GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I.PENDAHULUAN. perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Pada usia sekolah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya dalam materi. Materi senam terdapat pada kurikulum Sekolah Menengah Atas dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. laku dalam diri siswa, dan menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

PENERAPAN PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan psikomotor, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, keterampilan kognitif, stabilitas emosional, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani dalam pembelajaran Penjas di sekolah. Dimana hal ini direncanakan secara sistematis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan mata pelajaran yang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (mental, emosional, sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis yang seimbang. Sebagaimana diungkapkan oleh Field dalam Abduljabar (2009, hlm.7) bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuskular, intelektual, social, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani. Melalui Pendidikan Jasmani, siswa juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan yang ada dalam dirinya baik itu kemampuan dalam pemahaman tugas gerak dan bagaimana bersikap saat pembelajaran berlangsung. Sebagaimana dikemukakan oleh Abduljabar (2009, hlm.9) bahwa 1

2 Pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan total manusia. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran menekankan pada tiga domain kependidikan. Yaitu psikomotor, afektif, dan kognitif. Dalam proses pembelajaran Penjas, guru diharapkan dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, disiplin, bertanggung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat. Dimana dalam pelaksanaannya lebih melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosi dan sosial. Abduljabar (2009, hlm.6) mengemukakan bahwa Ketika aktivitas jasmani dipandu oleh para guru yang kompeten, maka hasil berupa perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikalnya. Maka dari itu, aktivitas yang diberikan kepada siswa harus mengandung didaktik-metodik pembelajaran, sehingga aktivitas yang dilakukan bisa mencapai tujuan pengajaran. Pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA, terdapat beberapa Standar Kompetensi yang dituntut kepada guru agar tercapainya tujuan silabus tersebut. Dalam silabus pembelajaran SMA kelas X pada Standar Kompetensi nomor ke tiga, bertuliskan Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Artinya, senam lantai memiliki banyak bentuk keterampilan gerak yang dituntut kepada siswa. Senam merupakan cabang olahraga yang melibatkan gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan, dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Gerakan pada senam sesuai untuk mendukung pembelajaran Pendidikan Jasmani. Gerakannya merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat (dalam Mahendra 2001, hlm.1) bahwa kata Gymnastic dipakai untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keluasan gerak, sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.

3 Salah satu indikator pencapaian kompetensi pada keterampilan rangkaian senam lantai terdapat pencapaian yang diharapkan yaitu Melakukan latihan gerakan kayang dengan koordinasi yang baik. Artinya, ada tuntutan kepada siswa untuk dapat melakukan gerakan sikap kayang dengan baik. Namun kenyataan di sekolah, guru penjas hanya mengajarkan beberapa gerakan saja yang termasuk kedalam senam lantai seperti roll depan, roll belakang, dan sikap lilin. Mengingat gerak sikap kayang ini merupakan bentuk gerakan yang dapat menunjukkan tingkat kelentukkan seorang siswa, untuk menghadapi beberapa gerakan senam lantai selanjutnya yang semakin kompleks. Tidak hanya itu, perbedaan tinggi badan dan berat badan siswa menjadi pertimbangan yang amat penting dalam memberikan materi ajar gerak sikap kayang. Ditambah dengan tingkat kelenturan siswa yang berbeda, menjadikan kesulitan tersendiri dalam melakukan gerak sikap kayang. Pembelajaran dengan cara dibantu oleh teman saja tidak cukup untuk menuju tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis bermaksud membuat alat bantu yang bertujuan untuk membantu mengatasi beberapa kesulitan dalam melakukan gerak sikap kayang dengan harapan perbedaan karakter kesulitan setiap siswa dapat diatasi dengan bantuan modifikasi alat bantu yang diberikan. Alat bantu merupakan alat peraga yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Hamzah (1988, hlm.110) mengemukakan bahwa: Penekanan alat bantu belajar terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi yang hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga dimensi ukuran yaitu, panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh). (https://mediadanperaga.wordpress.com/2013/02/24/definisi-media-dan-alat-peragapendidikan/) Alat bantu yang dimaksudkan untuk mengatasi beberapa kesulitan siswa dalam melakukan gerak sikap kayang adalah alat bantu Smarter Spotter yang berasal dari Amerika. Alat bantu ini digunakan dengan pertimbangan tinggi

4 badan, berat badan, dan tingkat kelenturan siswa yang variatif, agar semua siswa dapat menggunakannya. Oleh karena itu, penulis merumuskan penelitian dengan judul Pengaruh penggunaan alat bantu Modified Smarter Spotter terhadap hasil belajar sikap kayang. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdarsakan apa yang telah diungkapkan pada latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat pengaruh dalam penggunaan alat bantu Modified Smarter Spotter terhadap hasil belajar sikap kayang? C. Tujuan Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis merumuskan tujuan penelitian yaitu: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh dalam penggunaan alat bantu Modified Smarter Spotter terhadap hasil belajar sikap kayang. D. Manfaat Penelitian 1. Membantu melaksanakan tuntutan dari Standar Kompetensi Penjasorkes SMA Kelas X pada silabus pembelajaran yang bertuliskan 3.Mempraktikkan keterampilan rangkaian senam lantai dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Indikator pencapaian kompetensi yang dimaksud yaitu Melakukan latihan gerakan kayang dengan koordinasi yang baik. 2. Memberikan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan gerakan kayang. Memperhatikan kesulitan siswa yang beragam, seperti tingkat kelentukan, tinggi badan, dan berat badan yang variatif.

5 3. Memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa untuk menggunakan alat bantu. Karena alat ini dapat digunakan oleh setiap siswa dengan aman yang merupakan treatment untuk memberikan hasil yang lebih baik dalam keterampilan sikap kayang. 4. Memberikan bentuk latihan dasar untuk melakukan gerakan senam lantai pada tahap gerak lanjutan atau yang lebih kompleks melalui hasil belajar sikap kayang. E. Batasan Penelitian Agar penelitian ini tidak menyimpang, maka penulis merumuskan batasan penelitian sebagai berikut: 1. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah alat bantu Modified Smarter Spotter yang diberikan dalam pembelajaran sebagai bentuk dari treatment. 2. Hasil belajar yang dilihat dari hasil pembelajaran adalah keterampilan sikap kayang, dengan menggunakan instrumen berbentuk tes. 3. Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Pribadi Bandung. 4. Sampel dalam penelitian ini, penulis mengambil dengan random sampling yaitu kelas X-A, dengan jumlah 15 orang siswa.