HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN JUMLAH PERAWAT DI PUSKESMAS WAEPANA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA PROPINSI NTT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

A W Suranto Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arikunto Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

Pengaruh Fasilitas Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap BLUD RS Sekarwangi Kabupaten Sukabumi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN EMPATI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG TERATAI RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN. Puguh Jaya*,Suratmi** ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI NON-VERBAL PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian praktik keperawatan dan caring melalui laporan perawat ahli.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

HUBUNGAN PENGEMBANGAN KARIER PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

INTISARI HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERAWATAN PASCA HOSPITALISASI DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT DI RUANG TERATAI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Kayadoe. RSUD Dr. M. Haulussy Ambon adalah rumah sakit negeri

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR SKEMA... x

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN JIWA DI IRJ RSJD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

PENGARUH KINERJA PERAWAT DAN PENGORGANISASIAN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP MENGGUNAKAN METODE TIM DI RSI FAISAL MAKASSAR

Koping individu tidak efektif

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

Transkripsi:

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO 1 Megarista Aisyana, 2 Iin Rahayu Abstrak Hubungan yang harmonis antara perawat rumah sakit dengan pasien melalui komunikasi terapeutik maka pasien menerima pelayanan kesehatan merasa nyaman. Apalagi jika perawat rumah sakit menjalankan kebijakan iklim komunikasi bebas buka, hal ini dapat diartikan, 24 jam terbuka pintu terhadap pasien untuk membicarakan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan beban kerja dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 32 reponden. Hasi dari penelitian ini adalah (56,67%) responden menyatakan beban kerja sedang dan melaksanakan komunikasi terapeutik dengan kurang sedangkan 3 responden (10,00%) dengan beban kerja ringan yang melakukan komunikasi terapeutik dengan baik. uji statistik dengan menggunakan spearman Rho didapatkan nilai korelasi r s = 0,744 dengan nilai signifikansi 0,000 (ρ < 0.05), itu berarti H 1 diterima artinya terdapat hubungan beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat terhadap pasien, sehingga penerapan komunikasi perawat dapat mempengaruhi output yang dihasilkan oleh penyedia pelayanan kesehatan. Kata Kunci: Beban Kerja, Komunikasi Terapeutik

Rumah sakit seringkali menghadapi masalah kekurangan tenaga, jumlah tenaga yang dibutuhkan di rumah sakit terus meningkat karena pelayanan yang diberikan juga makin beragam serta makin canggih. Kurangnya tenaga dapat membuat beban kerja bertambah, sehingga akhirnya mutu kerja menurun (Tjandra YP, 2003). Hubungan yang harmonis antara perawat rumah sakit dengan pasien melalui komunikasi terapeutik maka pasien menerima pelayanan kesehatan merasa nyaman. Apalagi jika perawat rumah sakit menjalankan kebijakan iklim komunikasi bebas buka pintu (Russel, 2000) hal ini dapat diartikan, 24 jam terbuka pintu terhadap pasien untuk membicarakan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Telah diketahui bahwa perawat merupakan salah satu pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi dengan jam kerja yang panjang. Tingginya beban kerja perawat dalam melaksanakan tugas keperawatan maupun tugas non keperawatan mengakibatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik belum bisa dilaksanakan dengan optimal (Nasir A, 2009). Sebagaimana diuraikan diatas, bahwa setiap hubungan sosial antara perawat dengan pasien, bisa saja tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini berhubungan erat dengan beban kerja. Beban kerja berkaitan erat dengan produktivitas tenaga kesehatan, dimana 53,2 % waktu yang benar-benar produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya, 46,8 % digunakan untuk kegiatan penunjang (Ilyas, 2000). Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional yaitu jumlah jam kerja perawat dalam satu minggu adalah 40 jam, bila hari kerja efektif 5 hari perminggu maka 40/5 = 8 jam perhari, bila hari kerja efektif 6 hari perminggu, maka 40/6 = 6,6 jam perhari dibulatkan menjadi 7 jam perhari. (Depkes RI, 2006) dalam Sadariah (2008). Berdasarkan hasil survey di RSUD Brebes tentang komunikasi yang dilakukan oleh perawat pada 10 pasien 60% mengatakan kurang puas, 20% mengatakan cukup puas dan 20% mengatakan puas (Olivia, 2012). Sedangkan hasil survey pelayanan masyarakat miskin di RSUD Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro diperoleh data tentang komukasi yaitu sangat puas sebanyak 13 responden (11,40%), puas 73 responden (64,04%), kurang puas 25 responden (21,93%) dan tidak puas 3 responden (2,63%). Menurut Sedarmayanti (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

beban kerja adalah sikap kerja, tingkat ketrampilan, hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan unit organisasi, manajemen kinerja atau produktivitas, efisiensi tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja serta kreativitas dalam bekerja dan berada pada jalur yang benar dalam bekerja. Rumah sakit seringkali menghadapi masalah kekurangan tenaga, jumlah tenaga yang dibutuhkan di rumah sakit terus meningkat karena pelayanan yang diberikan juga makin beragam serta makin canggih. Kurangnya tenaga dapat membuat beban kerja bertambah, sehingga akhirnya mutu kerja menurun (Tjandra YP, 2003). Tujuan Umum Mengetahui Hubungan beban kerja dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Desaign penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus (Notoatmodjo S, 2005 : 145). 1. Karakteristik Responden 1) Distribusi Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS Aisyiyah No. 1. 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Frekuensi 16 14 Persentase 53,33 46,67 Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (53,33%). 2) Distribusi Umur Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di RS Aisyiyah No. Umur Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. 21-25 26-30 31-35 36-40 5 4 11 10 16,67 13,33 36,67 33,33 Dari Tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa kurang dari

sebagian responden berumur antara 31-35 sebanyak 11 responden (36,67%). 3) Distribusi Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan Di RS Aisyiyah No. 1. 2. 3. Lama bekerja Kurang dari 1 1-5 Lebih dari 5 Frekuensi 5 6 19 Persentase 16,67 20,00 63,33 N o. 1. 2. Pendidi kan D3 Kepera watan S1 Kepera watan Freku ensi 25 5 Perse ntase 83,33 16,67 Dari table 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 25 responden (83.33%). Data Khusus Dari tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian responden telah bekerja lebih dari 5 sebanyak 19 responden (63,33%). 1. Distribusi responden berdasarkan beban kerja perawat Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja Perawat Di RS Aisyiyah No Beban Perawat Kerja 1. Beban kerja berat Jumlah Persentase 0 0 4) Distribusi Lama Bekerja Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja Di RS Aisyiyah 2. Beban kerja sedang 3. Beban kerja ringan 4. Tidak menjadi beban 22 73,33 8 26,67 0 0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden menyatakan beban kerja ringan sebanyak 22 responden (73,33%). 2. Distribusi responden berdasarkan komunikasi terapeutik Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Terapeutik Di RS Aisyiyah No Komunikasi Terapeutik Jumlah Persentase 1. Baik 3 10 2. Cukup 10 33,33 3. Kurang 17 56,67 Jumlah 32 100 Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden melakukan komunikasi terapeutik kurang sebanyak 17 responden (56,67%). 3. Tabulasi silang berdasarkan hubungan beban kerja perawat dengan komunikasi terapeutik Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Komunikasi terapeutik Di RS Aisyiyah No Beban kerja Komunikasi terapeutik Kurang Cukup Baik Jumlah n % n % n % n % 1. Berat 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Sedang 17 56,67 5 16,66 0 0 22 73,33 3. Ringan 0 0 5 16,67 3 10,00 8 26,67 4. Tidak menjadi beban 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 17 56,67 10 33,33 3 10,0 30 100 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 17 (56,67%) responden menyatakan beban kerja sedang dan melaksanakan komunikasi terapeutik dengan kurang sedangkan 3 responden (10,00%) dengan beban kerja ringan yang melakukan komunikasi terapeutik dengan baik.

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan spearman Rho didapatkan nilai korelasi r s = 0,744 dengan nilai signifikansi 0,000 (ρ < 0.05), itu berarti H 1 diterima artinya terdapat hubungan beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Pembahasan Beban Kerja Perawat Hasil penelitian pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden menyatakan beban kerja ringan sebanyak 22 responden (73,33%). Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan beban berat pada pernyataan no. 3 tentang memperhatikan kebutuhan fisik klien (misalnya melaksanakan personal hygiene pada setiap klien) dan beban paling ringan pada no. 2 tentang melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab (pemberian obat, pemeriksaan laboratorium dan persiapan klien yang akan operasi). Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktifitas kerja yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja (Sudiharto, 2001). Analisa beban kerja dapat dilihat dari aspek-aspek seperti jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik, tugas-tugas dan waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, begitupun tugas tambahan yang dikerjakan (Irwandy, 2007). Perawat membutuhkan lingkungan kerja yang baik, karena lingkungan kerja merupakan lingkungan internal yang mempengaruhi perilaku perawat dalam menjalankan tugasnya. Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat menganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat misalnya perawat merasa tugas yang dilakukan bukan bagian wewenangnya sebagai perawat. Sesuai dengan teori di atas sebagian besar perawat menyatakan beban kerja di RS Aisyiyah Bojonegoro termasuk beban kerja sedang. Hal ini dapat dipengaruhi dari pengalaman dari responden, dimana sebagian besar telah bekerja di RS Aisyiyah Bojonegoro lebih dari 5. Pengalaman akan memberikan wawasan yang lebih luas kepada responden tentang cara untuk mengurangi atau mengalihkan pekerjaan yang dapat menjadi beban kerja dengan cara mereka masing-masing. Pengalaman dalam menghadapi berbagai bentuk masalah dalam melaksanakan pelayananan keperawatan memberikan berbagai pilihan solusi berhubungan dengan beban kerja, yang hal ini belum tentu dimiliki oleh responden yang belum banyak memiliki pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan khususnya di RSA Kegiatan pokok yang masih menjadi beban bagi perawat di RS AIsyiyah Bojonegoro adalah memberikan pelayanan personal hygiene, hal ini bisa disebabkan karena jumlah perawat yang dirsakan masih belum dapat memberikan pelayanan keperawatan secara maksimal. Sehingga, kegiatan personal hygiene yang memungkinkan untuk diserahkan kepada pasien dan keluarganya tidak dilakukan oleh perawat yang lebih banyak melakukan kegiatan yang dianggap lebih prioritas. Komunikasi terapeutik Hasil penelitian pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa kurang dari sebagian responden melakukan komunikasi terapeutik kurang sebanyak 17 responden (56,67%). Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui bahwa komunikasi terapeutik perawat masih kurang pada pernyataan no. 5, 6 dan 7 yaitu pada saat memberikan pelayanan keperawatan perawat memberikan respon pada pasien terhadap apa yang telah pasien ungkapkan, mengarahkan pembicaraan pasien dan membagi ide dengan pasien tentang apa yang pasien pikirkan. Menurut Hamid (2000) bahwa perawat profesional harus selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik dimana setiap interaksinya akan memberikan dampak terapeutik bagi pasien yang dilayaninya. Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki interpretasi yang berbeda terhadap

suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki lebih menunjukan indepedensi dan status dalam kelompoknya. Sesuai dengan teori diatas sebagian besar perawat di RS Aisyiyah Bojonegoro melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien masih kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin responden dimana sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik, perempuan akan lebih ramah dan telaten melakukannya. Komunikasi yang dilakukan perempuan dapat meningkatkan kedekatan dengan pasien, sedangkan laki-laki sebagian besar kurang sabar untuk melakukan pembicaraan yang panjang. Komunikasi yang masih kurang diberikan berupa memberikan respon pada pasien terhadap apa yang telah pasien ungkapkan, mengarahkan pembicaraan pasien dan membagi ide dengan pasien tentang apa yang pasien pikirkan. Komunikasi tersebut dianggap perawat sebagai suatu hal yang berkaitan dengan individu pasien bukan mengenai ilmu kesehatan atau penyakit sehingga kurang menjadi perhatian perawat dalam memberikan komunikasi terapeutik. Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Komunikasi terapeutik Hasil penelitian pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 17 (56,67%) responden menyatakan beban kerja sedang dan melaksanakan komunikasi terapeutik dengan kurang sedangkan 3 responden (10,00%) dengan beban kerja ringan yang melakukan komunikasi terapeutik dengan baik. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Spearman Rho didapatkan nilai korelasi r s = 0,744 dengan nilai signifikansi 0,000 (ρ < 0.05), itu berarti H1 diterima artinya terdapat hubungan beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara subjektif dan secara objektif. Beban kerja secara objektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subjektif adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja (Groenewegen dan Hutten, dalam Irwandy, 2007). Telah diketahui bahwa perawat merupakan salah satu pekerjaan dengan beban kerja yang tinggi dengan jam kerja yang panjang. Beban kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang ini akan membuat perawat rentan mengalami stress. Seorang perawat yang mengalami stress dan cemas saat berinteraksi akan tampak dalam ekspresi wajah dan perilakunya. Stress mengakibatkan perawat tidak mampu berkonsentrasi sehingga fokus menjadi terpecah serta tidak mampu mengendalikan diri, serta mengakibatkan perawat tidak mampu mendengarkan keluhan yang diutarakan pasien dengan baik. Sedangkan mendengarkan dengan baik merupakan salah satu teknik komunikasi terapeutik yang harus dilakukan perawat saat berkomunikasi dengan klien (Nasir A, 2009). Teori diatas sesuai dengan hasil penelitian di RS Aisyiyah dimana sebagian besar responden menyatakan beban kerja sedang dan melakukan komunikasi terapeutik masih kurang. Beban kerja bisa dinilai secara obyektif dan subyektif. Perawat yang merasa bahwa beban kerja berat akan merasa tertekan melaksanakan pekerjaanyang dianggap keluar dari tanggung jawabnya. Perawat yang merasa tertekan dengan beban kerja tidak akan dapat melaksanakan komunikasi secara bebas dan hanya akan melaksanakan pekerjaan yang dianggap sebagai tanggung jawabnya saja. Komunikasi terapeutik dilakukan membutuhkan waktu luang sedangkan perawat dengan beban kerja berat akan merasa pelaksanaan komunikasi terapeutik tersebut malah akan menambah beban kerjanya saja. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS Aisyiyah Bojonegoro maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Lebih dari sebagian perawat di RS Aisyiyah Bojonegoro menyatakan beban kerja sedang.

2. Kurang dari sebagian perawat di RS Aisyiyah Bojonegoro melaksanakan komunikasi terapeutik kurang. 3. Ada hubungan beban kerja dengan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien di RS Aisyiyah Saran Dengan melihat hasil kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran dari penulis yakni sebagai berikut: Bagi Institusi Rumah Sakit Diharapkan manajemen rumah sakit dapat memberikan kontribusi dalam memperhatikan pelaksanaan beban kerja perawat. Sehingga perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang nantinya dapat memberikan kepuasan pada penderita dan keluarga dengan melaksanakan komunikasi terapeutik dengan baik dan memberikan kepercayaan terhadap pelayanan di RS Aisyiyah Bagi Profesi Keperawatan Pelayanan keperawatan yang bermutu dapat dicapai salah satunya tergantung keseimbangan beban kerjanya, dari hal tersebut dapat meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya di rumah sakit dengan meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik kepada pasien. Bagi Instansi Pendidikan Dengan adanya pengetahuan tentang hubungan beban kerja perawat dengan komunikasi terapeutik sehingga hasil penelitian dapat dijadikan pendukung teori yang sudah ada. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk mengembangkan penelitian lainnya terutama dalam upaya mengetahui beban kerja dan komunikasi terapeutik. DAFTAR PUSTAKA Adipradana, (2008). Analisa Beban Kerja. http://adipradana.wordpress.com. Diakses 3 Januari 2014 Arwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC Depkes RI. (2001). Pengelolaan Tenaga Kerja Kesehatan. http://www.depkes.go.id/indeks.php?. Diakses 3 Januari 2014. Dwidiyanti. (2008). Keperawatan dasar : konsep caring Komunikasi Etik dan spiritual dalam pelayanan kesehatan. Semarang : Hasani Ilyas, Yaslis. (2000). Perencanaan Sumber Daya Manusia Runah Sakit. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Irwandy. (2007). Produktifitas Tenaga Kesehatan. http://irwandykapalawi. wordpress.com/200710.28/ Diakses 3 Januari 2014. Keliat Budi Anna. (2006). Hubungan Terapeutik Perawat Klien, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Nasir, Abdul. (2009). Komunikasi dalam keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Cetakan 3. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. (2008). Majanemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Purwanto S. (2007). Komunikasi dalam Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta. EGC. Samba, S. (2009). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis. Jakarta. EGC

Sedarmayanti. (2003). Tata Kearsipan Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern. Bandung : Mandar Maju Stuart G.W dan Sundeen S.J. (1998). Buku Saku Ilmu Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2007). Stastitika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. TjandraYoga A. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi 2. Jakarta: UI Press. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1 Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC.