BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

BAB I PENDAHULUAN. tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar)

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN PENGEREMAN DINAMIS TERHADAP WAKTU ANTARA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN KOMPON PANJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. energi mekanik menjadi energi listrik. Secara umum generator DC adalah tidak

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB I PENDAHULUAN. diaplikasikan dalam dunia industri dan juga dalam rumah tangga. Motor ini

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Oleh : ANTONIUS P. NAINGGOLAN NIM : DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Motor Sinkron Tiga Fasa. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT- USU) Oleh : NAMA : AHMAD FAISAL N I M :

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN JALA-JALA TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR SANGKAR TUPAI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

TUGAS AKHIR PENGATURAN PENGEREMAN REGENERATIF PADA MOTOR INDUKSI TIGAFASA DENGAN MICROCONTROLLER ATMEGA8. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanis berupa tenaga putar. Dari konstruksinya, motor ini terdiri dari dua bagian

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Universitas Medan Area

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

MODIFIKASI ALTERNATOR MOBIL MENJADI GENERATOR SINKRON 3 FASA PENGUAT LUAR 220V/380V, 50Hz. M. Rodhi Faiz, Hafit Afandi

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI DENGAN KOMPENSASI TEGANGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

TUGAS AKHIR ANALISA ALIRAN DAYA PADA MOTOR INDUKSI LIMA PHASA ROTOR SANGKAR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMega8535

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

BAB II GENERATOR SINKRON

PEMELIHARAAN GENERATOR PADA PLTA JELOK UBP MRICA

PENGGUNAAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ARUS BOLAK BALIK. Ferdinand Sekeroney * ABSTRAK

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGEREMAN MOTOR DC PENGUATAN SERI DENGAN METODE DINAMIK DAN PLUGGING

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK TEGANGAN DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA SEBAGAI GENERATOR INDUKSI DENGAN KELUARAN SATU FASA

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memudahkan kegiatan pertanian di pedesaan.seiring bertambahnya

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MENGUKUR RESISTANSI BELITAN MEDAN DAN ROTOR

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding)

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

UNIT IV MENJALANKAN DAN MEMBALIK PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR DALAM HUBUNGAN-BINTANG

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Perancangan Prototype Generator Magnet Permanen 1 Fasa Jenis Fluks Aksial pada Putaran Rendah

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama penelitian direcanakan selama 2 (dua) bulan. 4.2 Bahan & Peralatan Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah : 1. Motor induksi tiga phasa Tipe : rotor belitan Spesifikasi : - AEG Typ C AM 112MU 4RI - Δ / Υ 220/ 380 V ; 10,7/ 6,2 A - 2,2 Kw, cos ϕ 0,67 - Kelas Isolasi : B 2. Mesin DC 3. Amperemeter 4. Voltmeter 5. Tahanan Geser 6. Power Suplai ( AC dan DC ) 7. Tachometer 8. Thermometer Infrared

4.3 Variabel yang diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: - Persentasi jatuh tegangan yang mencatu motor - Lamanya waktu operasi motor - Perubahan nilai resistansi motor yang diukur dengan percobaan DC test pada saat perubahan persentasi jatuh tegangan yang dipikul motor - Perubahan yang terukur oleh thermometer infrared untuk setiap perubahan persentasi jatuh tegangan yang dipikul motor 4.4 Prosedur Penelitian Adapun prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Merangkai rangkaian percobaan Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu merangkai rangkaian percobaan sesuai dengan percobaan yang dilakukan. Adapun rangkaian percobaan yang akan digunakan seperti gambar yang berikut: 1.1 Rangkain percobaan pengukuran suhu motor induksi tiga phasa dengan menggunakan thermometer infrared

R S1 A A S S2 B M T T V C Gambar 3.1 Rangakaian percobaan pengereman motor induksi tiga phasa dengan rangkaian kontrol Gambar 3.2 Rangakaian kontrol kendali pengereman motor induksi tiga phasa

1.2 Rangkaian percobaan pengukuran suhu motor induksi tiga phasa dengan mengukur tahanan resistansi Gambar 3.3 Rangakaian kontrol kendali motor induksi tiga phasa 2. Pengambilan data Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu sebagai berikut: - Pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared 1. Motor induksi tiga phasa dikopel dengan generator DC, kemudian rangkaian pengukuran disusun seperti gambar 3.1 2. Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum. 3. Switch S1 (MCCB) ditutup, kemudian PT AC dinaikkan sampai tegangan nominal (untuk kondisi normal) dan jatuh tegangan (untuk kondisi tidak normal). 4. Switch S2 (MCB) ditutup, kemudian tekan tombol forward untuk menjalankan putaran searah motor induksi 3 phasa.

5. Catat nilai I, nr pada motor induksi kemudian jalankan motor induksi selama 30 menit. Setiap kenaikan 5 menit dilakukan pengereman dan dilakukan pencatatan suhu dengan thermometer infrared. 6. Pengereman dilakukan dengan menekan tombol reverse dan ketika putaran medekati nol tekan tombol stop. 7. Percobaan selesai - Pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi 1. Motor induksi tiga phasa dikopel dengan motor DC, kemudian rangkaian pengukuran disusun seperti gambar 3.3. 2. Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum. 3. Kemudian tutup S3, masukkan arus DC pada stator 6,24 A untuk In hubungan Y. 5. Setelah itu catat nilai tegangan yang di dapat ketika nilai arus 6,24A. 6. Percobaan tes DC dilakukan setelah pengereman dalam waktu selang 5 menit selama 30 menit percobaan mesin beroperasi. 7. Lakukan perhitungan untuk mencari nilai Rdc untuk hubungan Y. 8. Setelah di dapat nilai R maka masukkan kedalam persamaan 2.29. 9. Percobaan selesai. Data yang diambil pada percobaan adalah sebagai berikut:

- Temperatur yang tercatat pada thermometer infrared saat pengereman dalam kondisi tegangan nominal maupun jatuh tegangan. - Resistansi motor setiap kenaikan waktu tertentu baik dalam keadaan normal maupun jatuh tegangan. 3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Proses Pengumpulan Data Adapun diagram alur dari proses pengambilan data terlihat pada gambar 3.5 MULAI MEMPERSIAPKAN PERALATAN PERCOBAAN MERAINGKAI RANGKAIAN PERCOBAAN MELAKUKAN PERCOBAAN PENGAMBILAN DATA TIDAK APAKAH SESUAI PERCOBAAN DENGAN PERHITUNGAN YA MENAMPAMPILKAN HASIL PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN BERHENTI Gambar 3.4 Diagram alur proses pengambilan data

3.5.2 Melakukan analisa data terhadap data yang telah diperoleh Data yang diperoleh dari hasil pengukuran lalu dianalisa untuk melihat keadaan temperatur motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Motor induksi adalah merupakan motor arus bolak balik yang paling sering digunakan dalam dunia industri maupun rumah tangga. Hal ini dikarenakan motor induksi sangat mudah dalam pengoperasiannya maupun dalam penghentiannya. Didalam penghentian motor induksi ada beberapa cara, salah satunya dengan pengereman menggunakan metode plugging. Permasalahan jatuh tegangan yang disuplai motor induksi tiga phasa merupakan salah satu masalah dalam penghentian/ pengereman motor induksi tiga phasa. Jatuh tegangan dapat disebabkan karena berbagai macam gangguan tahanan penghantar maupun pada sistem tenaga sehingga tegangan di sisi penerima lebih kecil (Vr) dari sisi pengirim (Vs). Dalam bab ini akan dibahas pengaruh jatuh tegangan terhadap temperatur motor induksi tiga phasa saat pengereman. Adapun metode pengukuran temperatur motor induksi tiga phasa tersebut menggunakan thermometer infrared dan menggunakan metode pengukuran resistansi. 4.2 Data Percobaan Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU diperoleh data pengujian sebagai berikut:

4.2.1 Pengereman Motor induksi tiga phasa dengan suplai tegangan nominal Dari percobaan yang dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU untuk pengereman motor induksi 3 phasa dengan suplai tegangan nominal (normal) dengan pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared dan metode pengukuran resistansi didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data hasil pengukuran suhu dengan thermometer infrared = 220 volt, = 1410 rpm, =1,78 A, Stator = Y t (menit) suhu ( 0 C) 0 25,5 5 28,0 10 29,4 15 30,6 20 31,3 25 31,8 30 32,9 Tabel 4.2 Data hasil percobaan DC test pada motor induksi tiga phasa t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) 0 18,01 6,24 5 18,13 6,24 10 18,39 6,24 15 18,57 6,24 20 18,67 6,24 25 18,77 6,24 30 18,83 6,24 4.2.1 Pengereman Motor induksi tiga phasa saat Jatuh Tegangan Dari percobaan yang dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU untuk pengereman motor induksi 3 phasa saat jatuh tegangan

pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared dan metode pengukuran resistansi didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.3 Data hasil pengukuran suhu saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% menggunakan thermometer infrared = 220 volt, = 1410 rpm, =1,78 A, Stator = Y t (menit) suhu ( 0 C) 0 26,0 5 28,3 10 28,8 15 30,7 20 30,9 25 31,2 30 32,2 Tabel 4.4 Data hasil pengukuran suhu saat pengereman dengan jatuh tegangan 9% menggunakan thermometer infrared = 220 volt, = 1410 rpm, =1,78 A, Stator = Y t (menit) suhu ( 0 C) 0 26,0 5 30,2 10 31,5 15 31,8 20 32,3 25 33,4 30 33,6

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran DC test dengan jatuh tegangan 4% t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) 0 18,60 6,24 5 18,88 6,24 10 18,97 6,24 15 19,06 6,24 20 19,12 6,24 25 18,20 6,24 30 19,29 6,24 Tabel 4.6 Data hasil pengukuran DC test dengan jatuh tegangan 9% t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) 0 18,61 6,24 5 18,98 6,24 10 19,03 6,24 15 19,18 6,24 20 19,25 6,24 25 19,31 6,24 30 19,42 6,24 4.3 Analisa Data Dari data hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU dapat dilakukan analisa data sebagai berikut sebagai berikut:

4.3.1 Motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan nominal (normal) Dari table 4.1 dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan nominal (normal) dengan pengukuran menggunakan thermometer infrared sebagai berikut : 0 C/m Dari perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa kenaikan temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan nominal (normal) pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared yaitu setiap kenaikan waktu satu menit terjadi kenaikan suhu sebesar 0.23 0 C/m. Sedangkan dari table 4.2 dapat ditentukan besar resistansi tahanan stator motor induksi tiga phasa dengan suplai tegangan seimbang sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan resistansi diatas dapat ditentukan temperature motor induksi tiga phasa dengan suplai tegangan seimbang sebagai berikut :

Dari perhitungan diatas dapat dibuat table sebagai berikut : Table 4.7 Data hasil perhitungan suhu motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan normal menggunakan metode pengukuran resistansi = 220 volt, = 1410 rpm, =1,78 A, Stator = Y t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) Rdc (ohm) suhu ( 0 C) 0 18,01 6,24 1,4431 25,5 5 18,13 6,24 1,4527 27,234 10 18,39 6,24 1,4736 30,987 15 18,57 6,24 1,4880 33,586 20 18,67 6,24 1,4960 35,030 25 18,77 6,24 1,5040 36,473 30 18,83 6,24 1,5088 37,340 Dari table 4.3 dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan suplai tegangan normal dengan pengukuran menggunakan metode pengukuran resistansi sebagai berikut : 0 C/m Dari perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa kenaikan temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan suplai tegangan normal pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi yaitu setiap kenaikan waktu satu menit terjadi kenaikan suhu sebesar 0,395 0 C/m.

Adapun grafik dari analisa data diatas dapat dibuat sebagai berikut : Suhu ( C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 30; 32,9 20; 31,3 25; 31,8 15; 30,6 10; 29,4 5; 28 0; 26 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.1 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan suplai tegangan nominal (normal) pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Suhu ( 0 C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 0; 25,5 5; 27,234 10; 30,987 15; 33,586 20; 35,03 30; 37,34 25; 36,473 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.2 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan suplai tegangan nominal (normal) pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi

4.3.2 Motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan Persentasi jatuh tegangan berdasarkan defenisi NEMA standart MGI. 1993 dan IEEE yaitu : 2. Dari table 4.3 dan 4.4 dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% dan 9% dengan pengukuran menggunakan thermometer infrared sebagai berikut : - Jatuh tegangan 4% 0 C/m

- Jatuh tegangan 9% 0 C/m Dari perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa kenaikan temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared yaitu setiap kenaikan waktu satu menit terjadi kenaikan suhu sebesar 0,207 dan 0,253 0 C/m. Sedangkan dari table 4.5 dapat ditentukan besar resistansi tahanan stator motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan resistansi diatas dapat ditentukan temperature motor induksi tiga phasa dengan suplai tegangan seimbang sebagai berikut : Dari table 4.6 dapat ditentukan besar resistansi tahanan stator motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 9% sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan resistansi diatas dapat ditentukan temperature motor induksi tiga phasa dengan suplai tegangan seimbang sebagai berikut :

Dari perhitungan diatas dapat dibuat table sebagai berikut : Table 4.8 Data hasil perhitungan suhu motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% menggunakan metode pengukuran resistansi t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) Rdc (ohm) suhu ( 0 C) 0 18,60 6,24 1,4904 26 5 18,88 6,24 1,5128 29,919 10 18,97 6,24 1,5200 31,179 15 19,06 6,24 1,5272 32,440 20 19,12 6,24 1,5321 33,280 25 19,20 6,24 1,5385 34,4 30 19,29 6,24 1,5457 35,661 Table 4.9 Data hasil perhitungan suhu motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 9% menggunakan metode pengukuran resistansi t (menit) Vdc (volt) Idc (amp) Rdc (ohm) suhu ( 0 C) 0 18,9 6,24 1,5144 26 5 19,354 6,24 1,5508 31,177 10 19,679 6,24 1,5768 32,716 15 19,982 6,24 1,6011 33,976 20 20,258 6,24 1,6232 34,956 25 20,497 6,24 1,6424 35,796 30 20,696 6,24 1,6583 37,336 Dari table 4.5.1 dan 4.6.1 dapat diketahui bahwa kenaikan rata-rata temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% dan 9% dengan pengukuran menggunakan sebagai berikut :

- Jatuh tegangan 4% 0 C/m - Jatuh tegangan 9% 0 C/m Dari perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa kenaikan temperature motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi yaitu setiap kenaikan waktu satu menit terjadi kenaikan suhu sebesar 0,322 dan 0,378 0 C/m. Adapun grafik dari analisa data diatas dapat dibuat sebagai berikut :

Suhu ( C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 0; 26 5; 28,3 10; 28,8 15; 30,7 20; 30,9 30; 32,2 25; 31,2 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.3 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi suplai tegangan saat pengereman denga jatuh tegangan 4% pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Suhu ( 0 C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 25; 33,4 30; 33,6 10; 31,5 15; 31,8 20; 32,3 5; 30,2 0; 25,500 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.4 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan jatuh tegangan 9% pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared

Suhu ( 0 C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 0; 26 5; 29,919 10; 31,179 15; 32,44 20; 33,28 30; 35,661 25; 34,4 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.5 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan jatuh tegangan 4% pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi Suhu ( 0 C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 30; 37,336 25; 35,796 20; 34,956 15; 33,976 10; 32,716 5; 31,177 0; 26 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.6 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan jatuh tegangan 9% pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi

4.3.3 Perbandingan hasil pengukuran suhu motor induksi tiga phasa saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan Dari table data 4.1, 4.3, dan 4.4 dapat diketahui perbandingan suhu motor induksi tiga saat pengereman dengan tegangan normal dan dengan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared yaitu sebagai berikut : Table 4.10 Perbandingan kenaikan suhu saat pengereman tegangan normal dan jatuh tegangan 4% dan 9% menggunakan thermometer infared Suhu ( 0 C) t (menit) Jatuh tegangan normal 4% 9% 0 25,5 26,0 26,0 5 28,0 28,3 30,2 10 29,4 28,8 31,5 15 30,6 30,7 31,8 20 31,3 30,9 32,3 25 31,8 31,2 33,4 30 32,9 32,2 33,6 Dari table 4.10 diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan suhu motor saat pengereman ketika dengan kondisi jatuh tegangan 4% maupun 9%. Untuk lebih jelas dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Suhu ( 0 C) 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 25; 33,4 30; 33,6 30; 32,9 10; 31,5 15; 31,8 20; 32,3 25; 31,8 20; 31,3 15; 30,7 30; 32,2 5; 30,2 10; 29,4 20; 30,9 25; 31,2 Normal 15; 30,6 5; 28,3 JT 4% 5; 28 10; 28,8 JT 9% 0; 26 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.7 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared Sedangkan dari table 4.7, 4.8, dan 4.9 dapat diketahui perbandingan suhu motor induksi tiga saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi yaitu sebagai berikut : Table 4.11 Perbandingan kenaikan suhu saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan 4% dan 9% menggunakan metode pengukuran resistansi Suhu ( 0 C) t (menit) Jatuh tegangan normal 4% 9% 0 25,5 26 26 5 27,234 29,919 31,177 10 30,987 31,179 32,716 15 33,586 32,440 33,976

20 35,030 33,280 34,956 25 36,473 34,4 35,796 30 37,340 35,661 37,336 Dari table 4.8 diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan suhu motor saat pengereman ketika dengan jatuh tegangan 4% maupun 9%. Untuk lebih jelas dapat dibuat grafik sebagai berikut: suhu ( 0 C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 0; 26 30; 37,34 25; 36,473 30; 37,336 20; 34,956 30; 35,661 15; 33,976 25; 35,796 20; 35,03 25; 34,4 10; 32,716 15; 33,586 20; 33,28 Normal 5; 31,177 10; 31,179 15; 32,44 JT 4% 10; 30,987 5; 29,919 JT 9% 5; 27,234 0 5 10 15 20 25 30 t (menit) Gambar 4.8 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat pengereman dengan tegangan normal dan jatuh tegangan 4% dan 9% pengukuran suhu menggunakan metode pengukuran resistansi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Motor induksi tiga phasa saat pengereman terjadi kenaikan temperatur dengan tegangan nominal (normal) yaitu 0.23 0 C/menit untuk tegangan normal, 0.207 0 C/menit untuk jatuh tegangan 4%% dan 0,253 0 C/menit untuk jatuh tegangan 9% pengukuran menggunakan thermometer infrared. Sedangkan pengukuran menggunakan pengukuran resistansi yaitu 0,395 0 C/menit untuk tegangan nominal (normal), 0,322 0 C/menit untuk jatuh tegangan 4% dan 0,378 0 C/menit untuk jatuh tegangan 9%. 2. Pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared dan dengan menggunakan metode pengukuran resistansi terdapat perbedaan hasil pengukuran temperatur hal ini desebabkan posisi pengukuran menggunakan thermometer infrared tidak tepat pada kumparan stator motor induksi tiga phasa karena terhalang oleh badan motor.

5.2 Saran Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penelitian pengaruh temperatur terhadap pengereman regeneratif, dinamis maupun mekanis. 2. Melakukan penelitian untuk pengaruh jatuh tegangan pada saat pengereman terhadap temperatur dengan memberikan tahanan pada rotor.