BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Joint United Nations Programme on Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deviciency Syndrome, yang

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus baru HIV tertinggi di Asia dan Pasifik pada tahun 2012, yakni Kamboja, Cina, India, Vietnam, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Thailand, dan Indonesia. Jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan HIV di 12 negara tersebut adalah 4.734.000 orang dan sebanyak 610.000 orang diantaranya berasal dari Indonesia. Kasus baru infeksi HIV di Indonesia meningkat 2,6 kali sejak tahun 2001 yakni dari 29.000 kasus menjadi sekitar 76.000 kasus pada tahun 2012. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan sampai dengan September 2014 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah penderita HIV dan AIDS yang cukup signifikan dalam periode satu triwulan. Dalam triwulan Juli sampai dengan September 2014 terdapat tambahan sejumlah 7.335 untuk HIV dan 176 untuk Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sehingga jumlah HIV dan AIDS yang dilaporkan 1 Januari sampai dengan 30 September 2014 adalah 22.869 untuk HIV dan 1.876 untuk AIDS. Data jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan provinsi menunjukkan bahwa Yogyakarta menjadi salah satu provinsi dengan kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014). 1

2 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kenaikan jumlah infeksi HIV dari tahun sebelumnya yakni dari 1.996 kasus di tahun 2013 menjadi 2.611 di tahun 2014. Sedangkan untuk jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan menurut provinsi sampai tahun 2014 di DIY, juga mengalami kenaikan dari tahun 2013 yang pada awalnya sejumlah 821 kasus menjadi 916 kasus (Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI, 2014). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA, 2014) Yogyakarta menjelaskan bahwa peningkatan penularan kasus HIV/AIDS tersebut didominasi melalui hubungan hubungan seksual. Penanggulangan HIV/AIDS memerlukan peningkatan kuantitas dan kualitas dari tenaga kesehatan, konselor, serta komponen masyarakat itu sendiri. Perawat merupakan bagian integral dari perawatan dan pengobatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) beserta keluarganya. Praktik keperawatan HIV/AIDS meliputi rangkaian perawatan menyeleruh, yakni dari pencegahan, diagnosis dan pengobatan, serta perawatan paliatif pada ODHA. Dalam praktik keperawatan HIV tingkat lanjut, perawat dapat berperan sebagai mentor, pelaku penelitian, serta berpartisipasi dalam komunitas masyarakat melalui program-program pencegahan (Association of Nurses in AIDS Care, 2007). Sebagaimana meningkatnya peran perawat dalam merawat ODHA, maka terlebih dahulu perawat harus memastikan kesiapan pendidikan yang memadai sebelum menjadi tenaga perawat. Namun, sebagian besar perawat di negaranegara berkembang tidak disiapkan dengan baik selama tahap pendidikan mereka dalam hal pengetahuan, keterampilan, serta sikap, sehingga pemberian perawatan

3 terkait HIV/AIDS ketika praktik menjadi kurang maksimal dan berkualitas (Knebel et al., 2008). Salah satu institusi pendidikan di DIY yang berperan dalam mencetak lulusan Ners yang profesional adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM). PSIK FK UGM menerapkan model kurikulum berbasis kompetensi dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran berfokus pada mahasiswa (student centered learning) dimana mata kuliah dikelola dan diorganisasi untuk pencapaian kompetensi yang sudah ditetapkan (PSIK FK UGM, 2011). Hal ini sesuai dengan pedoman pengembangan kurikulum di berbagai institusi penyelenggara pendidikan Ners di seluruh Indonesia, yakni kurikulum inti pendidikan Ners berbasis kompetensi tahun 2010 yang disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI, 2010). Kurikulum Pendidikan Ners pada tahap akademik (Sarjana Keperawatan) ditetapkan dengan mengacu kepada 60% kurikulum inti, yaitu 87 SKS (dari 144 SKS) terdiri dari 70% pengetahuan teori dan 30% penerapan praktik. Sedangkan, pengembangan kurikulum setiap institusi disesuaikan dengan visi dan misi institusi masing-masing dengan memasukkan muatan lokal 20% sesuai dengan keunggulan institusi dan 20% isu global, salah satunya yakni perawatan HIV/AIDS (AIPNI, 2010). Materi perkuliahan terkait HIV/AIDS di PSIK FK UGM sendiri disampaikan melalui kuliah, ceramah, tutorial, dan seminar dalam beberapa tingkatan blok, yakni blok 1.6, 2.1, 2.3, 2.5, dan 4.3. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, materi dapat disampaikan oleh dosen tetap, dosen tamu dari LSM, maupun

4 mendatangkan perawat klinik yang juga menjadi dosen tidak tetap di PSIK FK UGM. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Camillo, et al. (2013), disebutkan bahwa dosen mempunyai peran penting dalam mengajar materi HIV/AIDS, yakni dalam menyalurkan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan kontekstual dan mengevaluasi kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa. Berkaitan dengan aspek-aspek materi terkait HIV/AIDS, Nugraheni (2015) melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan penyakit HIV/AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM. Nugraheni meneliti sebanyak 224 mahasiswa dari lintas angkatan, yakni 2011-2014 yang menjadi responden penelitian, dimana hanya sebesar 60,5 % responden yang menjawab dengan tepat pernyataan pada kuesioner. Skor pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM terkait pengetahuan umum (faktor risiko dan akibat) HIV/AIDS sebesar 67,97%, skor pengetahuan terkait penularan HIV/AIDS sebesar 72,21%, skor pengetahuan terkait pencegahan HIV/AIDS sebesar 42,28%, dan skor pengetahuan terkait testing HIV/AIDS sebesar 21,73%. Selain itu, penelitian yang juga dilakukan oleh Antika (2012) mengenai tingkat kesiapan mahasiswa profesi PSIK FK UGM dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di rumah sakit menunjukkan bahwa sebanyak 72,4% memiliki tingkat kesiapan cognitive yang cukup tentang HIV/AIDS, sedangkan responden yang memiliki tingkat kesiapan cognitive yang baik yakni sebanyak 24,7%. Dari aspek afektif, hanya 59,8% dari 97 responden memiliki tingkat kesiapan afektif yang baik dalam memberikan asuhan

5 keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Hal tersebut menunjukkan bahwa standar kompetensi terkait HIV/AIDS dalam penataan kerangka pendidikan masih menjadi tantangan bagi PSIK FK UGM. Terlebih, berdasarkan informasi dari Kaprodi PSIK FK UGM, kompetensi terkait HIV/AIDS masih belum disebutkan secara rinci baik di panduan kurikulum AIPNI 2010 maupun di kurikulum program studi sendiri, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menggali kompetensi-kompetensi yang seharusnya diberikan oleh dosen terkait HIV/AIDS. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pembelajaran HIV/AIDS di PSIK FK UGM.

6 b. Mengetahui materi yang perlu disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar supaya mahasiswa mempunyai kompetensi yang cukup untuk merawat HIV/AIDS. D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan. Manfaat Praktis a. Bagi program studi Sebagai bahan masukan kurikulum akademik terkait pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di institusi pendidikan sehingga menjadi bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke klinik dan komunitas. b. Bagi dosen keperawatan Sebagai bahan pertimbangan dosen keperawatan ketika berpartisipasi dalam pembuatan kurikulum di masing-masing institusi, khususnya integrasi kompetensi keperawatan HIV/AIDS dalam kurikulum. c. Bagi pembaca dan peneliti lain Sebagai referensi dalam melakukan penelitian berikutnya. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sejenis yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain:

7 1. Penelitian oleh Wilson et al. tahun 2012 dengan judul Global Health Competencies for Nurses in The Americas. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan survei deskriptif eksploratif yang melibatkan 593 mahasiswa fakultas keperawatan dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin dan beberapa negara di Kepulauan Karibia. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al. bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa fakultas keperawatan mengenai kompetensi masalah kesehatan global yang perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi yang diajukan dalam penelitian ini penting bagi mahasiswa keperawatan dan mahasiswa menganggap perlunya penambahan kompetensi lain yang berjumlah 32 kompetensi. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah metode yang digunakan. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Selain itu, terdapat perbedaan pada sasaran (subjek penelitian) dimana peneliti mengambil dosen keperawatan di PSIK FK UGM sebagai responden penelitian. Perbedaan juga terletak pada variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa tentang HIV/AIDS pada program sarjana keperawatan. 2. Penelitian oleh Tafwidhah tahun 2010 dengan judul Hubungan Kompetensi Perawat Puskesmas dan Tingkat Keterlaksanaan Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Kota Pontianak. Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik korelasi dengan rancangan cross sectional dan

8 pendekatan kuantitatif. Responden diambil menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel yang didapat adalah 118 perawat. Untuk menguji hipotesis hubungan antara suatu variabel independen (kompetensi) dengan suatu variabel dependen (tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas) digunakan analisis bivariabel dan multivariabel dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif yaitu p<0,05, berarti terdapat hubungan antara kompetensi perawat puskesmas dan tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang masalah kompetensi. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tafwidhah adalah jenis penelitian kuantitatif. Selain itu, kompetensi yang akan diteliti oleh peneliti merupakan kompetensi mahasiswa keperawatan, bukan kompetensi perawat. Responden pada penelitian yang akan diteliti adalah dosen keperawatan, sedangkan responden pada penelitian Tafwidhah adalah perawat. 3. Penelitian oleh Aryakhiyati pada tahun 2011 dengan judul Analisis Sikap dan Kesiapan Dosen FK UGM terhadap Interprofessional Education (IPE). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan kesiapan dosen terhadap IPE di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penelitian yang dilakukan oleh Aryakhiyati merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai sikap dan kesiapan dosen FK UGM yang signifikan terhadap IPE berdasarkan

9 karakteristik responden program studi tempat mengajar yang menyertakan kelompok responden pendidikan dokter, umur, serta pengalaman lama mengajar. Sebanyak 79,45 % dosen FK UGM berada pada kategori pada kategori kesiapan terhadap IPE yang baik dan sikap dosen FK UGM terhadap IPE mayoritas berada pada kategori baik (78,10%). Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah sama-sama menjadikan dosen sebagai responden penelitian. Perbedaannya adalah dosen yang akan dijadikan responden oleh peneliti adalah hanya dosen ilmu keperawatan di FK UGM. Selain itu, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan dalam penanganan HIV/AIDS. 4. Penelitian oleh Modeste dan Adejumo (2014) yang berjudul Identification of HIV and AIDS-Related Competencies for Nurse Graduates in South Africa. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi tujuh kompetensi inti yang berhubungan dengan manajemen serta perawatan HIV dan AIDS untuk lulusan keperawatan. Pengumpulan data menggunakan teknik nominal group untuk mengumpulkan data dari dosen berbagai perguruan tinggi di Afrika Selatan. Selain itu, wawancara individu juga dilakukan pada perawat di klinis, perwakilan dari South African Nursing Council, mahasiswa yang baru saja lulus, dan ODHA. Tujuh kompetensi yang diidentifikasi adalah pengetahuan, etika, kebijakan, pendekatan interdisipliner, perkembangan personal dan professional, latihan mandiri secara holistik, dan pendidikan kesehatan. Setiap kompetensi terdiri dari kompetensi spesifik yang

10 memberikan rincian lebih tentang kompetensi inti sebagai hasil dari sintesis berbagai sumber data. Hasil terebut menyediakan daftar kompetensi yang lebih komprehensif yang berkaitan dengan perawatan dan manajemen HIV dan AIDS bagi lulusan perawat. Atas dasar tindak lanjut dari rekomendasi berbagai organisasi, kompetensi yang diidentifikasi terebut akan diintegrasikan lebih lanjut ke dalam kurikulum program sarjana keperawatan di salah satu universitas di Afrika Selatan, yakni University of the Western Cape. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tempat dan juga responden penelitian. Peneliti hanya akan menjadikan dosen keperawatan sebagai responden penelitian. Selain itu, meskipun penelitian yang dilakukan oleh Modeste dan Adejumo pada akhirnya akan dipetakan untuk bahan masukan kurikulum sarjana keperawatan, namun tujuan awal dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan untuk perawat yang baru saja lulus terkait manajemen HIV dan AIDS.