BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan seorang anak dipengaruhi oleh tiga lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

I. Pendahuluan. Lembaga bimbingan belajar adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

I. PENDAHULUAN. diperlukan modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas bangsa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Lembaga Bimbingan Belajar terhadap Pembelajaran Matematika

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kualitas pendidikan dari bangsa di negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sistematis dan terstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

I. PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan Indonesia dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. muda penerus bangsa untuk membangun negeri ini. menjalankan profesinya. Tidak hanya dalam mengajar kepada siswa didik, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan hal yang mutlak diperlukan

Kata Kunci: Efektivitas Komunikasi Antarpribadi, Motivasi Belajar, Konseling, SMA Sutomo I Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN VAK

BAB I Pendahuluan. Menengan Atas (SMA) saat beralih ke perguruan tinggi. Pada jenjang SMA untuk

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB III PENYAJIAN DATA. mengajukan beberapa pertanyaan untuk memperoleh data-data yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi tentunya menjadi suatu proses yang sangat diperlukan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas suatu masalah dan mengambil keputusan, serta banyak lagi hal yang lainnya. Perilaku komunikasi pertama yang dipelajari manusia berasal dari sentuhan orangtua Hal tersebut menjadi salah satu alasan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak mungkin terlepas dari kegiatan komunikasi di dalam keluarga, terutama antara orang tua dan anak (Mulyana, 2007: 17). Apabila dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, maka komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Hal ini terjadi karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, sehingga terjadi kontak pribadi di mana ketika pesan disampaikan. Dengan demikian, maka umpan balik pun akan berlangsung seketika itu juga (Effendy, 2003: 61). Komunikasi antarpribadi orangtua dan anak akan sangat memegang peranan penting sampai kapan pun selama manusia masih memiliki emosi. Orang tua dan anak memiliki hubungan manusiawi yang tercakup ke dalam jenis pergaulan Gemeinschaft. Ciri dari Gemeinschaft ialah bahwa seorang anggota Gemeinschaft tidak bisa keluar masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Orang tua umpamanya, walau apa pun yang terjadi, mereka akan tetap menjadi tua dari anak-anaknya. Mereka sama sekali tidak bisa membebaskan diri dari statusnya sebagai orang tua (Effendy, 2006: 139).

Salah satu hal yang tak luput dari perhatian orang tua dalam sebuah keluarga adalah soal pendidikan anak. Pada dasarnya pendidikan terdiri atas tiga jenis, yakni pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis dan bertingkat atau berjenjang yang dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi dan yang setaraf dengannya. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang dapat memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari. Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan yang teroganisasi dan sistematis yang berada di luar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri. Dengan kata lain, pendidikan jenis ini merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya (Sumber data: http://pls.unnes.ac.id/2011/pengertian-tiga-jenispendidikan/). Di antara ke tiga jenis pendidikan tersebut, pendidikan formal menjadi fokus utama. Rangkaian kegiatan belajar yang akan dilakukan anak dalam menyelesaikan pendidikan formalnya tentu saja memerlukan motivasi belajar. Motivasi belajar akan menjadi suatu pendorong bagi anak untuk belajar. Hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi belajar. Semakin tepat motivasi belajar yang dimiliki, maka akan semakin berhasil pula anak dalam pendidikan formalnya. Motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar. Melalui komunikasi antarpribadi yang baik antara orang tua dan anak, motivasi belajar anak dapat ditingkatkan. Akan tetapi, seringkali orang tua menduga bahwa kurangnya usaha anak mereka atau rendahnya prestasi anak di sekolah berasal dari ketidakmampuan atau ketidakpekaan gurunya (Wlodkowski dan Jaynes, 2004: 108). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh keluarga tampaknya semakin menyurut dalam memotivasi belajar anak. Padahal menurut Prof. Frederick Mosteller dan Daniel P. Moynihan dalam On Equality Opportunity (dalam Malik dan Iriantara,1994), prestasi akademik lebih banyak bergantung pada apa yang ada di keluarga dibandingkan dengan apa yang berlangsung di ruang kelas.

Tidak jarang motivasi belajar anak tampak semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Hanya dengan satu dari sekian kemungkinan gangguan, tidak menutup kemungkinan bisa mengusik motivasi belajar anak dan merusak tujuan-tujuannya. Contohnya, seperti masalah keluarga, penyakit, investasi keuangan, ruangan belajar yang terlampau panas, dan lain-lain. Hal-hal tersebut bisa menyebabkan motivasi belajar lenyap dalam sekejap. Motivasi belajar sangat rapuh dalam menghadapi gangguan-gangguan eksistensi kehidupan sehari-hari (Wlodkowski dan Jaynes, 2004:13-19). Dewasa ini, mulai terlihat adanya kecenderungan orang tua untuk sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab atas anak kepada pihak sekolah. Tanggung jawab keluarga sekarang dalam pendidikan sekolah dan pendidikan moral tidaklah sebesar tanggung jawab keluarga seperti pada masa lalu (Khairuddin, 1997: 52). Umumnya, hasrat belajar akan tumbuh di dalam diri anak apabila memiliki motivasi belajar yang tepat. Orang tua memberi pengaruh utama dalam menghidupkan dan menjaga motivasi belajar seorang anak. Peran mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak memberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap tahap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA bahkan sesudahnya (Wlodkowski dan Jaynes, 2004: 27). Ada masanya pertumbuhan motivasi belajar anak tidak terlihat atau bahkan tampak terhenti sama sekali dalam jangka waktu yang lama. Masa remaja menjadi waktu yang paling tidak stabil dalam hal kepedulian belajar anak. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap anak untuk memiliki motivasi belajar, terutama ketika masih berstatus sebagai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa kelas XI SMA merupakan anak yang sangat membutuhkan motivasi belajar yang tepat. Hal demikian disebabkan pula karena anak akan segera naik kelas XII. Selain itu, anak juga akan segera dihadapkan dengan UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UN (Ujian Nasional) sebagai syarat penentu kelulusan. Kegiatan belajar-mengajar di jenjang SMA akan ditekuni seorang anak dalam proses penyelesaian pendidikan formalnya. Anak akan sampai pada

tingkatan tersebut setelah melewati jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun sejak dari duduk di bangku SD (Sekolah Dasar) sampai dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Jenjang SMA ditempuh dalam waktu tiga tahun, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Di Kabanjahe, ada beberapa SMA yang bisa menjadi pilihan siswa yang baru lulus SMP untuk kemudian melanjutkan jenjang pendidikanya. Sekolah negeri tetap menjadi favorit, tidak hanya di kalangan anak tapi juga bagi orang tua anak. Pada umumnya, yang menjadi alasan adalah karena kualitas sekolah yang dinilai bagus dan ditambah lagi biaya pendidikannya lebih murah apabila dibandingkan dengan sekolah swasta. Hal tersebut dikarenakan ada subsidi dari pemerintah bagi sekolah negeri. Ada dua SMA negeri di Kabanjahe, yaitu SMA Negeri 1 Kabanjahe dan SMA Negeri 2 Kabanjahe. Sekolah sebagai sarana belajar tentu selalu berupaya memberikan pendidikan yang maksimal untuk para peserta didik dan demikian pula yang diterapkan oleh SMA Negeri 1 Kabanjahe. Sebelumnya, SMA Negeri 1 Kabanjahe dikenal dengan SMA Rumpun Bambu. Sejak tahun 1961 sampai sekarang, sekolah tersebut tetap menjadi SMA yang terbaik di tingkat Kabupaten Karo. Gedung sekolah diresmikan oleh Kolonel Jamin Ginting dan tetap berdiri kokoh sampai saat ini, apalagi setelah melalui renovasi pada beberapa ruangan kelas. Dengan menampilkan slogan sekolah yang menarik Mela mulih adi la rulih, artinya Malu pulang tanpa membawa hasil, SMA Negeri 1 Kabanjahe pun selalu berupaya menciptakan kegiatan belajar yang optimal untuk menunjang motivasi belajar para siswa. Dengan demikian, para siswa diharapkan selalu membawa hasil yang positif dari kegiatan belajar yang diikuti di sekolah. Wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Kabanjahe menyebutkan bahwa sekurangkurangnya sejak sepuluh tahun terakhir, SMA Negeri 1 Kabanjahe selalu berhasil meluluskan 100% peserta didiknya dengan minimal 60% diantaranya kemudian berhasil masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pada tahun pelajaran 2009/2010, siswa SMA Negeri 1 Kabanjahe yang diterima di Universitas Negeri ada 47 orang melalui jalur bebas tes, 24 orang melalui jalur tes UMB, dan 164 orang melalui jalur tes SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Lalu pada tahun pelajaran 2010/2011, tercatat ada 200 nama siswa yang diterima di Universitas Negeri. Selanjutnya menurut data terakhir, yakni pada tahun pelajaran 2011/2012, tercantum 244 nama siswa SMA Negeri 1 Kabanjahe yang diterima di Universitas Negeri di Indonesia. Prestasi ini jugalah yang lantas menjadikan SMA Negeri 1 Kabanjahe layak mendapat predikat sebagai SMA terfavorit di Kabupaten Karo. Pencapaian tersebut menjadi salah satu indikator keberhasilan seluruh tenaga pengajar dalam menjalankan peran mereka di lingkungan sekolah. Akan tetapi, hal itu tentu tidak terlepas pula dari keterlibatan orang tua anak. Orang tua adalah guru pertama dan paling penting dalam kehidupan seorang anak (Wlodkowski dan Jaynes, 2004: 27). Selain itu, keberhasilan tersebut juga menunjukkan bahwa para siswa SMA Negeri 1 Kabanjahe memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi karena adanya determinasi diri dan pilihan personal, pengalaman optimal dan penghayatan, minat, serta keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Motivasi belajar anak dapat tumbuh dan terjaga terutama melalui komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan orang tua. Melalui kegiatan tersebut, orang tua bisa menunjukkan keterlibatannya dalam menjaga dan meningkatkan motivasi belajar anak melalui berbagai cara. Misalnya melalui sikapnya yang mau mengingatkan dan membantu anak untuk mengerjakan tugas sekolah dari guru yang diberikan sebagai pekerjaan rumah (PR), memberikan pujian, menawarkan hadiah, misalnya orang tua membelikan gadget baru apabila anak mendapatkan hasil yang memuaskan dari kegiatan belajar di sekolah, serta membantu menciptakan suasana belajar yang nyaman saat berada di rumah. Selain itu, sikap orang tua yang terbuka dan mau mendengar juga akan sangat membantu meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui hal demikian, orang tua bisa lebih memahami apa yang sebenarnya sedang dirasakan dan paling dibutuhkan anak. Setelah itu, orang tua bisa menasihati anak dengan cara yang

lembut dan memberikan gambaran tentang masa depan kepada anak. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk membangun motivasi belajar anak serta menambah pengertian anak tentang manfaat belajar yang bisa diperoleh di kemudian hari nanti. Namun, apabila cara yang demikian kurang bisa menghidupkan motivasi belajar anak, orang tua juga bisa menjaga motivasi belajar anak lewat sebuah hukuman yang bijak. Misalnya, apabila anak mendapat nilai jelek di sekolah, maka orang tua akan mengurangi uang jajan anak. Hal seperti itu disebut dengan hukuman sebagai reinforcement (penguatan) negatif yang kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi (Sardiman: 2009, 94). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua terhadap motivasi belajar anak pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe. 1.2 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi orang tua yang dibatasi pada keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. 2. Yang dimaksud dengan motivasi belajar anak berdasarkan pendekatan humanistis dan kognitif yang dibatasi pada determinasi diri dan pilihan personal, pengalaman optimal dan penghayatan, minat, serta keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. 3. Objek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe. 4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2013 sampai dengan selesai.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: Sejauh mana pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua terhadap motivasi belajar anak pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi orang tua dan anak. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan motivasi belajar anak. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua terhadap motivasi belajar anak pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun mafaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan.