BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. kegagalan bisnis atau mengalami financial distress yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bisa membuat suatu perusahaan mengalami financial distress (Wahyu, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun Menurut Platt dan Platt (2002) menyebutkan financial distress

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Sinyal Grand teori dari penelitian ini adalah teori sinyal. Teori sinyal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan harga. (KDPPLK-PSAK paragraf 07 tahun 2009). Menurut PSAK No. 1 paragraf 07 Tahun 2009 Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5). Perusahan harus terus memperoleh laba agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang selalu berubah akhir-akhir ini telah mempengaruhi kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perbankan semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilakukan arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi di Eropa diperediksi mengalami puncaknya pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. potensi kebangkrutan. Platt dan Platt (2002) mendefinisikan financial

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih dapat dikatakan belum stabil. Masalah-masalah yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan pada perekonomian global, terjadi beberapa

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. apalagi jika perusahaan tersebut sampai menutup usahanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia berada pada tingkatan yang stabil pada

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari tahun ke tahun mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Perusahaan yang mampu bersaing akan bertahan hidup,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. leverage, dan pertumbuhan perusahaan dalam memprediksi financial

BAB I PENDAHULUAN. (Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006:57 dalam Novita dkk, 2014). Besarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, bidang keuangan

2015 PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur merupakan suatu cabang industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Perkembangan pasar modal Indonesia Perusahaan Kapitalisasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan dapat. dikarenakan adanya beberapa penyebab. Diantaranya adanya sistem kelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan usaha yang semakin keras menuntut. perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, yang memiliki harapan akan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor batubara, peringkat ke-2 untuk produksi timah, peringkat ke-2 untuk

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis yang melanda Indonesia, banyak masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

MANFAAT RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan yang tidak ringan kepada Indonesia. Krisis yang terjadi pada triwulan terakhir tahun 2008 itu berlanjut ke tahun 2009. Ketidakpastian yang ditimbulkan akibat krisis ini adalah sejauh mana krisis ini berdampak pada perekonomian Indonesia, serta waktu yang diperlukan untuk pemulihan kondisi ekonomi. Ketidakpastian ini akan menyebabkan tingginya risiko yang terjadi pada sektor keuangan serta berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil. Kondisi ini menekan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada 2009, dimana pada saat itu pertumbuhan ekonomi berada dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Pada awal berjalannya suatu perusahaan, umumnya perusahaan mampu menjalankan aktivitasnya. Namun seiring berkembangnya waktu, akan terjadi persaingan antar perusahaan lain maupun krisis global seperti yang terjadi pada triwulan tahun 2008 yang berlanjut hingga tahun 2009. Melihat fenomena tersebut para investor maupun calon investor akan lebih berhati-hati dalam menanamkan sahamnya. Melalui laporan keuangan yang telah diaudit, para investor dan calon investor dapat melihat potensi keberlangsungan hidup perusahaan serta potensi kebangkrutan. Baik pihak 1

2 perusahaan maupun investor tidak menginginkan terjadinya kebangkrutan. Begitu pula dengan calon investor, sehingga penting untuk melakukan analisis kesehatan keuangan perusahaan sebelum membeli saham di perusahaan tersebut. Sebelum perusahaan mencapai tahap bangkrut, maka akan melewati suatu masa yang disebut kesulitan keuangan (financial distress). Platt and Platt (2002) menyatakan bahwa financial distress merupakan tahap penurunan dalam kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut atau likuidasi. Beaver, et al. (2011) mendefinisikan financial distress sebagai ketidakmampuan perusahaan membayar kewajiban keuangan yang telah jatuh tempo. Kondisi financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum kebangkrutan atau likuidasi (Widarjo dan Setiawan, 2009). Financial distress dapat ditandai dengan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi jadwal pembayaran utang kepada kreditor pada saat jatuh tempo (Emery et al. 1997). Gejala awal financial distress dapat ditandai dengan kesulitan dalam arus kas (Hasymi, 2007). Kesulitan arus kas terjadi karena tertundanya penerimaan piutang dagang, serta tidak ada sumber kas cadangan. Gejala lainnya yaitu jumlah utang yang melebihi kemampuan perusahaan, dimana manajemen tidak memperhitungkan rasio utang terhadap ekuitas. Kerugian dari operasi perusahaan juga termasuk gejala awal financial distress. Hal ini terjadi karena program efisiensi yang 2

3 dicanangkan perusahaan tidak berhasil. Namun pada beberapa perusahaan yang sedang mengalami penurunan sedangkan beberapa item pada laporan keuangan menunjukkan kinerja jangka pendek yang baik. (Kordestani, et al., 2011). Sedangkan perusahaan yang mengalami kebangkrutan akan menunjukkan gejala berupa pemotongan gaji karyawan, anjloknya harga saham, penurunan produksi, terjadi restrukturisasi besar-besaran, pemangkasan biaya di segala bidang, serta melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Memprediksi financial distress pada perusahaan go public dapat dilakukan melalui rasio-rasio yang ada pada laporan keuangan. Salah satu syarat menjadi bagian dari Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah dengan memiliki aktiva bersih berwujud sekurang-kurangnya lima miliar Rupiah dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari akuntan publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun pada kenyataannya banyak terjadi kasus manipulasi laporan keuangan. Di Indonesia perusahaan besar turut melakukan manipulasi laporan keuangan, seperti yang dilakukan PT Kimia Farma tahun 2001 dan PT KAI pada tahun 2005. Kasus manipulasi laporan keuangan yang paling mendunia yakni kasus Enron yang baru terungkap pada tahun 2001. Berkaca dari kasus-kasus tersebut, laporan keuangan yang telah diaudit pun tidak luput dari manipulasi, yang jika dibiarkan akan mengarah pada kebangkrutan. Di dalam laporan keuangan 3

4 terkandung informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dengan menggunakan rasio-rasio tertentu. Rasio pertama yang digunakan untuk memprediksi financial distress rasio likuiditas. Rasio keuangan ini merupakan rasio yang paling sering digunakan untuk memprediksi financial distress. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan aktiva lancar. Sebagian kekayaan perusahaan tercermin dari aktiva lancar. Semakin banyak aktiva lancar yang dimiliki, maka perusahaan akan membayar kewajibannya tepat waktu, sehingga tidak akan mengalami kondisi financial distress. Namun kelebihan aktiva lancar juga berdampak tidak baik bagi perusahaan. Kewajiban yang harus dibayarkan masa kini adalah akibat dari perjanjian dimasa lalu. Suatu perusahaan yang memiliki kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu yang bersamaan akan menyebabkan financial distress. Sebelum perusahaan terlanjur masuk ke kondisi ini, manajemen dapat memprediksinya dengan analisa likuiditas. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap financial distress. Namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Widarjo dan Setiawan (2009), dimana mereka menemukan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan. Rasio kedua yang digunakan yaitu leverage. Utang termasuk alat ukur kesehatan perusahaan di dalam rasio keuangan. Melirik laporan keuangan pada tahun 2013, terdapat beberapa perusahaan manufaktur yang 4

5 mengalami peningkatan utang. Dengan meningkatnya utang, maka laba yang diharapkan akan lebih tinggi. Cara yang dilakukan adalah dengan memperluas pangsa pasar, menambah fasilitas penunjang perusahaan, serta menambah aset perusahaan. Untuk mencapainya, perusahaan menggunakan dana yang tersedia di dalam perusahaan maupun dengan cara meminjam dari pihak perbankan. Meminjam dana dari pihak perbankan membutuhkan analisis yang menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Utang yang tinggi dengan tidak disertai oleh aset penjamin yang memadai dapat memberikan resiko financial distress pada perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Emery dan Finnerty, (1997) menyatakan bahwa financial distress dapat ditandai dengan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi jadwal pembayaran utang kepada kreditor pada saat jatuh tempo. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Parulian (2007) yang me nyatakan bahwa leverage yang diukur menggunakan total liabilities to total asset berhubungan positif dengan terjadinya financial distress. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Hidayat (2013) yang menemukan hasil yaitu rasio leverage berpengaruh positif terhadap prediksi terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Widarjo dan Setiawan (2009), bahwa leverage yang diukur menggunakan total liabilities to total asset tidak berhubungan terhadap financial distress perusahaan. Perbedaan hasil penelitian baik mengenai likuiditas maupun leverage dijelaskan oleh faktor kontinjensi. Kontinjensi digunakan untuk 5

6 menginterpretasikan hasil riset empiris. Pendekatan kontinjensi menyatakan bahwa harus dikembangkan suatu variabel lain untuk menjawab hasil penelitian yang berbeda sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan didalam memahami hipotesis yang telah dikemukakan untuk menjelaskan hasil penemuan yang berbeda. Rasio keuangan ketiga yaitu profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada satu periode tertentu. Laba yang didapatkan akan digunakan kembali sesuai kepentingan perusahaan seperti membiayai operasional, membayar dividen serta untuk kepentingan lainnya. Perusahaan yang tidak mendapatkan laba akan mengalami kondisi financial distress, yang ditunjukkan dengan ditundanya pembayaran utang kepada pihak bank serta ditundanya pembayaran dividen. Utang perusahaan yang tidak dibayar akan membuat perusahaan dilikuidasi oleh pihak bank. Laba dijadikan dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa mendatang. Dengan melihat laba, maka investor akan mendapatkan gambaran mengenai bagian keuntungan yang diperolehnya dalam satu periode tertentu dengan memiliki sebuah saham. Penelitian yang dilakukan Widarjo dan Setiawan (2009) menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan. Di masa mendatang, pertumbuhan perusahaan akan semakin pesat ditandai dengan semakin kompleksnya usaha-usaha yang dilakukan demi berkembangnya perusahaan. Para investor akan semakin kritis dalam 6

7 melihat perkembangan perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti mengenai pengaruh likuiditas dan leverage sebagai predictor financial distress. Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Parulian (2007), Widarjo dan Setiawan (2009), Hardiyanti (2012), dan Hidayat (2013). Penelitian ini mengadopsi penelitian Widarjo dan Setiawan (2009), mengenai pengaruh rasio keu angan terhadap kondisi financial distress perusahaan otomotif. Dalam penelitian yang dilakukan Widarjo dan Setiawan (2009) variabel yang diteliti untuk memprediksi financial distress berdiri sendiri tanpa adanya korelasi diantara variabel tersebut. Variabel yang berdiri sendiri tersebut dirasa tidak cukup kuat untuk memprediksi financial distress. Maka penelitian ini menambahkan kombinasi antar variabel dengan menambahkan variabel moderasi, dengan harapan korelasi yang terjadi diantara variabel tersebut dapat memprediksi financial distress dengan lebih akurat. Selain itu, terjadi inkonsistensi penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2012) dengan Widarjo dan Setiawan (2009) mengenai likuiditas. Begitupula variabel leverage yang diteliti Widarjo dan Setiawan (2009) berbeda dengan Parulian (2007 ). Inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa likuiditas dan leverage berpengaruh sebagai prediktor financial distress, sedangkan ada pula yang menyebutkan tidak berpengaruh. Inkonsistensi penelitian yang terjadi akan dimoderasi oleh variabel profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Widarjo dan Setiawan (2009) menyatakan bahwa likuiditas yang diukur menggunakan current ratio dan 7

8 cash ratio tidak berpengaruh terhadap financial distress. Likuiditas yang diukur menggunakan quick ratio berpengaruh terhadap financial distress. Profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress, serta leverage dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2012) menyatakan bahwa rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio probabilitas, rasio financial leverage, dan rasio pertumbuhan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress. Penelitian yang dilakukan Hidayah (2014) menyatakan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Leverage tidak berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan Hidayat (2013) menyatakan bahwa Rasio leverage, rasio likuiditas, dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan Platt dan Platt (2002) menyatakan bahwa EBITDA/sales, current assets/current liabilities, cash flow/growth rate, net fixed assets/total assets, long-term debt/equity, notes payable/total assets berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Jiming and Weiwei (2011) menyatakan bahwa debt assets ratio dan cash to current liabilities ratio, inventory turnover dan total assets turn over berpengaruh terhadap financial distress. Rangkuman beberapa penelitian terdahulu disajikan pada lampiran 1 tabel penelitian terdahulu. 8

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah likuiditas berpengaruh terhadap financial distress? 2) Apakah leverage berpengaruh terhadap financial distress? 3) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress? 4) Apakah profitabilitas memoderasi pengaruh likuiditas terhadap financial distress? 5) Apakah profitabilitas memoderasi pengaruh leverage terhadap financial distress? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh likuiditas terhadap financial distress. 2) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh leverage terhadap financial distress. 3) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh profitabilitas terhadap financial distress. 4) Untuk memberikan bukti empiris kemampuan profitabilitas memoderasi pengaruh likuiditas terhadap financial distress. 5) Untuk memberikan bukti empiris kemampuan profitabilitas memoderasi pengaruh leverage terhadap financial distress. 9

10 1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi tambahan dalam menganalisa fenomena yang terjadi saat ini. Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan, perusahaan memberikan sinyal kepada pasar. Khususnya mengenai laporan keuangan yang diterbitkan pada saat kondisi krisis global, sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi kesehatan dari suatu perusahaan. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai alat bantu pengambilan keputusan bagi para investor di dalam berinvestasi pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini juga dapat digunakan oleh manajer perusahaan untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menghindari kondisi financial distress. 10