BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

FUNGSI PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DUSUN WERU DESA JETAK KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG. Skripsi

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

PERTEMUAN MINGGU KE 5

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

- alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) - organisasi kekuatan (politik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

Bab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

KEBUDAYAAN: PELURUSAN ATAS PEMAKNAAN Oleh Sumaryadi Staf Pengajar pada FBS UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Antropologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

Penduduk, Masyarakat dan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR

KONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan

REDESAIN KOMPLEKS GEREJA KATOLIK PAROKI SANTA THERESI BONGSARI SEMARANG

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

(Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

TEMPAT DOA KRISTIANI DI SEMARANG

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si


BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

No membangun kurikulum pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide, prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik

KAJIAN ILMIAH TERHADAP PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

TUGAS AKHIR 135. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Pdt Gerry CJ Takaria

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

BAB III. Perbedaan individual

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Antropologi Psikologi

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa antara kebudayaan dan pembangunan memiliki korelasi yang erat. Menurut Koentjaraningrat dalam kebudayaan suatu masyarakat di dalamnya terdapat sistem nilai budaya yang dianggap bersifat positif, sehingga memungkinkan masyarakat tersebut berkembang, sebaliknya dalam sistem nilai budaya tersebut juga mengandung hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dapat menghambat pembangunan suatu masyarakat (Koentjaraningrat, 1984:83). Masyarakat merujuk kepada kumpulan manusia yang hidup bersama disuatu tempat atau wilayah tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju ke tujuan yang sama (Prasetya, dkk. 2004:36). Sedangkan kebudayaan, merujuk nilai-nilai dan cara hidup yang dimiliki bersama, oleh para warga masyarakat, oleh karena itu masyarakat dan kebudayaan adalah dwi tunggal. Keduanya merupakan suatu mata uang dengan dua sisi. Ia tidak dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Masyarakat adalah wadah pergaulan hidup dan kebudayaan adalah isi dan produk dari 7

kehidupan bersama. Jadi antara manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan karena memiliki hubungan yang sangat erat antara keduanya, tanpa kebudayaan manusia tidak bisa bertahan hidup dan sebaliknya tanpa manusia budaya akan mati (Koentjaraningrat, 1984:34). b. Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsurnya Menurut Prasetya dalam ilmu budaya dasar kebudayaan terdiri dari tiga wujud yaitu: 1) Wujud kebudayaan ideal sebagai suatu kompleks, dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya di dalam kepala-kepala, atau dengan kata lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat dan adat istiadat. 2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan ini sifatnya konkret mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri sebagai rangkaian aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat. 8

3) Wujud kebudayaan sebagai hasil benda-benda karya manusia. Wujud kebudayaan ini sifatnya paling konkret dan berupa hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan diatas, dalam realita kehidupan manusia tidak terpisah antara satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah pada tindakan dan hasil karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membuat suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama menjauhkan manusia dari lingkungan alamiah (Prasetya, dkk. 2004:32). c. Kebudayaan Sebagai Benda Fisik Wujud kebudayaan fisik dapat berupa hasil karya manusia yang berbentuk benda, karena bersifat konkret, maka dapat dilihat, dirasakan, dipegang, dipindahkan, dipugar, dan sebagainya. Kebudayaan fisik itu beraneka ragam, dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang canggih (Tri Widiarto, 2007:14). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga wujud kebudayaan itu tidak terlepas dan berdiri sendiri-sendiri. Ketiganya bercampur menjadi satu kesatuan yang utuh. Artinya gagasan ide-ide mengilhami manusia untuk beraktivitas yang pada gilirannya dapat menghasilkan karyakarya besar. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhan dengan cara belajar, yang 9

semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat dirinci sebagai berikut: 1) Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia. Karena itu menjadi: a) Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup. b) Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, ilmu pengetahuan. 2) Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin dengan diperoleh dengan cara belajar. 3) Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membuat kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin baik secara individual maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya. 4) Jadi kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia. Dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena yang tidak perlu dibiasakan dengan cara belajar, misalnya tindakan atas dasar naluri (instink), gerak reflek, sehubungan dengan itu kita perlu mengetahui perbedaan tingkah laku manusia dengan mahluk lainya, khususnya hewan (Widagdho, 2008:21). 10

d. Fungsi Kebudayaan Secara fungsional, keberadaan kebudayaan dapat ditunjukkan minimal tiga macam, sebagai berikut: 1) Fungsi Kebudayaan Untuk Melindungi Diri Terhadap Alam Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagian besar dipenuhi melalui kebudayaan yang bersumber dari pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya dari masyarakat, menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alam. 2) Fungsi Kebudayaan Untuk Mengatur Hubungan Antar-Manusia Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia hidup sendiri, maka tidak akan ada manusia lain yang terganggu oleh tindakan-tindakannya akan tetapi setiap orang, bagaimanapun juga hidupnya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. 3) Fungsi Kebudayaan Sebagai Wadah Segenap Perasaan Manusia Apabila manusia sudah mempertahankan diri dan menyesuaikan diri pada alam, juga kalau dia telah dapat hidup dengan manusia lain dalam suasana damai, maka timbullah 11

keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu dalam menyatakan perasaan dan keinginannya kepada orang lain, hal mana juga merupakan fungsi kebudayaan. Misalnya: kesenian yang dapat berujud seni suara, seni musik dan sebagainya, bertujuan tidak untuk mengatur hubungan antara manusia akan tetapi untuk mewujudkan perasaan-perasaan seseorang dan dicurahkan dalam bentuk karya seni (Tri Widiarto, 2007:36-38). 2. Sejarah Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, atau merupakan suatu rentetan atau kumpulan peristiwa masa lampau manusia yang mengandung perubahan (Kuntowijoyo, 1999:46). Sejarah sebagai penggelaran dari kehendak Tuhan mempunyai nilai yang vital; orang akan menjadi yakin dan sadar bahwa segala sesuatu itu pada hakikatnya ada pada-nya. Manusia hanya bisa merencanakan tetapi Tuhanlah yang menentukan (Wahit Siswoyo dalam Hugiono, P.K. Poerwantana, 1992:7). Dari definisi di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: sejarah adalah gambar tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga dapat dimengerti dan dipahami (Hugiono, P.K. Poerwantana, 1992:9). 12

3. Pertapaan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pertapaan berasal dari kata tapa yang berarti menjalani ulah batin dengan mengasingkan diri dari keramaian dunia serta menahan hawa nafsu, seperti menahan rasa lapar, rasa haus, dan rasa kantuk serta menahan nafsu lain yang bersifat biologis agar dapat mencapai ketenangan batin dan rasa hening yang menunjang tercapainya pernyataan rasa dan cipta sehingga sampai ke tingkat kepasrahan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa guna ajaran sacara gaib sesuai dengan tujuan spiritual yang ingin dicapainya. Sedangkan pertapaan itu sendiri merupakan segala sesuatu mengenai bertapa, tempat orang bertapa (Depdikbut, 1996:1009). Pertapaan merupakan suatu perwujudan misteri gereja. Di situ tidak ada sesuatu yang lebih diutamakan dari pada memuji kemuliaan Bapa dan segenap cara diusahakan agar seluruh tata hidup bersama benar-benar selaras dengan hukum tertinggi Injil. Di pertapaan ini para rubiah berusaha berbela rasa dengan seluruh umat Allah dan turut aktif mengharapkan kesatuan semua orang Kristiani (Konstitusi OCSO 3). B. Penelitian yang relevan Dalam jurnal yang ditulis oleh Ni Made Ari Yuliantari. Yang berjudul Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan, Canggu (Perspektif Sejarah, Arsitektur dan Fungsinya sebagai Media Penumbuh Kembangkan Kerukunan Hubungan Antar Agama). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Sejarah berdirinya Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan, (2) Arsitektur 13

Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan, dan (3) Fungsi Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan Canggu sebagai media penumbuh kembangan kerukunan hubungan antar agama. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jalan memahami situasi sosial, peristiwa, dan interaksi. Serta dengan menggunakan metode sejarah dengan langkah-langkah yaitu: 1) Heuristik (observasi, wawancara, dan studi pustaka atau dokumentasi), 2) kritik sumber, 3) Interpretasi, 4) Historiografi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa (1) Sejarah berdirinya Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan dikarenakan gereja yang lama tidak mampu lagi menampung jumlah umat yang semakin banyak; (2) Arsitektur Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan mengadaptasi pola pelataran seperti yang ada di pura-pura Bali. (3) Fungsi Gereja Katolik Paroki Roh Kudus Babakan sebagai media penumbuh kembangan kerukunan hubungan antar agama ialah melibatkan umat Katolik dan umat Hindu dalam ritual-ritual yang ada di gereja. Penelitian ini akan membahas bagaimana sejarah dan fungsi Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Dusun Weru Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Penelitian ini menjelaskan kehidupan dan kegiatan suster di pertapaan meliputi ibadah yang dilakukan tujuh kali sehari, lectio divina dan kerja tangan serta nilai dan manfaat-manfaat dari adanya Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono dalam bidang sosial, ekonomi, dan religi. 14

A. Kerangka Berpikir Pertapaan Gedono Sejarah Pertapaan Gedono Kehidupan Suster Kegiatan Suster Ibadat harian 7 kali sehari Lectio Divina Kerja tangan Nilai Manfaat Umat Katolik Tamu/Peziarah Masyarakat Desa 15