1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan kebutuhan ekonomi, dan estetika (Darmawan, 2006). Jumlah penduduk yang meningkat dan tingginya pemanfaatan jenis burung oleh manusia, mengakibatkan terjadinya tekanan spesies dan habitat alami burung. Hilangnya vegetasi menyebabkan juga hilangnya sumber pakan bagi burung (Firdaus, Setiawan, dan Rustiati, 2014). Manfaat burung bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kelestarian spesies burung (Darmawan, 2006). Keterancaman tersebut diakibatkan oleh menurunnya kualitas lingkungan dan hilangnya habitat. Tingginya keanekaragaman jenis burung di suatu wilayah didukung oleh tingginya keanekaragaman habitat karena habitat bagi satwa liar secara umum berfungsi sebagai tempat untuk mencari makan, minum, istirahat, dan berkembang biak (Alikodra, 1990). Konservasi burung di Indonesia saat ini masih terpusat pada kawasan konservasi seperti Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan Taman Nasional. Upaya konservasi perlu dilakukan di kawasan lain, salah satunya adalah di hutan rakyat. Hutan rakyat menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
2 tentang Kehutanan adalah hutan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik. Hutan rakyat selain berfungsi memproduksi kayu, dapat juga dimanfaatkan sebagai kawasan pelestarian keanekaragaman jenis burung. Selain sebagai indikator keanekaragaman hayati, burung merupakan spesies yang keberadaannya disukai oleh masyarakat dan kemunculannya pada lokasi yang berada di sekitar pemukiman dapat menimbulkan interaksi manusia dengan lingkungannya. Penelitian tentang burung merupakan hal yang sangat penting karena burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah di mana burung tersebut berada (Bibby, Neil, dan David, 2004). Kondisi ekosistem alami yang terus mengalami tekanan menyebabkan perlu dilakukan upaya-upaya konservasi (Holmes dan Rombang, 2001). Keberadaan burung di Hutan Rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus belum diketahui secara pasti tingkat keanekaragamannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, sehingga diperoleh data keanekaragaman jenis burung dalam upaya konservasi burung beserta habitatnya. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keanekaragaman jenis burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus.
3 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang terdapat di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman jenis burung. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagi pelestarian dan perlindungan burung untuk dinas instansi terkait dan sebagai dasar penelitian lanjutan. 1.5. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat Pekon Kelungu Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus adalah suatu sistem pengelolaan tanaman kehutanan yang dikelola oleh masyarakat. Menurut Pramono, Fauzi, Widyani, Heriansyah, dan Roshetko (2010), hutan rakyat dapat diartikan sebagai tanaman kayu yang ditanam pada lahan-lahan milik masyarakat. Struktur vegetasi yang masih rapat, menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat tinggal berbagai jenis satwa, salah satu jenis satwa yang terdapat di lokasi tersebut yaitu burung. Kegiatan manusia dan keberadaan hutan rakyat Pekon Kelungu yang dekat dengan pemukiman penduduk dapat menimbulkan gangguan dan mengancam keberadaan serta kelestarian berbagai jenis satwa liar terutama burung. Saat ini data mengenai keanekaragaman jenis
4 burung di kawasan hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus belum tersedia, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung di Desa tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung ( point count) (Bibby, Jones, dan Marsden, 2000).yang di bagi menjadi 3 titik pengamatan berdasarkan kondisi lingkungannya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.30 WIB dan pada sore hari pukul 15.30-18.00 WIB. Setiap jenis spesies burung yang ditemukan diidentifikasi menggunakan buku panduan Lapangan Identifikasi Jenis Burung di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan (Mackinnon, Philipps, dan Balen, 1998). Komposisi penyusunan vegetasi diperoleh melalui metode Rapid Assessment (Brower, Jerrold dan Von Ende. 1990) untuk mendapatkan gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung. Perhitungan populasi burung menggunakan indeks keanekaragaman (Shannon-Wienner), indeks kesamarataan, dan indeks kesamaan (Similarity index.) (Odum, 1971). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pengelolaan konservasi dalam perlindungan dan pelestarian burung di lokasi tersebut. Berikut kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.
5 Hutan Rakyat Satwa Liar Burung Penelitian Point Count Rapid Assessment - Jumlah dan Jenis - Indeks Keanekaragaman - Indeks Kesamarataan - Indeks Kesamaan Antar Habitat Komposisi Penyusun Vegetasi Keanekaragaman jenis burung Gambar 1. Kerangka penelitian keanekaragaman spesies burung di hutan rakyat Pekon Kelungu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus Juni 2015.