BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI Oleh : Ir. Supriyanto, M.Si Disampaikan pada Diklat Kepemimpinan Tk. IV angkatan 101 Provinsi Jawa Tengah tanggal 10 Mei 2017 BADAN PENGEMBANGAN SDM DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 2017
A. Upaya Mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) Salamoen Soeharyo dan Nasri effendy (2006) menyatakan bahwa upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan: 1. Komitmen yang kuat; 2. Daya tahan; dan 3. Waktu yang tidak singkat. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut diperlukan: Pembelajaran, pemahaman, serta implementasi nilai-nilai tata kepemerintahan yang baik secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. C. Aktor Dalam Kepemerintahan (governance) Idup Suhady dan Desi Fernanda (2005), menyatakan bahwa dalam praktek kepemerintahan terdapat banyak pelaku atau aktor yang dapat diidentifikasikan, mencakup individual, institusi, dan kelompok-kelompok sosial, yang keberadaannya sangat penting bagi terciptanya kepemerintahan yang efektif. Beberapa aktor yang dapat diidentifikasi antara lain : 1. Negara dan Pemerintah Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan negara, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani (civil society organizations). Pengertian negara (state) atau pemerintah dalam hal ini secara umum mencakup keseluruhan lembaga politik dan sektor publik. 2. Sektor Swasta Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti industri pengolahan (manufacturing), perdagangan, perbankan,dan koperasi, termasuk juga kegiatan sektor informal. 3. Masyarakat Madani (civil siciety) Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi 1
D. Prinsip-prinsip Tata Kepemerintahan yang Baik Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dituangkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, meliputi: 1. Asas Kepastian Hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara. 2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaran negara. 3. Asas Kepentingan Umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. 4. Asas Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. 5. Asas Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. 6. Asas Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Asas Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. UNDP mengemukakan 9 karekteristik prinsip-prinsip Good Governance yang saling mengait sebagai berikut : 1. Partisipasi (Participation), setiap warga mempunyai hak suara dalam pembuatan keputusan; 2. Taat Hukum (Rule of Law), hukum keadilan dilaksanakan tanpa pandang bulu; 2
3. Transparansi (Transparancy), kebebasan informasi untuk dipahami dan dimonitor; 4. Responsif (Responsiveness), lembaga-lembaga berusaha melayani setiap 5. stakeholdersnya dan responsif terhadap aspirasi masyarakat; 6. Berorientasi pada Kesepakatan (Consensus Orientation), menjadi perantara terhadap kepentingan yang berbeda untuk mendapatkan pilihan terbaik bagi kepentingan bersama; 7. Kesetaraan (Equity), semua warga mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan kesejahteraan; 8. Efekti dan Efisien (Effectiveness and Efficiency), proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber sebaik mungkin; 9. Akuntabilitas (Accountability), pemerintah, swasta, masyarakat, bertanggung jawab kepada publik dan lembaga stakeholders; 10. Visi Stratejik (Strategic Vision), pemimpin dan publik mempunyai perspektif Good Governance yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan yang diperlukan untuk pembangunan. Bappenas melalui Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan Yang Baik menyatakan bahwa dalam upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip Tata Kepemerintahan Yang Baik dengan indikator minimal dan perangkat pendukung indikator sebagai berikut: 1. Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visionary) Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi dan misi yang jelas disertai strategi implementasi yang tepat sasaran. 1) Adanya visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan menjaga kepastianhukum; 2) Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan program; 3) Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi. 1) Peraturan/kebijakan yang memberikan kekuatan hukum pada visi dan strategi; 2) Proses penentuan visi dan strategi secara partisipatif. 3
2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka dan transparansi (openness and tranparency) Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila masyarakat mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah. 1) Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan public; 2) Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu. b. Perangkat Pendukung Indikator 1) Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi; 2) Pusat/balai informasi; 3) Website (e-government, e-procurement, dsb); 4) Iklan layanan masyarakat; 5) Papan pengumuman. 3. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat (participation) Masyarakat yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau pengambilan keputusan atas kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat. a. Indikator Minimal 1) Adanya pemahaman penyelenggara Negara tentang proses/metode partisipatif; 2) Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan atas consensus bersama. b. Perangkat Pendukung Indikator 1) Pedoman pelaksanaan proses partisipasif; 2) Forum konsultasi dan temu public, termasuk forum stakeholders; 3) Media massa nasional maupun media local sebagai sarana penyaluran aspirasi masyarakat; 4) Mekanisme/peraturan untuk mengakomodasi kepentingan yang beragam. 4
4. Tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat (akuntabel/accountability) Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Demikian halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya. 1) Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan; 2) Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan. 1) Mekanisme pertanggungjawaban; 2) Laporan tahunan; 3) Laporan pertanggungjawaban; 4) Sistem pemantauan kinerja penyelenggara Negara; 5) Sistem pengawasan; 6) Mekanisme reward and punishment. 5. Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum (Rule of Law) Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas, serta tidak tunduk pada manipulasi politik. 1) Adanya kepastian dan penegakan hukum; 2) Adanya penindakan setiap pelanggar hukum; 3) Adanya pemahaman mengenai pentingnya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. 1) Sistem yuridis yang terpadu/terintegrasi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan); 2) Reward and punishment yang jelas bagi aparat penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, kehakiman); 5
3) Sistem pemantauan lembaga peradiln yang obyektif, independent, dan mudah diakses public (ombudsman); 4) Sosialisasi mengenai kesadaran hukum. 6. Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada consensus (Democracy) Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusankeputusan yang diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada konsensus agar setiap kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan keputusan bersama. a. Indikator minimal: 1) Adanya kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan berorganisasi; 2) Adanya kesempatan yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk memilih dan membangun consensus dalam pengambilan keputusan kebijakan public. Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik. 7. Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi (Profesionalism and Competency) Wujud nyata dari prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya penilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia. 1) Berkinerja tinggi; 2) Taat asas; 3) Kreatif dan inovatif; 4) Memiliki kualifikasi di bidangnya. 1) Standard kompetensi yang sesuai dengan fungsinya; 2) Kode etik profesi; 3) Sistem reward and punishment yang jelas; 6
4) Sistem pengembangan SDM; 5) Standar dan indikator kinerja. 8. Tata pemerintahan yang cepat tanggap (Responsiveness) Aparat pemerintahan harus cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. 1) Tersedianya layanan pengaduan dengan prosedur yang mudah dipahami oleh masyarakat; 2) Adanya tindak lanjut cepat dari laporan dan pengaduan. 1) Standar pelayanan publik; 2) Prosedur dan layanan pengaduan hotline; 3) Fasilitas komunikasi dan informasi. 9. Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien dan efektif (Efficiency and Effectiveness) Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan, menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien dan efektif. 1) Terlaksananya administrasi penyelenggaraan Negara yang berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber daya yang optimal; 2) Adanya perbaikan berkelanjutan; 3) Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan fungsi organisasi/unit kerja; 1) Standar dan indikator kinerja untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan; 2) Survei-survei kepuasan stakeholders. 7
10. Tata pemerintahan yang terdesentralisasi (Decentralization) Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan publik dan menyukseskan pembangunan di pusat maupun di daerah. Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang dalam berbagai tingkatan jabatan. Peraturan perundang-undangan mengenai: 1) Struktur organisasi yang tepat dan jelas; 2) Job description (uraian tugas) yang jelas; 11. Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (Private Sector and Society Partnership) Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan sektor swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hambatan birokrasi yang menjadi rintangan terbentuknya kemitraan yang setara harus segera diatasi dengan perbaikan sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta penyelenggaraan pelayanan terpadu. 1) Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola kemitraan; 2) Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat kurang mampu (powerless) untuk berkarya; 3) Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha swasta untuk turut berperan dalam penyediaan pelayanan umum; 4) Adanya pemberdayaan institusi ekonomi lokal/usaha mikro, kecil, dan menengah, serta koperasi; 1) Peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan pemerintahdunia usaha swasta-masyarakat; 2) Peraturan-peraturan yang berpihak pada masyarakat kurang mampu; 3) Program-program pemberdayaan. 8
12. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan (Commitment to Reduce Inequality) Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip pengurangan kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity of the law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. 1) Adanya langkah-langkah atau kebijakan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang kurang mampu (subsudi silang, affirmative action, dan sebagainya); 2) Tersedianya layanan-layanan/fasilitas-fasilitas khusus bagi masyarakat tidak mampu; 3) Adanya kesetaraan dan keadilan gender; 4) Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal; 1) Peraturan-peraturan yang berpihak pada pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal; 2) Program-program pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal; 13. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup (Commitment to Environmental Protection) Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak terkendali. Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara konsekuen, penegakan hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembagalembaga pengendali dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari merupakan contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup. 1) Adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan 2) perlindungan/konservasinya; 3) Penegakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; 4) Rendahnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan; 5) Rendahnya tingkat pelanggaran perusakan lingkungan; 9
1) Peraturan dan kebijakan yang menjamin perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup; 2) Forum kegiatan lingkungan hidup; 3) Reward and Punishment dalam pemanfaatan sumber daya dan perlindungan lingkungan hidup. 14. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar yang fair (Commitment to Fair Market) Pengalaman telah membuktikan bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan bahkan merusak pasar. Upaya pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar baik di dalam daerah maupun antardaerah merupakan contoh wujud nyata komitmen pada pasar. 1) Tidak ada monopoli; 2) Berkembangnya ekonomi masyarakat; 3) Terjaminnya iklim kompetisi yang sehat. Peraturan-peraturan mengenai persaingan usaha yang menjamin iklim kompetisi yang sehat. DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. 10