dan akar tunggang lumbung besar berdaging selama tahun pertama. Batangnya yang sangat tertekan dan pada pertumbuhan tahun pertama tinggi daun 25 60 cm. Daun yang muncul dari batang memiliki tangkai daun yang panjang yang membesar, dan lir-upih pada pangkal lekatannya. Tanaman yang mempunyai tajuk besar umunya menghasilkan akar yang besar, tetapi memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama. Sedangkan, kultivar bertajuk kecil menghasilkan akar yang kecil tetapi periode pertumbuhan lebih singkat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

8 Panen wortel tidak ditentukan oleh fase kematangan yang jelas. Pada berbagai musim tanaman sering dipanen sebelum mencapai ukuran umbi yang di harapkan atau sebelum diperoleh hasil yang maksimal. Periode penanaman hingga panen dapat berlangsung kurang dari 70 hari atau lebih dari 150 hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan tangan (tradisional) dan dapat juga dilakukakan dengan mesin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). 2.1.3 Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif pendek, hanya 90-180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5-1,2 meter, tergantung varietasnya (Budi Samadi, 2007). Meski kentang sudah biasa ditanam petani di dataran tinggi, untuk memperoleh umbi yang optimal, dalam penanaman kentang di dataran tinggi dibutuhkan kesiapan yang matang sebelum memulai menaman kentang. Pada dasarnya, untuk menanam kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama adalah : (1) Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan benih umbi bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5) Penanaman. Umbi kentang yang sudah ditanam itu perlu dipelihara sebagaimana mestinya supaya pertumbuhannya optimal sehingga umbi kentang yang diperoleh nantinya seperti apa yang diharapkan (Rubatzky dan yamaguchi, 1995). Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang. Suhu yang tinggi, keadaan berawan dan kelembaban udara yang rendah menghambat

9 pertumbuhan, pembentukan umbi dan bunga kentang. Kentang diusahakan pada daerah dengan ketinggian 500-3000 m dpl dengan suhu 20-24 C pada siang hari dan 8-12 C pada malam hari. Dengan curah hujan 200-300 mm. Intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kentang. Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan ph 5-6, struktur tanah yang halus, gembur dan berdrainase baik (Rubatzky dan yamaguchi, 1995). 2.2 Landasan Teori Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberi manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan dan alam sekitar sebagai modal agar memberikan manfaat yang baik (Suratiyah, 2009). Usahatani bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan budidaya yang dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha (Sriyanto, 2010). 2.2.1 Biaya Menurut Rahardja dan Mandala (2006), biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan produksi. Biaya total (TC) sama dengan biaya tetap (FC) yang ditambah dengan biaya variabel (VC).

10 TC = FC + VC Dimana : TC FC VC = Total Cost / Biaya Total = Fixed Cost / Biaya Tetap = Variabel Cost / Biaya Variabel Biaya total (total cost) merupakan jumlah biaya variable dan jumlah biaya tetap per usahatani dengan satuan Rp. Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, pajak,sewa tanah, alat pertanian bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q = 0), biaya tetap harus dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah buruh tidak tetap, pupuk, bibit, pestisida, dan sarana produksi lainnya yang dibutuhkan selama kegiatan usahatani berlangsung. Biaya variabel yang dikeluarkan sesuai dengan volume usahatani yang sedang dilakukan. Jadi apabila tidak dilakukan kegiatan usahatani maka tidak ada biaya variabel yang harus dikeluarkan (Soekartawi, 1995). 2.2.2 Penerimaan Penerimaan dalam usahatani merupakan total produksi dikali harga produksi tersebut. Penerimaan tunai dalam usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang serta tidak dihitung nilai produk yang dikonsumsi sendiri (Soekartawi, 2011). Menurut Soekartawi (1994), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut : TR = Y. Py

11 Keterangan : TR Y Py = Total Penerimaan (Rp) = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Rp) = Harga Y (Rp) Produksi dalam usahatani adalah proses mengkombinasikan dan mengolah sarana produksi (input) menjadi komoditi yang dihasilkan (output). Teknologi produksi terkait dengan input dan output. Kuantitas tertentu suatu input dibutuhkan untuk memproduksi komoditi tertentu. Sebagian besar output biaya diproduksi dengan sejumlah teknik yang berbeda. Baik dalam bentuk teknologi padat karya maupun teknologi padat modal. Metode produksi optimal adalah metode produksi yang mminimalkan biaya. Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar (Case dan Fair, 2006). Harga merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian karena sangat berpengaruh terhadap petani produsen. Semakin tinggi harga yang ditawarkan untuk hasil usahataninya, petani akan giat meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar (Sudjarmoko, 1999). 2.2.3 Pendapatan Pendapatan usahatani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan

12 hidupsehari-hari. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, baik produksi yang tidak tetap maupun biaya produksi tetap (Kindangen, 2000). Menurut Soekartawi (1994) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi : Pd = TR TC Pd = Pendapatan Usahatani TR = Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Masalah pokok yang dihadapi petani adalah rendahnya tingkat pendapatan akibat produktivitas tanaman rendah, harga jual produk yang fluktuatif, belum efisiennnya proses produksi serta naiknya biaya produksi (Sudjarmoko, 1999). 2.2.4 Kelayakan Usahatani Analisis kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia usaha. Gagalnya usahatani dan bisnis rumah tangga pertanian merupakan bagian dari tidak diterapkannya studi kelayakan dengan benar. Secara teoritis, jika setiap usahatani didahului analisis kelayakan yang benar, resiko kegagalan dan kerugian dapat dikendalikan dan diminimalkan sekecil mungkin (Subagyo, 2007). Dalam meninjau apakah usahatani tersebut layak atau tidak layak maka dapat dilakukan dengan melakukan analisis keseimbangan, analisis R/C, dan analisis B/C. Analisis keseimbangan atau yang biasa disebut dengan Analisis Break Event Point (BEP) adalah salah satu analisis untuk mempelajari hubungan anatara penjualan,

13 biaya dan laba. Break event adalah keadaan tanpa rugi. Analisis Break Event Point ini mempelajari pengaruh timbal balik antara pendapatan, biaya dan laba. Menurut Suratiyah (2009), dengan analisis BEP ini petani dapat merencanakan sesuatunya karena hal berikut: 1. Dapat dihitung berapa produksi (kg) yang harus dicapai agar petani memperoleh keuntungan atau dengan kata lainnya BEP Produksi. Usahatani dikatakan layak apabila jumlah produksi lebih besar daripada BEP produksi. 2. Dapat dihiting berapa harga jual (Rp/Kg) agar petani untung atas total biaya produksi atau untung dari total biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh petani aau dengan kata lainya BEP Harga. Usahatani dikatakan layak apabila harga wortel lebih tinggi daripada BEP harga. Analisis R/C (Return Cost Ratio) adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat penerimaan total biaya. Maka dari itu analisis R/C merupakan perbandingan antara penerimaan dan total biaya per usahatani. Secara teoritis dengan rasio R/C = 1, artinya tidak untung dan tidak rugi. Maka usahatani akan dikatakan layak apabila nilai R/C > 1. Analisis benefit cost ratio (B/C) ini pada prinsipnya sama dengan analisis R/C, hanya saja pada analisis B/C data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. Kriteria yang dipakai adalah suatu usahatani dikatakan memberi manfaat kalau B/C > 1 (Soekartawi, 1995).

14 Apabila analisis kelayakan merekomendasikan usahatani yang dikerjakan tidak layak maka perlu diperhatikan apakah ketidaklayakan berasal dari aspek produksi, manajemen dan keuangan yang masih dapat diperbaiki (Subagyo, 2007). 2.2.5 Resiko Usahatani Manajemen resiko merupakan usaha untuk mengetahui, menganilisis, serta mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperolehh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadi akibat buruk ( kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan terjadinya resiko (Darmawi, 1994). Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga. Pengukuran risiko secara statistik dilakukan dengan menggunakan ukuran ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Kedua cara ini menjelaskan risiko dalam arti kemungkinan penyimpangan pengamatan sebenarnya disekitar nilai rata-rata yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan menggambarkan jumlah rata-rata keuntungan yang diperoleh petani, sedangkan simpangan baku (V)

15 merupakan besarnya fluktuasi keuntungan yang mungkin diperoleh atau merupakan risiko yang ditanggung petani. Selain itu penentuan batas bawah sangat penting dalam pengambilan keputusan petani untuk mengetahui jumlah hasil terbawah di bawah tingkat hasil yang diharapkan. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh petani (Kadarsan, 1995). 2.3 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Eva Situmorang (2011) Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)disimpulkan bahwa usahatani bawang prei layak diusahakan karena nilai rataan BEP produksi dan harga masing - masing sebesar 2.776 Kg /rante produksi dan Rp 2.108/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah 4,01. Rataan pendapatan petani wortel adalah sebesar Rp 74.139.506/Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga. Usahatani di daerah penelitian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hasil penelitian Jevri Maradong Purba (2008) Prospek Pengembangan Usahatani Wortel Studi Kasus di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo disimpulkan bahwa usahatani wortel layak diusahakan karena nilai rataan BEP pendapatan, produksi dan harga masing - masing sebesar Rp.118.116,82/Ha produksi, 168,74 Kg/ Ha, Rp.372,92/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah 1,88. Rataan pendapatan petani wortel adalah sebesar Rp.3.975.879,30/Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga. Usahatani di daerah penelitian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.

16 Hasil penelitian Eva Situmorang (2011) Analisis Usahatani Bawang Prei dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo)disimpulkan bahwa usahatani bawang prei layak diusahakan karena nilai rataan BEP produksi dan harga masing - masing sebesar 2.776 Kg /rante produksi dan Rp 2.108/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio adalah 4,01. Rataan pendapatan petani wortel adalah sebesar Rp 74.139.506/Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga. Usahatani di daerah penelitian mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Menurut Syarifah Maryam dan Suprapti (2008) dalam penelitian yang berjudul Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii diperoleh nilai koefisien variasi (KV) pepaya varietas Thailand lebih tinggi dibandingkan varietas Hawaii (23,44 > 2,16), yang berarti usahatani pepaya Thailand akan mengalami risiko produksi lebih besar di masa akan datang dibandingkan pepaya Hawaii. Sedangkan dari segi risiko harga, harga jual varietas Thailand cenderung fluktuatif dibandingkan varietas Hawaii dimana koefisien variasi varietas Thailand sebesar 1,84 sedangkan varietas Hawaii lebih kecil yaitu sebesar 0,83. Dan untuk risiko pendapatannya, nilai koefisien variasi dari mengusahakan pepaya Thailand sebesar 5,84 sedangkan pepaya Hawaii 2,80. Dengan kata lain, petani akan mengalami masalah ketidakpastian pendapatan di masa akan datang.

17 2.4 Kerangka Pemikiran Dalam kegiatan usahatani untuk memproduksi bawang prei, wortel dan kentang petani membutuhkan berbagai macam sarana produksi seperti bibit, pupuk, obatobatan, alat dan mesin pertanian, dan banyak hal lain yang berpengaruh pada kegiatan usahataninya. Semua biaya yang berasal dari sarana produksi disebut biaya produksi. Biaya tetap (Fixed Cost) dapat berupa biaya untuk pajak, penyusutan alat dan mesin pertanian, sewa lahan dan biaya lainnya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Biaya variabel (Variabel Cost) dapat berupa biaya pembelian bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Penerimaan yang diterima oleh petani adalah pendapatan kotor yang dipengaruhi oleh harga jual yang berlaku dimasanya dan jumlah hasil produksinya. Pendapatan bersih yang diterima petani dari usahatani merupakan jumlah penerimaan dari usahatani yang dikurangi oleh biaya produksinya. Usahatani dikatakan menguntungkan dan layak diusahakan bila dari analisis ekonominya memberikan hasil yang layak. Adapun analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan usahatani adalah Analisis Titik Impas ( Break Event Point/ BEP), Return Cost Ratio ( R/C Ratio) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Analisis resiko juga dilakukan untuk menimbang apakah usahatani bawang prei mempunyai resiko yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan usahatani wortel dan usahatani kentang. Maka analisis resiko yang digunakan antara lain adalah analisis ragam (variance), analisis koefisien variasi dan analisis batas bawah hasil tertinggi.

18 Apabila semua faktor tersebut mendukung pengembangan usahatani ini layak dan bila tidak terpenuhi maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sehingga dapat dibandingkan antara usahatani bawang prei dengan usahatani wortel dan usahatani kentang. Berdasarkan uraian diatas, diuraikan skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1 : Usahatani Wortel Usahatani Bawang Usahatani Kentang Biaya Biaya Biaya Produksi Produksi Produksi Harga Jual Harga Jual Penerimaan Penerimaan Penerimaan Harga Jual Pendapatan Usahatani Pendapatan Usahatani Pendapatan Usahatani Resiko Kelayakan Resiko Kelayakan Resiko Kelayakan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Mempengaruhi = Dibandingkan

19 Hipotesis Penelitian : 1. Pendapatan usahatani bawang prei lebih besar dibandingkan dengan usahatani wortel dan kentang di daerah penelitian. 2. Usahatani bawang prei, wortel dan kentang secara ekonomi layak untuk diusahakan. 3. Resiko usahatani bawang prei lebih kecil dibandingkan usahatani wortel dan usahatani kentang di daerah penelitian.