LAMPIRAN A METODE PENGAWETAN CONTOH AIR UNTUK SETIAP PARAMETER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Bab V Hasil dan Pembahasan

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

SNI Standar Nasional Indonesia

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

METODE SAMPLING & PENGAWETAN SAMPEL

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

8. ASIDI-ALKALINITAS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit


BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Oleh : Putri Paramita ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

Bab V Hasil dan Pembahasan

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Hasil Penelitian Tahap Sebelumnya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS KANDUNGAN N-NITRAT DAN ORTHOFOSFAT DI BIBILO DAN DAERAH BEBAS DANAU LIMBOTO, PROVINSI GORONTALO

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

BAB I PENDAHULUAN. perairan. Tingginya kandungan bahan organik dalam air limbah domestik

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

Pengawasan dan penyimpanan serta pemanfaatan data kualitas air

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dapat disebut dengan penelitian alamiah apabila memiliki

Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Teknofisikokimia Puslitbang. Indonesia Batang Jawa Tengah, yaitu limbah cair tekstil

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

dilakukan di laboratorium rancang bangun dan laboratorium kulitas lingkungan

3. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Desain Penelitian Sumber : Dokumen Pribadi

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA). 1998. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 20th edition. American Public Health Association. Washington DC. BPWC (Badan Pengelola Waduk Cirata). 2006a. Waduk Cirata dan Permasalahannya. Workshop, Bandung. BPWC. 2006b. Laporan Akhir Pemantauan Kualitas Air Waduk Cirata Triwulan 1-2006. LAPI-ITB, Bandung. Davis, M.L. and Cornwell, D.A. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second Edition. McGraw Hill, Inc. New York. Djajadiredja, Eddy A. 2005. Dampak Jaring Apung Dalam Pengelolaan Waduk, studi kasus Sungai Citarum. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung. Effendi, Hefni. 2003. "Telaah Kualitas Air" Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hadisantosa, Fajar. 2006. Analisa Kualitas Air Permukaan Sungai Citarum Hulu Dihubungkan dengan Tata Guna Lahan dengan Menggunakan Biomarker. Tesis Magister ITB, Bandung. Jati, Tuty Indira. 2006. Kajian Karakteristik Air Sungai Cikapundung Sebagai Sumber Air Baku PDAM Kota Bandung. Tugas Akhir TL ITB, Bandung. Krismono, Adriani SN, dan Warsa, Andri. 2006. Karakteristik Kualitas Air di Danau Teluk, Mahligai, dan Napal Sisik (Jambi), Prosiding Seminar Nasional Limnologi Tahun 2006. Puslit Limnologi LIPI. Hal. 171 182. Lukman. 2006. Fenomena Kematian Massal Ikan Budidaya Pada Sistem Keramba Jaring Apung, Prosiding Seminar Nasional Limnologi Tahun 2006. Puslit Limnologi LIPI. Hal. 163 170. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Perdana, Ari. 2006. Pola Hubungan Antara Tata Guna Lahan Dengan Erosi di Daerah Tangkapan dan Nitrat dalam Waduk Cisanti Berdasarkan Perhitungan Limpasan Hujan. Tugas Akhir TL ITB, Bandung. xiii

Pratiwi, Niken TM., Adiwilaga Enan M., Krisanti, M., dan Winarni Hesty Dwi. 2006. Distribusi Spasial Fitoplankton Pada Kawasan Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Juanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Prosiding Seminar Nasional Limnologi Tahun 2006. Puslit Limnologi LIPI. Hal. 222 240. Prihantini, Nining B.,Wardhana, W.,Widyawan, A., dan Rianto, Ronny. 2006. Cyanobacteria dari Beberapa Situ dan Sungai di Kawasan Jakarta dan Depok, Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Limnologi Tahun 2006. Puslit Limnologi LIPI. Hal. 210 217. Sasongko, A., Maskur, dan Murtiarti. 2005. Culture, Capture Conflicts: Sustaining Fish Production and Livelihoods in Indonesian Reservoir (Aqquaculture Research Component). Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Sawyer, Clair N., McCarty, Perry L., dan Parkin, Gene F. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. McGraw Hill Books, New York. Sutarto, Ratri Indri Hapsari. 2007. Kontaminasi Logam Berat Pada Ikan Budidaya Jaring Apung (Ikan Mas (Cyprinus Carpio)) di Waduk Cirata. Tugas Akhir TL ITB, Bandung. Triastutiningrum, Diah E. 2005. Kontaminasi Logam Berat Pada Pakan Ikan dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tugas Akhir TL ITB, Bandung Wulandari, Damaring Tyas. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Alam Danau. Pasca Sarjana Biologi UI, Jakarta. xiv

LAMPIRAN A METODE PENGAWETAN CONTOH AIR UNTUK SETIAP PARAMETER

Lampiran A Metode Pengawetan Contoh Air Untuk Setiap Parameter Parameter Volume Botol Contoh Contoh Air Air (ml) Asiditas- Alkalinitas P, G 200 BOD P, G 1000 TOC P 25 Cara Pengawetan Pendinginan 4 C Pendinginan 4 C 4 C, H 2 SO 4 ph<2 Batas Waktu Penyimpanan 24 jam 48 jam 28 hari COD P 50 4 C, H 2 SO 4 ph<2 28 hari Chlorine P 50 Analisis Segera Warna P 100 Pendinginan 4 C 48 jam Konduktivitas P 100 Pendinginan 4 C 28 hari Kesadahan P 250 HNO 3 ph<2 28 hari Total Logam P 200 HNO 3 ph<2 28 hari Logam Terlarut P 200 Nitrogen Ammonia P 100 Nitrat/Nitrit P 100 Organik, Kjeldahl P 100 Minyak & Lemak G 1000 PAH G 1000 Saring, HNO 3 ph<2 4 C, H 2 SO 4 ph<2 Pendinginan 4 C 4 C, H 2 SO 4 ph<2 4 C, H 2 SO 4 ph<2 Ruang Gelap 4 C 28 hari 28 hari 28 hari 28 hari 48 jam 7 hari A - 1

Lampiran A Volume Botol Contoh Parameter Contoh Air Air (ml) Phenol G 1000 Cara Pengawetan Pendinginan 4 C Batas Waktu Penyimpanan 7 hari TPH G 1000 4 C, H 2 SO 4 ph<2 ph P 25 Analisis Segera 7 hari Total Phosphat P 500 Solid P 500 Sulfat P 50 Kekeruhan P 100 4 C, H 2 SO 4 ph<2 Pendinginan 4 C Pendinginan 4 C Pendinginan 4 C 28 hari 7 hari 28 hari 48 jam A - 2

LAMPIRAN B PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR (BAKU MUTU AIR)

Lampiran B PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas B - 1

Lampiran B Keterangan : mg = miligram ug = mikrogram ml = militer L = liter Bq = Bequerel MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk ph dan DO. Bagi ph merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil B - 2

Lampiran B Keterangan : mg = milligram ug = microgram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk ph dan DO. Bagi ph merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum. Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil B - 3

LAMPIRAN C DATA HASIL PENGUKURAN SAMPEL AIR

1. KONTUR KEDALAMAN Titik Kedalaman Dasar (m) sampling Sampling 1 Sampling 2 1 29 31 2 43 55 3 62 64 4 60 58 5 17 20 6 20 24 7 37 41 8 43 44 9 43 45 10 27 23 2. TINGKAT KECERAHAN Pengukuran tingkat kecerahan dilakukan dengan menggunakan piringan secchi (Secchi disk). Titik Kedalaman Secchi disk (cm) Sampling Sampling 1 Sampling 2 1 60 80 2 60 100 3 90 80 4 100 100 5 100 100 6 80 100 7 80 110 8 80 90 9 65 100 10 60 80 3. TEMPERATUR Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil daripada lapisan bawah Data yang diperoleh sebagai berikut: C - 1

Temperatur ( C) Titik Sampling Sampling 1 Sampling 2 A B C Udara A B C Udara 1 29,0 27,5 26,5 29,0 30,1 27,4 27,2 35,9 2 29,4 27,1 26,4 33,3 29,7 27,8 27,3 33,3 3 29,5 27,4 26,6 35,2 30,1 27,2 26,9 33,4 4 30,0 27,1 26,5 34,2 29,6 27,5 26,7 34,2 5 30,4 27,2 26,9 34,1 29,0 27,0 26,8 34,6 6 29,9 27,0 26,9 36,8 29,2 27,2 26,9 35,2 7 31,2 27,3 26,7 36,4 29,0 27,0 26,7 31,0 8 30,5 27,2 27,0 33,0 30,5 27,0 26,6 36,8 9 30,3 27,4 27,2 31,5 28,2 27,0 26,6 29,0 10 30,1 27,1 26,6 29,2 28,3 27,5 25,0 28,2 Catatan: Pengukuran temperatur dilakukan langsung di lapangan menggunakan thermometer 4. ph Pengukuran ph ini didasarkan prinsip elektrode gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+ dalam air secara potensiometri. Data yang diperoleh sebagai berikut: Nilai ph Titik Sampling Sampling 1 Sampling 2 A B C A B C 1 8,17 6,98 6,98 7,54 6,98 6,98 2 7,4 6,83 6,96 7,53 7,02 7,1 3 7,81 6,87 6,99 7,45 7 7,14 4 7,32 6,94 6,87 7,57 6,8 6,92 5 8,22 7,06 6,82 6,79 6,7 6,66 6 7,94 6,89 6,61 7,51 6,7 6,89 7 8,14 7,04 6,89 6,98 6,72 6,84 8 7,92 6,87 7,05 7,7 7,12 6,96 9 8,27 7,1 6,84 6,78 6,8 6,82 10 8,22 7,1 6,76 6,78 6,64 6,34 Catatan: Pengukuran ph dilakukan langsung di lapangan menggunakan ph meter 5. ZAT ORGANIK Pengukuran zat organik ini didasarkan prinsip titrasi permanganometri, yaitu zat organik dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih dalam suasana asam dan panas. Kelebihan C - 2

KMnO 4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh KMnO 4. Perhitungan kandungan zat organik menggunakan rumus: Kandungan zat organik ( mg / L) 10 Faktor Ketelitian ml KMnO 4 1000 100 Keterangan: a : ml KMnO 4 pada waktu titrasi F : faktor ketelitian KMnO 4 31,6 : berat ekivalen KMnO 4 10 a F 10 0,01 31,6 Data yang diperoleh: Faktor ketelitian KMnO 4 : 0,943 Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) No. sampel ml KMnO4 Organik (mg/l KMnO4) ml KMnO4 Organik (mg/l KMnO4) 1 1A 4,0 10,136 5,0 13,117 2 1B 2,7 6,260 4,5 11,626 3 1C 2,5 5,515 4,4 11,328 4 2A 3,8 9,391 6,1 16,396 5 2B 2,1 4,472 3,8 9,540 6 2C 2,5 5,664 4,0 10,136 7 3A 3,0 7,155 5,7 15,204 8 3B 2,0 4,174 4,3 11,030 9 3C 1,1 1,491 3,5 8,645 10 4A 3,7 9,242 4,9 12,819 11 4B 2,5 5,664 3,9 9,838 12 4C 2,0 4,174 3,8 9,540 13 5A 3,3 8,049 4,5 11,626 14 5B 2,0 4,174 3,9 9,838 15 5C 2,1 4,472 3,8 9,540 16 6A 3,0 7,155 5,1 13,415 17 6B 3,0 7,155 3,8 9,540 18 6C 2,2 4,770 3,0 7,155 19 7A 3,3 8,049 4,4 11,328 20 7B 2,2 4,770 4,7 12,223 21 7C 2,7 6,260 3,7 9,242 22 8A 3,0 7,155 4,5 11,626 23 8B 2,9 6,857 4,0 10,136 24 8C 2,4 5,366 4,2 10,732 25 9A 3,7 9,242 5,2 13,713 26 9B 3,1 7,453 4,3 11,030 27 9C 2,5 5,664 4,0 10,136 C - 3

Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) No. sampel ml KMnO4 Organik (mg/l KMnO4) ml KMnO4 Organik (mg/l KMnO4) 28 10A 4,0 10,136 6,0 16,098 29 10B 3,8 9,540 4,2 10,732 30 10C 3,7 9,242 7,0 19,079 6. DISSOLVED OXYGEN (DO) Data yang diperoleh sebagai berikut: No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) 1 1A 7,5 5,0 2 1B 6,1 2,8 3 1C 3,9 2,6 4 2A 6,0 5,4 5 2B 3,8 3,0 6 2C 2,4 3,5 7 3A 5,8 5,5 8 3B 2,8 2,4 9 3C 3,2 2,8 10 4A 5,4 5,6 11 4B 2,6 3,2 12 4C 4,0 3,0 13 5A 4,5 4,6 14 5B 2,2 4,5 15 5C 2,4 3,6 16 6A 5,6 5,1 17 6B 3,8 2,5 18 6C 2,8 3,6 19 7A 7,0 4,9 20 7B 3,6 2,3 21 7C 5,4 2,9 22 8A 7,0 6,2 23 8B 4,8 2,8 24 8C 4,2 3,4 25 9A 6,8 4,2 26 9B 2,8 3 27 9C 2,0 3,2 28 10A 5,2 5 29 10B 5,1 3,3 30 10C 1,2 1,8 C - 4

Catatan: 1. Pengukuran DO (Dissolved Oxygen) dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan DO meter 2. Satuan DO yang digunakan adalah mg/l 7. CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium dikromat dalam suasana asam pada temperatur 150 C. Kelebihan Kalium dikomat dititrasi oleh larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) dengan indikator ferroin. Perhitungan COD: COD sebagai mg O 2 / L A B C 8000 ml sampel Keterangan: A = ml FAS untuk blanko B = ml FAS untuk sampel C = normalitas FAS ml K Cr2O7 Normalitas FAS Data yang diperoleh: 2 normalitas K ml FAS 2 Cr O Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) No. sampel ml FAS ml FAS ml FAS ml FAS COD blanko sampel blanko sampel COD 1 1A 1,98 1,65 30,00 1,92 1,56 33,12 2 1B 1,98 1,75 20,91 1,92 1,68 22,08 3 1C 1,98 1,83 13,64 1,92 1,64 25,76 4 2A 1,98 1,69 26,00 1,92 1,44 44,16 5 2B 1,98 1,75 20,91 1,92 1,66 23,92 6 2C 1,98 1,63 32,00 1,92 1,70 20,24 7 3A 1,98 1,70 25,45 1,92 1,60 29,44 8 3B 1,98 1,62 32,73 1,92 1,24 62,56 9 3C 1,98 1,73 22,73 1,92 1,74 16,56 10 4A 1,98 1,77 19,09 1,92 1,76 14,72 11 4B 1,98 1,62 33,12 1,92 1,29 58,00 12 4C 1,98 1,80 16,36 1,92 1,70 20,24 13 5A 1,98 1,73 22,73 1,92 1,72 18,40 14 5B 1,98 1,80 16,36 1,92 1,70 20,24 15 5C 1,98 1,80 16,36 1,92 1,52 36,80 16 6A 1,98 1,72 23,64 1,92 1,62 27,60 17 6B 1,98 1,61 34,00 1,92 1,52 36,80 18 6C 1,98 1,80 16,36 1,92 1,62 27,60 C - 5 2 7

Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) No. sampel ml FAS ml FAS ml FAS ml FAS COD blanko sampel blanko sampel COD 19 7A 1,98 1,74 22,08 1,92 1,50 39,09 20 7B 1,98 1,72 23,92 1,92 1,54 34,55 21 7C 1,98 1,82 14,72 1,92 1,69 20,91 22 8A 1,98 1,69 26,36 1,92 1,62 27,60 23 8B 1,98 1,60 34,55 1,92 1,52 36,80 24 8C 1,98 1,72 23,64 1,92 1,72 18,40 25 9A 1,98 1,83 13,80 1,92 1,64 26,00 26 9B 1,98 1,73 23,00 1,92 1,66 24,00 27 9C 1,98 1,72 23,64 1,92 1,76 14,72 28 10A 1,98 1,64 31,28 1,92 1,59 30,00 29 10B 1,98 1,74 22,08 1,92 1,66 23,64 30 10C 1,98 1,70 25,45 1,92 1,72 18,40 Keterangan: 1. Normalitas FAS pada sampling ke-1 (4 April 2007) = 0,023 2. Normalitas FAS pada sampling ke-2 (3 Mei 2007) = 0,023 8. BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sampel, inkubasi selama lima hari pada suhu 20 C dan pengukuran oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi. Penurunan oksigen terlarut menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh sampel air. Oksigen terlarut dianalisa dengan menggunakan titrasi Winkler. Oksigen akan mengoksidasi Mn 2+ dalam suasana basa membentuk endapan MnO 2. Dengan penambahan alkali iodida dalam suasana asam akan membebaskan iodium. Banyaknya iodium yang dibebaskan ekivalen dengan banyaknya oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan dianalisa dengan metode Titrasi Iodometris dengan larutan standar Thiosulfat dan indikator kanji. Perhitungan DO (mg/l) V DO ( mg / L) thio N V thio botol 1000 8 2 Normalitas Na 2 S 2 O 8 Volume K 2Cr2O7 Normalitas K 2Cr2O7 Volume Na S O 2 2 8 Angka Permanganat Angka Pengenceran ; P 1 = AP/3; P 2 = AP/5; P 3 = AP/7 Pengenceran C - 6

Sampling 1 (4 April 2007) Data yang diperoleh: Titik Sampling Pengenceran Nthio Vthio DO 0 Nthio Vthio DO 5 P3 3,379 0,0915 23,93 57,2 0,0913 21,19 51,593 1A P5 2,027 0,0915 23,32 58,3 0,0913 20,29 48,115 P7 1,448 0,0915 22,02 52,3 0,0913 12,77 30,289 P3 2,087 0,0915 25,69 63,5 0,0913 21,92 52,313 1B P5 1,252 - - - - - - P7 0,894 - - - - - - P3 1,838 0,0915 23,03 54,7 0,0913 16,30 40,621 1C P5 1,103 - - - - - - P7 0,788 - - - - - - P3 2,385 0,0915 22,14 55,3 0,0913 16,85 39,966 8A P5 1,431 - - - - - - P7 1,022 - - - - - - P3 3,379 0,0915 26,23 62,3 0,0913 21,79 53,416 8B P5 2,027 0,0915 22,03 52,4 0,0913 13,20 32,913 P7 0,980 - - - - - - P3 2,286 0,0915 25,15 59,8 0,0913 18,03 44,955 8C P5 1,371 - - - - - - P7 0,767 - - - - - - P3 1,789 0,0915 21,59 53,9 0,0913 15,74 39,244 10A P5 1,073 - - - - - - P7 1,448 - - - - - - P3 3,180 0,0915 22,19 55,4 0,0913 20,12 48,015 10B P5 1,908 0,0915 21,20 51,7 0,0913 15,10 35,810 P7 1,363 - - - - - - P3 3,081 0,0915 25,95 61,7 0,0913 22,23 54,844 10C P5 1,848 0,0915 21,57 53,3 0,0913 15,15 37,762 P7 1,320 - - - - - - BLANKO - - 0,0915 34,50 84,7 0,0913 34,10 83,6 - - 0,0915 33,80 83,0 0,0913 32,50 79,7 Catatan: 1. Volume thiosulfat dinayatakan dalam ml 2. Satuan DO yang digunakan adalah mg/l C - 7

Sampling 2 (3 Mei 2007) Data yang diperoleh: Titik Sampling Pengenceran Nthio Vthio DO 0 Nthio Vthio DO 5 P3 4,372 0,0936 23,80 58,3 0,0921 21,10 51,8 1A P5 2,623 0,0936 22,45 57,3 0,0921 19,25 46,1 P7 1,874 0,0936 20,50 49,8 0,0921 12,40 29,6 P3 3,875 0,0936 24,00 60,7 0,0921 22,55 54,3 1B P5 2,325 0,0936 23,90 59,8 0,0921 19,75 49,6 P7 1,661 0,0936 27,70 67,3 0,0921 18,75 46,6 P3 3,776 0,0936 26,05 63,3 0,0921 23,15 58,2 1C P5 2,266 0,0936 18,65 45,7 0,0921 14,85 35,8 P7 1,618 0,0936 15,95 40,4 0,0921 9,10 22,4 P3 3,875 0,0936 21,65 55,4 0,0921 19,40 46,4 8A P5 2,325 0,0936 17,95 44,0 0,0921 11,60 27,8 P7 1,661 0,0936 23,80 59,8 0,0921 11,75 29,0 P3 3,379 0,0936 26,45 64,3 0,0921 21,50 54,0 8B P5 2,027 0,0936 26,30 66,5 0,0921 18,25 44,9 P7 3,379 0,0936 20,55 51,6 0,0921 16,90 42,1 P3 3,577 0,0936 27,18 69,5 0,0921 24,70 62,1 8C P5 2,146 0,0936 24,53 61,2 0,0921 19,33 46,5 P7 1,533 0,0936 21,23 53,3 0,0921 9,61 23,0 P3 5,366 0,0936 19,10 46,4 0,0921 16,15 40,0 10A P5 3,220 0,0936 22,85 55,6 0,0921 17,95 45,2 P7 2,300 0,0936 26,40 66,3 0,0921 20,30 49,8 P3 3,577 0,0936 21,70 55,4 0,0921 20,55 49,5 10B P5 2,146 0,0936 22,70 56,7 0,0921 19,60 46,9 P7 1,533 0,0936 23,95 58,6 0,0921 16,75 40,1 P3 6,360 0,0936 24,55 59,7 0,0921 22,15 55,1 10C P5 3,816 0,0936 23,90 60,4 0,0921 21,00 52,8 P7 2,726 0,0936 25,50 65,2 0,0921 22,55 55,7 BLANKO - - 0,0936 32,10 80,7 0,0921 31,90 78,9 - - 0,0936 32,20 80,9 0,0921 30,00 74,2 Catatan: 3. Volume thiosulfat dinayatakan dalam ml 4. Satuan DO yang digunakan adalah mg/l Perhitungan BOD (mg/l): BOD 5 hari, 20 C = {(D 1 D 2 ) (B 1 B 2 )} x f x P Keterangan: D 1 : DO 0 hari sampel (mg/l) D 2 : DO 5 hari sampel (mg/l) C - 8

BB1 : DO 0 hari blanko (mg/l) BB2 : DO 5 hari blanko (mg/l) P : angka pengenceran f : koreksi untuk seeding volume seeding dalam sampel f volume seeding dalam blanko Data yang diperoleh: Sampling 1 (4 April 2007) Titik Sampling 1A 1B 1C 8A 8B 8C 10A 10B 10C Vol sampel BOD Pengenceran f 5 (ml) (mg/l) P3 3,379 207,185 0,004827 10,662 P5 2,027 345,309 0,002896 9,217 P7 1,448 483,433 0,002069 9,354 P3 2,087 335,443 0,002981 10,937 P5 1,252 - - - P7 0,894 - - - P3 1,838 380,773 0,002626 10,845 P5 1,103 - - - P7 0,788 - - - P3 2,385 293,513 0,003407 19,654 P5 1,431 - - - P7 1,022 - - - P3 3,379 391,350 0,002555 18,452 P5 2,027 652,250 0,001533 18,782 P7 0,980 - - - P3 2,286 207,185 0,004827 17,562 P5 1,371 - - - P7 0,767 - - - P3 1,789 306,274 0,003265 10,662 P5 1,073 652,250 0,001533 18,782 P7 1,448 - - - P3 3,180 220,134 0,004543 13,634 P5 1,908 366,891 0,002726 13,398 P7 1,363 - - - P3 3,081 227,236 0,004401 11,781 P5 1,848 378,726 0,00264 12,221 P7 1,320 - - - BOD 5 rata-rata (mg/l) 9,7 10,9 10,8 19,7 18,6 17,6 14,7 13,5 12,0 C - 9

Sampling 2 (3 Mei 2007) Titik Sampling 1A 1B 1C 8A 8B 8C 10A 10B 10C Pengenceran Vol sampel BOD f 5 (ml) (mg/l) P3 4,372 160,098 0,771 15,865 P5 2,623 266,830 0,619 15,420 P7 1,874 373,562 0,466 16,034 P3 3,875 180,623 0,742 13,314 P5 2,325 301,039 0,570 11,225 P7 1,661 421,454 0,398 12,527 P3 3,776 185,376 0,735 9,341 P5 2,266 308,961 0,559 10,285 P7 1,618 432,545 0,382 10,034 P3 3,875 180,623 0,742 20,525 P5 2,325 301,039 0,570 19,062 P7 1,661 421,454 0,398 19,143 P3 3,379 207,185 0,704 20,321 P5 2,027 345,309 0,507 20,443 P7 3,379 207,185 0,704 18,423 P3 3,577 195,675 0,720 14,329 P5 2,146 326,125 0,534 14,775 P7 1,533 456,575 0,348 15,231 P3 5,366 130,450 0,814 20,525 P5 3,220 217,417 0,689 19,062 P7 2,300 304,383 0,565 19,143 P3 3,577 195,675 0,720 10,731 P5 2,146 326,125 0,534 9,215 P7 1,533 456,575 0,348 8,932 P3 6,360 110,067 0,843 14,865 P5 3,816 183,445 0,738 16,278 P7 2,726 256,824 0,633 13,221 BOD 5 rata-rata (mg/l) 15,8 12,4 9,9 19,6 19,7 14,8 19,6 9,6 14,8 Rekapitulasi nilai BOD 5 dan Rasio (BOD 5/COD) Titik BOD 5 (mg/l) COD (mg/l) Rasio (BOD 5 /COD) Sampling Sampling 1 Sampling 2 Sampling 1 Sampling 2 Sampling 1 Sampling 2 A 9,744 15,773 30,000 33,12 0,325 0,476 1 B 10,937 12,355 20,909 22,08 0,523 0,560 C 10,845 9,887 13,636 25,76 0,795 0,384 A 19,654 19,577 26,364 27,600 0,745 0,709 8 B 18,617 19,729 34,545 36,800 0,539 0,536 C 17,562 14,778 23,640 18,400 0,743 0,803 A 14,722 19,577 31,280 30,000 0,471 0,653 10 B 13,516 9,626 22,080 23,636 0,612 0,407 C 12,001 14,788 25,455 18,400 0,471 0,804 C - 10

Keterangan: 1. Sampling 1 : 4 April 2007 2. Sampling 2 : 3 Mei 2007 9. NITRAT Metode yang digunakan untuk pengukuran nitrat adalah metode Brusin- Spektrofotometri. Nitrat yang terkandung dalam sampel air bereaksi dengan Brusin Sulfanilat dan asam sulfat membentuk senyawa kompleks berwarna kuning. Intensitas warna kuning yang terjadi sebanding dengan kadar nitrat yang terdapat pada sampel air. Semakin pekat warna larutan berarti semakin tinggi kadar nitratnya, karena semakin pekat warna kuning yang terjadi berarti semakin banyak nitrat yang bereaksi dengan sulfanilat membentuk senyawa kompleks. Kurva kalibrasi nitrat Catatan: 1. Persamaan Kurva kalibrasi nitrat: y = 18,49x 0,031 2. Panjang gelombang yang digunakan () = 410 nm 3. Absorbansi = 2 Log T C - 11

Data yang diperoleh: No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 1 1A 0,022 0,376 0,029 0,505 2 1B 0,009 0,135 0,026 0,450 3 1C 0,004 0,043 0,013 0,209 4 2A 0,022 0,376 0,027 0,468 5 2B 0,013 0,209 0,025 0,431 6 2C 0,002 0,006 0,015 0,246 7 3A 0,084 1,522 0,070 1,263 8 3B 0,011 0,172 0,014 0,220 9 3C 0,028 0,485 0,043 0,763 10 4A 0,187 3,427 0,139 2,539 11 4B 0,007 0,098 0,026 0,455 12 4C 0,033 0,573 0,057 1,023 13 5A 0,057 1,023 0,131 2,391 14 5B 0,042 0,746 0,115 2,100 15 5C 0,036 0,635 0,022 0,376 16 6A 0,090 1,633 0,071 1,282 17 6B 0,007 0,098 0,003 0,024 18 6C 0,014 0,228 0,022 0,376 19 7A 0,030 0,524 0,039 0,690 20 7B 0,008 0,117 0,015 0,246 21 7C 0,014 0,228 0,024 0,413 22 8A 0,036 0,635 0,100 1,818 23 8B 0,023 0,394 0,048 0,857 24 8C 0,030 0,524 0,031 0,536 25 9A 0,041 0,727 0,040 0,709 26 9B 0,014 0,228 0,035 0,616 27 9C 0,010 0,154 0,025 0,431 28 10A 0,022 0,376 0,016 0,265 29 10B 0,003 0,024 0,012 0,191 30 10C 0,005 0,061 0,007 0,098 10. NITRIT Metode yang digunakan untuk pengukuran nitrit adalah reaksi Diazotasi- Spektrofotometri. Nitrit yang terkandung dalam sampel air bereaksi dengan asam sulfat dan larutan N-(1-Naphthyl ethylen diamin) dihidroclorida menghasilkan larutan berwarna merah-ungu yang intensitasnya diukur menggunakan spektrofotometer. C - 12

Intensitas warna merah-ungu yang terjadi sebanding dengan konsentrasi nitrit yang terkandung dalam sampel air. Semakin pekat warna larutan yang terjadi berarti semakin tinggi kandungan nitrit pada sampel air yang diteliti. Kurva Kalibrasi Nitrit Catatan: 1. Persamaan kurva kalibrasi nitrit: y = 1,3112x + 0,0103 2. Panjang Gelombang yang digunakan (): 550 nm 3. Absorbansi = 2 Log T Data yang diperoleh: No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 1 1A 0,001 0,012 0,009 0,022 2 1B 0,003 0,014 0,010 0,023 3 1C 0,007 0,019 0,014 0,029 4 2A 0,000 0,010 0,008 0,021 5 2B 0,011 0,025 0,012 0,026 6 2C 0,008 0,021 0,015 0,030 7 3A 0,000 0,010 0,012 0,026 8 3B 0,002 0,013 0,015 0,030 9 3C 0,003 0,014 0,034 0,055 10 4A 0,001 0,012 0,008 0,021 11 4B 0,002 0,013 0,012 0,026 12 4C 0,004 0,016 0,047 0,072 13 5A 0,000 0,010 0,011 0,025 14 5B 0,000 0,010 0,012 0,026 15 5C 0,000 0,010 0,023 0,040 C - 13

No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 16 6A 0,000 0,010 0,011 0,025 17 6B 0,031 0,051 0,019 0,035 18 6C 0,007 0,019 0,016 0,031 19 7A 0,000 0,010 0,008 0,021 20 7B 0,001 0,012 0,017 0,033 21 7C 0,009 0,022 0,024 0,042 22 8A 0,003 0,014 0,003 0,014 23 8B 0,004 0,016 0,026 0,044 24 8C 0,001 0,012 0,015 0,030 25 9A 0,003 0,014 0,010 0,023 26 9B 0,004 0,016 0,017 0,033 27 9C 0,009 0,022 0,046 0,071 28 10A 0,004 0,016 0,005 0,017 29 10B 0,006 0,018 0,012 0,026 30 10C 0,003 0,014 0,012 0,026 11. AMMONIUM Metode yang digunakan untuk pengukuran ammonium adalah metode Nessler- Spektrofotometri. Ammonium (NH + 4 ) dalam suasana basa dengan pereaksi Neessler membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning sampai coklat yang intensitasnya diukur menggunakan spektrofotometer. Intensitas warna kuning-coklat yang terjadi sebanding dengan konsentrasi ammonium yang terkandung dalam sampel air. Semakin pekat warna larutan yang terjadi berarti semakin tinggi kandungan ammonium pada sampel yang diteliti. Kurva Kalibrasi Ammonium C - 14

Catatan: 1. Persamaan kurva kalibrasi ammonium: y = 8,023x 0,096 2. Panjang gelombang yang digunakan: 420 nm 3. Absorbansi = 2 Log T Data yang diperoleh: No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 1 1A 0,199 1,501 0,022 0,081 2 1B 0,401 3,121 0,112 0,805 3 1C 0,515 4,036 0,159 1,179 4 2A 0,110 0,787 0,017 0,041 5 2B 0,286 2,199 0,103 0,732 6 2C 0,329 2,544 0,165 1,228 7 3A 0,087 0,602 0,058 0,366 8 3B 0,223 1,693 0,073 0,487 9 3C 0,317 2,447 0,124 0,902 10 4A 0,068 0,450 0,015 0,024 11 4B 0,147 1,083 0,089 0,616 12 4C 0,253 1,934 0,124 0,902 13 5A 0,131 0,955 0,033 0,171 14 5B 0,156 1,156 0,064 0,415 15 5C 0,187 1,404 0,077 0,520 16 6A 0,095 0,666 0,029 0,138 17 6B 0,082 0,562 0,268 2,057 18 6C 0,916 7,253 0,486 3,805 19 7A 0,129 0,939 0,046 0,276 20 7B 0,188 1,412 0,142 1,041 21 7C 0,348 2,696 0,424 3,309 22 8A 0,055 0,345 0,069 0,455 23 8B 0,086 0,594 0,089 0,618 24 8C 0,618 4,862 0,374 2,902 25 9A 0,048 0,289 0,021 0,073 26 9B 0,195 1,468 0,030 0,146 27 9C 0,374 2,905 0,170 1,268 28 10A 0,142 1,043 0,019 0,057 29 10B 0,252 1,926 0,111 0,797 30 10C 0,263 2,014 0,270 2,073 C - 15

10. ORTOFOSFAT Metode yang digunakan untuk pengukuran ortofosfat adalah Stanous Chlorida- Spectrofotometri. Ortofosfat dengan Ammonium Molibdat membentuk senyawa kompleks berwarna kuning. Dengan penambahan reduktor SnCl2 akan teeduksi membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Intensitas warna biru yang terjadi diukur dengan alat spektrofotometer. Intensitas warna biru yang terjadi sebanding dengan konsentrasi ortofosfat yang terkandung dalam sampel air. Semakin pekat warna larutan yang terjadi berarti semakin tinggi kandungan ortofosfat pada sampel yang diteliti. Kurva Kalibrasi Ortofosfat Catatan: 1. Persamaan kurva kalibrasi orthofosfat: y = 1,39x 0,007 2. Panjang gelombang yang digunakan (): 660 nm 3. Absorbansi = 2 Log T Data yang diperoleh: No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 1 1A 0,018 0,018 0,008 0,004 2 1B 0,025 0,028 0,038 0,046 3 1C 0,076 0,099 0,077 0,100 4 2A 0,016 0,015 0,011 0,008 5 2B 0,022 0,024 0,071 0,092 6 2C 0,088 0,115 0,085 0,111 7 3A 0,019 0,019 0,012 0,010 8 3B 0,006 0,001 0,032 0,037 C - 16

No. Sampel Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) Absorbansi Konsentrasi (mg/l) 9 3C 0,082 0,107 0,110 0,146 10 4A 0,017 0,017 0,015 0,014 11 4B 0,021 0,022 0,021 0,022 12 4C 0,137 0,183 0,201 0,272 13 5A 0,011 0,008 0,031 0,036 14 5B 0,023 0,025 0,006 0,001 15 5C 0,075 0,097 0,048 0,060 16 6A 0,019 0,019 0,017 0,017 17 6B 0,041 0,050 0,088 0,115 18 6C 0,192 0,260 0,276 0,377 19 7A 0,010 0,007 0,023 0,025 20 7B 0,030 0,035 0,064 0,082 21 7C 0,145 0,195 0,116 0,154 22 8A 0,007 0,003 0,024 0,026 23 8B 0,021 0,022 0,022 0,024 24 8C 0,205 0,278 0,402 0,552 25 9A 0,008 0,004 0,018 0,018 26 9B 0,014 0,012 0,023 0,025 27 9C 0,057 0,072 0,092 0,121 28 10A 0,009 0,006 0,046 0,057 29 10B 0,015 0,014 0,039 0,047 30 10C 0,101 0,133 0,068 0,088 C - 17

LAMPIRAN D DOKUMENTASI

DOKUMENTASI PengambilanSampelAir BotolSampel PengukuranAsiditasAlkalinitas PengukuranKecerahan PengukuranDO,pH,dan Temperatur SampelAir

Titik1 Titik3 Titik5 Titik2 Titik4 Titik6

Titik7 Titik9 Titik8 Titik10