Direktorat Jenderal Perkebunan

dokumen-dokumen yang mirip
Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

RENCANA KINERJA TAHUNAN ( R K T )

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

2

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

Perkebunan Kementerian

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

BAB II RENCANA STRATEJIK

REVITALISASI PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

2

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

KATA PENGANTAR. Diharapkan rencana strategis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya tanaman tahunan kedepan.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TRHUN aoi'il

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

TRHUN IO I 5 RENCANA KINERJA TAHUNAN {RKT} DI REKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR. J J J :l J J J J J :3 J. J ri :t J J J J J J J J

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

LAPORAN KINERJA (LKJ)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

Program Pembangunan Perkebunan 2018

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2012 Direktur Tanaman Tahunan. Ir. Rismansyah Danasaputra, MM NIP

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BIRO HUKUM DAN HUMAS

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

Jakarta, Desember 2011

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... I. Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan Perkebunan... 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVITALISASI KEHUTANAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

Renstra BKP5K Tahun

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010. Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2013. Capaian kinerja tahun 2013 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2013 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar. Laporan kinerja Tahun 2013 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 138 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya. Jakarta, Maret 2014 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 3 1.3. Sasaran... 4 1.4. Ruang Lingkup... 4 II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN. 5 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013... 5 2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2013... 6 2.2.1. Startegi Umum... 6 2.2.2. Strategi Khusus... 10 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan... 10 2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas... 11 2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan... 13 2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan... 14 2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan... 15 2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia... 15 2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha... 17 2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup... 18 2.3. Target Menteri Pertanian... 19 2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014... 19 2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013... 20 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ii

2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013... 21 2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2013. 21 2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013. 22 2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2013... 23 III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL... 24 3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan... 24 3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)... 25 3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan... 26 3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan... 26 3.1.4. Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan... 26 3.1.5. Nilai Ekspor... 27 3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat... 27 3.1.7. Pendapatan Pekebun... 28 3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan... 28 3.2.1. Luas Areal... 28 3.2.2. Produksi... 30 3.2.3. Produktivitas... 34 IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013... 35 4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013... 35 4.1.1. Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2013... 36 4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 38 4.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2012... 39 4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 40 4.1.2. Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013... 41 4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar... 41 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iii

4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013... 41 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun 2013... 43 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim... 44 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013... 45 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun 2013... 46 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan... 47 4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013... 48 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun 2013... 49 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 51 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2013... 51 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun 2013... 53 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan... 54 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013... 54 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun 2013... 55 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan... 56 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)... 57 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2013... 58 4.2.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2013... 60 4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 iv

Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar.. 61 4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim... 64 4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan... 66 4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan... 69 4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 72 4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya... 74 4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan... 76 4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2013... 78 4.2.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4... 96 V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi... 97 5.1.1. Administrasi... 98 5.1.2. Teknis... 99 5.1.2.1. Perencanaan... 99 5.1.2.2. Pengorganisasian... 100 5.1.2.3. Pelaksanaan... 101 5.1.2.4. Pengawasan... 103 5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian... 103 5.2.1. Administrasi... 103 5.2.2. Teknis... 105 5.2.2.1. Perencanaan... 105 5.2.2.2. Pengorganisasian... 105 5.2.2.3. Pelaksanaan... 107 5.2.2.4. Pengawasan... 109 VI. PENUTUP... 110 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 v

DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2013... 25 Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2012 2013... 29 Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2009 2013... 31 Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2009 2013... 34 Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2013... 39 Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2013... 43 Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2013... 46 Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2013... 49 Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2013... 52 Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2013... 55 Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan Ambon Tahun 2013... 58 Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2013 per Eselon I di Lingkup Kementerian Pertanian... 59 Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2013... 61 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vi

Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2013... 63 Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2013... 65 Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2013... 68 Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun 2013... 71 Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2013... 74 Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun 2013... 75 Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2013... 77 Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai... 80 Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013... 80 Tabel 23. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013... 83 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 vii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2013... 112 Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2013... 122 Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2013... 128 Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2013... 145 Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2013... 154 Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 yang Dimonitor Oleh UKP4... 165 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 viii

BAB I PENDAHULUAN Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan terdiri atas perkebunan besar negara (5%), perkebunan besar swasta (24%) dan perkebunan rakyat (71%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 1

Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan. Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 2

dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan secara umum. Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada tahun 2013. Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2013. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja. 1.2. Tujuan Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 3

pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2013. 1.3. Sasaran Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas pada tahun 2013 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perkebunan. 1.4. Ruang Lingkup Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan yang dibiayai dengan APBN tahun 2013). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 4

BAB II ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Karena tahun 2013 merupakan bagian dari Renstra tahun 2010-2014, maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 5

dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan. 2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 2.2.1. Strategi Umum Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, strategi pembangunan pertanian tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga untuk tahun 2013, strategi umum pembangunan perkebunan mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan penjelasannya secara garis besar sebagai berikut: 1). Revitalisasi lahan Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 6

2). Revitalisasi perbenihan Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat. 3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian. 4). Revitalisasi sumberdaya manusia Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 7

Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian. 5). Revitalisasi pembiayaan petani Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian. 6). Revitalisasi kelembagaan petani Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 8

dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi. 7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 9

2.2.2. Strategi Khusus Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut: 1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan 2). Pengembangan komoditas 3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan 5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6). Pengembangan sumberdaya manusia 7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha 8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup. 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 10

1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan dan pendampingan yang intensif. 2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. 3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan. 2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 11

spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah: 1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik. 2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai. 3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan. 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran. 5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah. 6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 12

2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3) pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan 2014. Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi: (1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan berkelanjutan. (2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan. (3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan yang berasal dari perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 13

2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK). Rencana aksi dari strategi ini adalah: 1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan; 2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan menengah; 3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha; 4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk pengembangan usaha perkebunan; 5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 14

2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun e- government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut: (1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen, permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat. (2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait. 2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 15

(1) Petugas Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional. Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif. Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha. (2) SDM Pekebun dan Masyarakat Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan kemandirian pekebun dan masyarakat untuk mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan. Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha taninya. Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 16

2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas. Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah: (1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia. (2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah. (3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan. (4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 17

(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan. Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan. 2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah: (1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi tanah dan air. (2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan. (3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 18

(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidroorologis. (5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar. 2.3. Target Menteri Pertanian 2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014 Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu: (1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri; (2) Peningkatan diversifikasi pangan Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 19

Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak, lemak, dan gula. (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan. (4) Peningkatan kesejahteraan petani Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014. 2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2013 Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2013, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar 25%, triwulan II sebesar 50%, triwulan III sebesar 75% dan triwulan IV mendekati 100%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 20

2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2013 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal. Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 21

Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masingmasing. 2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 22

(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP 2 TP Medan, BBP 2 TP Surabaya dan BBP 2 TP Ambon. 2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3 Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 23

BAB III KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 3 KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL Pembangunan perkebunan tahun 2013 merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih lanjut, target dalam Renstra 2010-2014 dimaksud dijabarkan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2013. Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 ini menggambarkan capaian-capaian indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan sampai dengan tahun 2013. 3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2013 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut : Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 24

Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2013 NO. INDIKATOR CAPAIAN Laju Pertumb. 2009 2010 2011 2012 2013*) Per th (%) 1 Pertumbuhan PDB - harga berlaku (Rp milyar) 111.423 136.048 153.885 159.754 175.249 12,19 - harga konstan (Rp milyar) 45.558 47.151 49.260 51.760 54.903 4,78 2 Keterlibatan tenaga kerja (juta orang) 20,47 20,58 20,94 21,12 21,28 0,98 3 Investasi (Rp Triliun) 35,32 48,75 58,79 75,45 77,24 22,33 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 22,87 23,23 29,36 27,52 22,74 0,99 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) 1.555 1.600 1.702 1.832 1.886 4,96 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 16,99 24,73 32,22 29,96 26,82 14,61 7 NTP Perkebunan Rakyat 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38 0,23 Catatan: *) angka sementara 3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) Nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku, selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, mengalami pertumbuhan rata-rata 12,19% per tahun atau meningkat sebesar 57,28% dari Rp 111,42 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 175,25 triliun pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, PDB sub sektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 9,70%. Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 2009-2013 mengalami kenaikan ratarata 4,78% per tahun dari Rp 45,56 triliun tahun 2009 menjadi Rp 54,90 triliun pada tahun 2013. Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,07% dibandingkan tahun 2012. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 25

3.1.2. Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir sebesar 0,98% per tahun atau meningkat sebesar 3,96% dari 20,47 juta KK pada tahun 2009 menjadi 21,28 juta KK pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2013 yang ditargetkan berjumlah 20,90 juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai 101,82%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 0,76% jika dibandingkan tahun 2012. 3.1.3. Investasi Pembangunan Perkebunan Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun terakhir dari 2009-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 22,33% per tahun atau meningkat sebesar 118,69% dari nilai investasi sebesar Rp 35,32 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 77,24 triliun pada tahun 2013. Apabila dibandingkan dengan RKT tahun 2013 sebesar Rp 62,90 triliun maka realisasi investasi tahun 2013 mencapai 122,80%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 2,37% jika dibandingkan tahun 2012. 3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama tahun 2009-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 0,99% per tahun akan tetapi mengalami penurunan sebesar 0,57% dari tahun 2009 sebesar US $22,87 milyar menjadi Rp US$ 22,74% milyar pada Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 26

tahun 2013. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2012 yang besarnya US$25,77 milyar, atau mengalami penurunan 11,76% akibat lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di benua Eropa. 3.1.5. Nilai ekspor Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun (2009-2013) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,61% per tahun atau meningkat sebesar 36,65% dari nilai ekspor pada tahun 2009 sebesar US$ 16,99 milyar meningkat menjadi US$ 26,82 milyar pada tahun 2013. Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan tahun 2012, mengalami penurunan sebesar 10,48%. 3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) laju pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata sebesar 0,23% per tahun atau meningkat sebesar 0,87% dari 105,46 pada tahun 2009 menjadi 106,38 pada tahun 2013. Dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 106,38 atau capaiannya 99,30%. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1,81%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 27

3.1.7. Pendapatan Pekebun Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan 2013 ditetapkan sebesar US$1.780 per kepala keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir Desember 2013 sebesar US$1.886 (105,96%) dan jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,95%. Dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) pendapatan pekebun mengalami kenaikan rata-rata 4,96% per tahun. 3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan/minyak. 3.2.1. Luas Areal Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun 2009-2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 3,10% atau meningkat 12,98% dari 20,05 juta hektar pada tahun 2009 menjadi 22,65 juta hektar pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2013 yang nilainya 21,29 juta hektar, maka capaiannya sebesar 106,39%. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 28

Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,70% dari 22,05 juta hektar menjadi 22,65 juta hektar untuk tahun 2013. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 104,81%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2009-2013 No Komoditi Capaian luas areal (ha) 2009 2010 2011 2012 2013 *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.506.359 3.555.764 0,87 2 Kelapa 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.781.649 3.787.283-0,07 3 Kelapa Sawit 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.572.715 10.010.824 6,19 4 Kopi 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.235.289 1.240.919-0,47 5 Teh 123.506 122.898 123.938 122.206 122.545-0,19 6 Lada 185.941 179.318 177.490 177.787 178.251-1,04 7 Cengkeh 467.403 470.041 485.191 493.888 494.462 1,42 8 Kakao 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.774.463 1.852.944 3,95 9 Jambu Mete 572.114 570.930 575.841 575.920 576.181 0,18 10 Tebu 441.440 454.111 450.469 451.255 469.277 1,56 11 Tembakau 204.218 216.271 228.770 270.290 270.232 7,45 12 Kapas 12.622 10.194 10.238 10.901 11.152-2,51 13 Jarak Pagar 52.722 50.106 47.676 44.677 42.924-5,01 14 Nilam 24.498 24.472 28.008 33.255 33.507 8,46 15 Kemiri Sunan 779 918 944 995 995 6,52 Jumlah 20.046.303 20.530.404 21.311.326 22.051.649 22.647.260 3,10 Catatan: *) angka sementara Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 29

Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu nilam sebesar 8,46%, tembakau 7,45%, kemiri sunan 6,52%, kelapa sawit 6,16%, kakao 3,95% dan tebu 1,56%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti jarak pagar (5,01%), kapas (2,51%), lada (1,04%), kopi (0,47%) dan teh (0,19%). 3.2.2. Produksi Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2009 2013) mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,14% dari 29,95 juta ton pada tahun 2009 menjadi 38,97 juta ton tahun 2013 dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 6,83% per tahun. Dibandingkan dengan tahun 2012, produksi komoditi perkebunan mengalami peningkatan sebesar 5,07% dari 37,09 juta ton menjadi 38,97 juta ton untuk tahun 2013. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 40,60 juta ton, maka kinerja tahun 2013 sudah mencapai 95,98%. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 2. Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat, mengganggu jadwal dan pelaksanaan panen dan menurunkan rendemen yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu tembakau 14,11%, kelapa sawit 9,53%, Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 30

cengkeh 8,13%, karet 6,33%, nilam 1,82% dan lada 1,73% dan kapas 1,40%. Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu jambu mete (4,95%), jarak pagar (2,28%), teh (1,65%), dan tebu (0,06%) bahkan kemiri sunan sudah tidak produksi lagi. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2009-2013 Capaian produksi (ton) Laju Pertumb. No Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013*) Per th (%) 1 Karet 2.440.347 2.734.854 2.990.184 3.012.881 3.107.544 6,33 2 Kelapa 3.257.702 3.166.666 3.174.379 3.189.897 3.228.110-0,22 3 Kelapa Sawit 19.324.294 21.958.120 23.096.541 26.015.518 27.746.125 9,53 4 Kopi 685.170 686.921 638.647 691.163 698.887 0,64 5 T e h 156.901 156.604 150.776 145.575 146.682-1,65 6 Lada 82.834 83.663 87.089 87.841 88.675 1,73 7 Cengkeh 82.032 98.386 72.207 99.890 100.725 8,13 8 Kakao 820.496 837.918 936.266 740.513 777.539-0,51 9 Jambu Mete 147.403 115.149 114.789 116.915 117.538-4,95 10 Tebu 2.624.068 2.214.488 2.228.259 2.591.687 2.550.991-0,06 11 Tembakau 176.186 135.678 214.524 260.818 260.183 14,11 12 Kapas 3.145 3.174 2.275 2.978 3.029 1,30 13 Jarak Pagar 6.851 7.081 6.576 6.652 6.219-2,28 14 Nilam 138.800 110.300 143.281 125.700 138.500 1,82 15 Kemiri Sunan - 4.800 4.800 0 0 0,00 Jumlah 29.946.229 32.313.802 33.860.591 37.089.948 38.970.747 6,83 Catatan : *) Angka Sementara Dukungan swasembada gula nasional. swasembada gula pada tahun 2013 merupakan bagian dari target yang telah dituangkan dalam Roadmap swasembada gula tahun 2010-2014 yang Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 31

bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri, baik konsumsi langsung rumah tangga maupun industri sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan gula nasional. Dalam rangka mendukung program prioritas pembangunan pertanian, khususnya pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun 2014. Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004 melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan Roadmap Swasembada Gula Tahun 2010-2014 target produksi gula tahun 2013 adalah sebesar 4,93 juta ton akan terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas 350.000 ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,816 juta ton sesuai potensi sumberdaya yang dapat dikendalikan oleh Kementerian Pertanian dengan harapan masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga. Sampai dengan akhir tahun 2013 produksi gula mencapai 2,551 juta ton atau 90,59% dari target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 32

lahan yang sudah ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi produk berbasis tebu. Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2013 telah mencapai 469.228 hektar dengan produksi 2.551.024 ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha tebu mencakup 1.045.959 (kepala keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 67,60 juta dengan volume 518.300 ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai US$1.720,90 juta dengan volume 3,324 juta ton gula hablur pada Tahun 2013. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, impor gula mengalami peningkatan sebesar 15,92% dari 2,872 juta ton menjadi 3,328 juta ton pada tahun 2013. Pada tahun 2014 luas areal tanaman tebu diperkirakan mencapai 456.297 ha, dengan produksi mencapai 3,103 juta ton gula hablur. Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 33

3.2.3 Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir (2009 2013) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 2,40% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2012, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 13,35%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu cengkeh (7,21%), tembakau (6,99%), karet (4,64%), kakao (2,82%), kelapa sawit (2,63%), kapas (2,14%), dan lada (1,76%). Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5. Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2009-2013 No Komoditi Laju Capaian Produktivitas (kg/ha) Pertumb. 2009 2010 2011 2012 2013* Per th (%) 1 Karet 901 986 1.106 1.048 1.071 4,64 2 Kelapa 1.175 1.159 1.168 1.157 1170-0,10 3 Kelapa Sawit 3.487 3.595 3.450 3.722 3.855 2,63 4 Kopi 737 779 777 745 755 0,67 5 T e h 1.571 1.553 1.552 1.467 1.475-1,54 6 Lada 729 756 702 771 776 1,76 7 Cengkeh 268 322 248 325 327 7,21 8 Kakao 834 854 668 850 879 2,82 9 Jambu Mete 468 371 393 364 365-5,48 10 Tebu 5.952 5.292 5.191 5.770 5.473-1,75 11 Tembakau 867 760 625 1.009 975 6,99 12 Kapas 297 380 356 306 309 2,14 13 Jarak Pagar 468 462 434 353 346-7,00 14 Nilam 160 119 132 104 111-7,30 15 Kemiri Sunan - 667 667 0 0 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 34

BAB IV KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 4 KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013 Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). 4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 35

produksi,sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunantahun 2013 yang diukurhanyalah produksi. Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2013 secara nasional sebesar 89,97% yang dilaksanakan oleh 138 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 101 satker kabupaten/kota. 4.1.1. Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokankedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi). Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadapoutcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 36

perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnyaminimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 sebagai acuannya. Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 37

Tahunan tahun 2013, (b) Capaian Kinerja tahun 2012 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014. 4.1.1.1 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 38,97 juta ton atau 100,67% dari target 38,71 juta ton dari target Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2013. Capaian tertinggi pada komoditi tembakau (142,18%)dan secara berurutan sebagai berikut, cengkeh (119,91%), nilam (119,40,68%),karet (112,15%), sawit (102,59%),lada (99,63,16%), kelapa (96,42%), kopi (91,96%), teh (91,68%)tebu(90,56%)dan jambu mete (75,34%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kakao (71,20%), kapas (5,31%) dan untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar (21,44%) dan kemiri minyak/sunan (00,00%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 38

Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2013 PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS 2012 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 1 Karet 3.012.881 2.801.000 2.771.000 3.107.544 103,14 110,94 112,15 2 Kelapa Sawit 26.015.518 28.439.000 27.046.000 27.746.125 106,65 97,56 102,59 3 Kelapa 3.189.897 3.380.000 3.348.000 3.228.110 101,20 95,51 96,42 4 Kopi 691.163 738.000 760.000 698.887 101,12 94,70 91,96 5 Kakao 740.513 1.648.000 1.092.000 777.539 105,00 47,18 71,20 6 Jambu Mete 116.915 159.120 156.000 117.538 100,53 73,87 75,34 7 Lada 87.841 91.580 89.000 88.675 100,95 96,83 99,63 8 Cengkeh 99.890 85.510 84.000 100.725 100,84 117,79 119,91 9 Teh 145.575 182.000 160.000 146.682 100,76 80,59 91,68 10 Jarak Pagar 6.652 35.000 29.000 6.219 93,49 17,77 21,44 11 Kemiri Sunan 0 6.000 5.000 0 0,00 0,00 0,00 12 Tebu 2.591.687 3.100.000 2.817.000 2.550.991 98,43 82,29 90,56 13 Kapas 2.978 63.000 57.000 3.029 101,71 4,81 5,31 14 Tembakau 260.818 184.000 183.000 260.183 99,76 141,40 142,18 15 Nilam 125.700 124.000 116.000 138.500 110,18 111,69 119,40 Total 37.088.028 41.036.210 38.713.000 38.970.747 105,08 94,97 100,67 Catatan : * Angka sementara 4.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2012 Pada tahun 2013, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar38,97juta ton meningkat menjadi 105,08%dibandingkan capaian produksi tahun 2012yang besarnya 38,71 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 5,08%. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang baik dari beberapa komoditi. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi nilam (10,18%), kelapa sawit (6,65%) dan kakao (5,00%) serta secara Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 39

berurutan dikuti komoditikaret (3,14%), kapas (1,71%), kelapa (1,20%), kopi (1,12%), lada (0,95%), cengkeh (0,84%), cengkeh (0,84%), the 0,76%), jambu mete (0,53%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu tembakau (0,24%), tebu (1,57%),jarak pagar (6,51%) dan kemiri minyak/sunan (100,00%). 4.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pada tahun 2013, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 38,97 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2013telah mencapai 94,97%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi tembakau (141,41%), cengkeh (117,79%), nilam (111,69%) dan karet (110,94%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi kelapa sawit (97,56%), lada (96,83%), kelapa (95,51%), kopi (94,70%), tebu (82,29%), teh (80,59%) dan jambu mete (73,87%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kakao (47,18%), jarak pagar (17,77%), kapas (4,81%) dan kemiri sunan/minyak (0,00%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 40

4.1.2. Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 Dalam laporan kinerja ini yang disajikan untuk penetapan kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013adalahoutput penting dalam rangka mendukung pencapaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian.Output penting yang ditetapkan adalah pengembangan areal perkebunan. Dalam laporan ini disajikan capaian kinerja berupa (1). luas areal secara nasionaldan (2). luas areal yang dibiayai dengan APBN tahun 2013 dan (3) dukungan teknis yang terkait. 4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh. 4.1.2.1.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 41

nasional mencapai 3,889 juta hektaratau 99,24% dari target sebesar 3,919 juta hektar. Capaian tertinggi pada komoditi kakao (107,29%) dan cengkeh (103,23%),sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan yaitu teh (98,83%), lada (91,41%) dan kopi (89,02%). Namun demikian apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 3,58% atau mencapai 103,58%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kakao (106,91%), cengkeh (101,93%) dan kopi (100,56%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah lada (99,79%) dan teh (99,01%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar baru mencapai 97,25%. Namun luas areal cengkeh telah melebihi target renstra yaitu 102,23% dan kakao mencapai 105,76%. Sedangkan capaian komoditi lainnya secara berurutan yaitu teh (98,83%),lada (90,74%) dan kopi (86,00%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 42

Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 No Komoditi 1 Kopi 1.233.982 1.443.000 1.394.000 1.240.919 100,56 86,00 89,02 2 Kakao 1.733.228 1.752.000 1.727.000 1.852.944 106,91 105,76 107,29 3 Lada 178.622 196.450 195.000 178.251 99,79 90,74 91,41 4 Cengkeh 485.118 483.660 479.000 494.462 101,93 102,23 103,23 5 Teh 123.769 124.000 124.000 122.545 99,01 98,83 98,83 Total 2012 Catatan : * Angka Sementara Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 3.754.719 3.999.110 3.919.000 3.889.121 103,58 97,25 99,24 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas 39.738 hektar.realisasi fisiknya mencapai 36.295 ha(91,34%). Output kegiatan pentingpada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi seluas 5.834 ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kopi arabika 3.510 ha, intensifikasi tanaman kopi robusta 2.100 ha dan perluasan tanaman kopi robusta 224 ha. Realisasi fisik seluas 5.834 ha (100%) dari targetsesuai dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 2) Pengembangan tanaman teh melalui kegiatan intensifikasi dengan realisasi fisik seluas 575 ha atau mencapai 100% dari target sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 43

3) Pengembangan tanaman kakao seluas 1.346 ha yang terdiri atas perluasan tanaman kakao 1.298 ha, perluasan tanaman kakao pasca bencana 48 ha. Realisasi fisik seluas 1.346 ha (100%) dari target. Selain itukegiatan rehabilitasi kakao dari Gernas kakao, realisasinya 27.510 ha (97,28%) dari target sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 4) Pengembangan tanaman lada seluas 280 ha, yang terdiri atas rehabilitasi seluas 90 ha, dan perluasan tanaman lada 190 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 180 ha (64,29%) dari target 280 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Tetapi bila dibandingkan dengan adanya penurunan volume kegiatan akibat revisi penghematan anggaran yang targetnya menjadi 180 ha, maka capaiannya menjadi 100%. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 850 ha, untuk rehabilitasi 700 ha dan rehabilitasi di daerah pasca bencana 150 ha. Realisasi fisik mencapai 850 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Rincian capaian fisik per output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Lampiran 1. 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 44

Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam. 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai 784.168 hektar dari target sebesar 700.000hektar atau mencapai 112,02%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (197,10%) diikuti tembakau (131,82%) dan tebu (103,36%), sebaliknya yang tidak mencapai target adalahkapas (46,47%). Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 5,98% menjadi 105,98%. Seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan sebagai berikut tanaman kapas 116,59%,nilam (114,04%), tembakau (108,19%), dan tebu (104,01%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman semusim sudah melebihi target yaitu mencapai 111,34%.Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (186,15%) dan tembakau (131,82%) dan tebu mencapai 102,84%. Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 44,61%.Rincian Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Semusim tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 45

Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2013 No Komoditi 1 Tebu 451.191 456.297 454.000 469.277 104,01 102,84 103,36 2 Kapas 9.565 25.000 24.000 11.152 116,59 44,61 46,47 3 Tembakau 249.781 205.000 205.000 270.232 108,19 131,82 131,82 4 Nilam 29.381 18.000 17.000 33.507 114,04 186,15 197,10 Total 2012 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 739.918 704.297 700.000 784.168 105,98 111,34 112,02 4. 1. 2. 2.2. C a p a i a n K i n e r j a a t a s a l o k a s i A P B N T a h u n 2 0 1 3 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas 53.466 ha. Realisasi fisiknya mencapai 40.943 ha(76,58%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Swasembada gula nasional (Tebu) khususnya untuk perluasan tebu rakyat dan bongkar ratoon (peremajaan).capaian fisik seluas 37.495 ha (74,99%) dari target seluas 50.000 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Namun bila dibandingkan setelahrevisi seluas 52.310 ha, maka capaian realisasi fisiknya sebesar71,69%. 2) Pengembangan tanaman nilam seluas 156 ha untuk pengembangan komoditas ekspor yang meliputi kegiatan pembangunan kebun penangkar benih tanaman nilam seluas 6 ha dan penanaman tanaman nilam seluas 150 ha. Capaian realisasi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 46

fisik 153 ha (98,07%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 3) Pengembangan tanaman kapas seluas 3.300 ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri khususnya penanaman kapas seluas 3.130 ha dan pembangunan kebun induk seluas 170 ha. Capaian fisik seluas 3.285 ha (99,55%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 4) Demplot penanaman jarak kepyar dalam rangka pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan capaian fisik seluas 10 ha (100%)dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Semusim seperti pada Lampiran 2. 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunanadalah luas areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 47

4.1.2.3.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/ penetapan kinerja tahun 2013, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 17,974 juta hektar atau 107,82% dari target sebesar 16,671 juta hektar. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (238,47%) diikuti kelapa sawit (114,12%), karet (102,29%) dan jambu mete (100,03%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kelapa (98,96%), dan kemiri sunan/minyak (49,75%). Namun demikian apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, kinerja luas areal tanaman tahunan mengalami peningkatan sebesar 5,85% atau mencapai 105,85%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kelapa sawit (110,32%), kemiri sunan (103,43%) dan karet (102,06%). Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan adalah kelapa (99,99%), jambu mete (98,26%) dan jarak pagar (90,56%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman tahunan mencapai 106,31%.Capaian luas areal yang telah melebihi target renstra yaitu jarak pagar 202,43%, kelapa sawit 111,39% dan karet mencapai 101,97%. Sedangkan capaian komoditi lainnya secara berurutan yaitu jambu mete (99,86%), kelapa (98,81%) dan kopi (49,75%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan tahun 2013 sebagai berikut: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 48

Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2013 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi 2012 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2013 Realisasi* 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT/PK 2013 1 Karet 3.484.073 3.487.000 3.476.000 3.555.764 102,06 101,97 102,29 2 K. Sawit 9.074.621 8.987.000 8.772.000 10.010.824 110,32 111,39 114,12 3 Kelapa 3.787.724 3.833.000 3.827.000 3.787.283 99,99 98,81 98,96 4 Jambu Mete 586.358 577.000 576.000 576.181 98,26 99,86 100,03 5 Jarak Pagar 47.397 21.220 18.000 42.924 90,56 202,28 238,47 6 Kemiri Sunan 962 2.000 2.000 995 103,43 49,75 49,75 Total 16.981.134 16.907.220 16.671.000 17.973.971 105,85 106,31 107,82 4.1.2.3.2.Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak seluas 39.432 ha. Realisasi fisiknya mencapai 39.151 ha (99,29%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas 11.035 ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas 9.320 ha dan perluasan 1.715 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 10.635 ha (96,38%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 2) Pengembangan tanaman Kelapa seluas 24.480 ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas 21.275 ha dan perluasan 3.205 ha. Realisasi fisik mencapai 24.480 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 49

3) Pengembangan tanaman Kelapa sawit seluas 840 ha meliputi kegiatan pengembangan 500 ha, pengembangan model peremajaan 40 ha dan penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bersertifikat seluas 300 ha. Akibat perubahan alokasi anggaran maka terjadi penambahan areal pengembangan menjadi 961 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 961 ha (100%) dan bila dibandingkan dengan penetapan kinerja, capaiannya 114,40 % dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 3.052 ha melalui kegiatan peremajaan seluas 1.100 ha, Rehabilitasi seluas 300 ha, dan perluasan seluas 1.650 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 3.050 ha (99,93%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati (BBN)/bio energi seluas 25 ha. Realisasi fisik mencapai 25 ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Tanaman Tahunan seperti pada Lampiran 3. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 50

4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya. 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 220 kelompok tani atau 183,33% dari target. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 110 perusahaan atau sebesar 35,95% dari target 306 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 42 kasus sudah terlaksana dan sudah mencapai 100%. Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, untuk jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 27,91% menjadi 127,91%. Untuk perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO mengalami peningkatan menjadi Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 51

254,84% danperusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami penurunan menjadi 31,82%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 169,23%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 32,93% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 42 kasus namun masih dibawah dari target Renstra sebanyak 44 kasus (95,45%). Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2013 sebagai berikut: Rincian Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2013 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen danpembinaan Tahun 2013 No. 1 2 3 Kegiatan Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha 2012 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) Target Renstra 2010-2014 RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT 2013 172 130 120 220 127,91 169,23 183,33 31 334 306 110 254,84 32,93 35,95 132 44 42 42 31,82 95,45 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 52

4.1.2.4.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 210 kelompok tani. Realisasi fisiknya mencapai 220 kelompok tani (104,76%). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 9 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 2) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 58 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 153 kelompok tani atau 106,99% dari target 143 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 4) Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 110 perusahaan atau 35,95% dari target 306 perusahaan sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 5) Penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan sebanyak 42 kasus melalui inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasus gangguan usaha dan konflik perkebunan. Capaian fisik Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 53

untuk kegiatan ini sebanyak 42 kasus (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013 Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha seperti pada Lampiran 4. 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan. 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2013 Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 14.408 hektar dari target sebesar 5.300 hektar atau mencapai 271,85%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas 4.105 ha, kemudian secara berurutan kakao seluas 3.160 ha, tebu seluas 2.610 ha, kopi seluas 1.211 ha, lada seluas 846 ha, cengkeh seluas 800 ha, pala seluas 800 ha, karet seluas 526 hektar, kapas seluas 275 ha, jambu mete seluas 100 hektar dan tembakau seluas 75 ha. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 54

Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, mengalami peningkatan menjadi 420,06%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 271,85% dari target 5.300 hektar pada tahun 2014. Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2013 sebagai berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2013 Luas areal pengendalian (ha) Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan 2012 Target Renstra 2010-2014 RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra RKT 2013 1 Pengendalian OPT 3.430 5.300 5.300 14.408 420,06 271,85 271,85 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2013 Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seluas 14.395 ha, dan pelaksanaan SLPHT sebanyak 202 Kelompok Tani. R e a l i s a s i f i s i k n y a m e n c a p a i 1 4. 4 0 8 h a ( 1 0 0, 0 9 % ). Output kegiatan penting pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengendalian OPT seluas 14.395 ha meliputi pengendalian OPT tanaman Lada seluas 745 ha, kemudian secara berurutan yaitu kopi seluas 1.210 ha,cengkeh seluas 800 ha, pala seluas 800 ha, kakao seluas 3.260 ha, tebu seluas 2.610 ha, tembakau seluas Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 55

75 ha, kapas seluas 300 ha, kelapa seluas 3.970 ha, karet seluas 525 ha dan jambu mete seluas 100 ha. Capaian realisasi fisik secara berurutan yaitu lada seluas 846 ha (113,56%), kopi seluas 1.211 ha (100,08%), cengkeh seluas 800 ha (100%), pala seluas 700 ha (87,50%), kakao seluas 3.160 ha (96,93%), tebu seluas 2.610 ha (100%), tembakau seluas 75 ha (100%), kapas seluas 275 ha (91,67%), kelapa seluas 4.105 ha (103,40%), karet seluas 526 ha (100,19%) dan jambu mete seluas 100 ha (100%). Sehingga capaian realisasi fisik keseluruhan seluas 14.408 ha (100,09%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. 2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 202 Kelompok Tani, dengan capaian fisik sebanyak 197 Kelompok Tani (97,52%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2013. Rincian capaian fisik output kegiatan beserta lokasi penyebaran sebagaimana dituangkan dalam Penetapan Kinerja Direktur Perlindungan Perkebunan seperti pada Lampiran 5. 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan. Sedangkan sasaran strategis dalam penetapan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 56

kinerja tersebut adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produkdi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Realisasi fisiknya mencapai 100,00% dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset. 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2013 mencapai 87,55% dan hanya Balai Besar Surabaya yang telah melebihi target RKT tahun 2013 yaitu 133,11%. Sedangkan Balai Besar Medan dan Ambon capaian realisasinya dibawah target RKT tahun 2013. Capaian kinerja 2013 tersebut apabila dibandingkan dengancapaian kinerja tahun 2012, menurun menjadi 71,82% dan hanya Balai Besar Surabaya yang meningkat sebesar 6,89%. Demikian juga apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, secara nasional baru mencapai 83,38%, akan tetapi Balai Besar Surabaya telah melebihi target sebesar 126,78%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2013 mencapai 100,00% dan masing-masing balai telah memenuhi target Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 57

RKT tahun 2013. Sedangkan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012 telah terjadi peningkatan sebesar 4,35% atau capaian kinerja menjadi 104,35% dan dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, secara nasional baru mencapai 96,00%. Capaian Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2013 seperti tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2013 No. Kegiatan 1 Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) 2012 Target Renstra 2010-2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) RKT 2013 Realisasi 2013 Capaian 2012 Target Renstra 2010-2014 RKT 2013 BBP2TP Medan 278.089 240.384 228.938 194.231 69,84 80,80 84,84 BBP2TP Surabaya 17.732 14.950 14.239 18.953 106,89 126,78 133,11 BBP2TP Ambon 1.226 535 486 154 12,56 28,79 31,69 Total 297.047 255.869 243.663 213.338 71,82 83,38 87,55 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) BBP2TP Medan 8 10 9 9 112,50 90,00 100,00 BBP2TP Surabaya 6 6 6 6 100,00 100,00 100,00 BBP2TP Ambon 9 9 9 9 100,00 100,00 100,00 Total 23 25 24 24 104,35 96,00 100,00 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 292 Tahun 2012 tentang pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2013, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp 17,807 trilyun dan sebesar Rp 1,709 trilyun (9,60%) dialokasikan untuk Direktorat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 58

Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2013 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 mencapai 83,73% menduduki urutan ke sembilan di lingkup Kementerian Pertanian dan masih dibawah serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang mencapai 89,64%. Capaian serapan anggaran tahun 2013 ini mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 10,91% dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 94,64%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 12 berikut: Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2013 per Eselon I No ESELON 1 Urutan Penyerapan Anggaran PAGU ANGGARAN (Rp. 000,-) REALISASI (Rp. 000,-) % 1 SETJEN 8 1.226.518.104 1.094.410.312 89,23 2 ITJEN 7 67.943.286 62.016.018 91,28 3 DITJEN TP 11 2.887.229.639 2.337.313.833 80,95 4 DITJEN HORTI 12 736.958.730 584.536.029 79,32 5 DITJEN BUN 10 1.709.421.139 1.431.311.655 83,73 6 DITJEN NAK KESWAN 9 2.739.338.614 2.355.534.457 85,99 7 DITJEN PPHP 2 592.879.700 561.870.340 94,77 8 DITJEN PSP 1 3.426.093.896 3.314.145.639 96,73 9 BALITBANG 3 1.719.168.968 1.624.920.524 94,52 10 BPPSDMP 6 1.341.255.760 1.234.334.984 92,03 11 BKP 4 647.159.931 606.112.604 93,66 12 BARANTAN 5 807.354.242 755.271.998 93,55 TOTAL 17.807.475.540 15.961.796.174 89,64 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 59

Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker. 4.2.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2013 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2013 sebesar Rp 1,431 trilyun atau 83,73% dari total pagu. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 93,04%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,58%, Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 91,36%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 91,16%, Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 87,64% dan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,57% serta Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 74,22%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 60

Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2013 KODE 1775 1776 1777 1778 PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan ANGGARAN PAGU REALISASI (Rpjuta) (Rpjuta) % 349.821 318.913 91,16 736.495 546.606 74,22 205.570 188.256 91,58 36.131 31.666 87,64 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan 77.390 72.002 93,04 1780 1781 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 138.918 123.045 88,57 165.096 150.823 91,36 JUMLAH 1.709.421 1.431.312 83,73 4. 2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU-Kementerian Keuangan sebesar Rp 318.913.408.983,- (91,16%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2013 meliputi: Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 61

1) Pengembangan tanaman kopi dengan kegiatan perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). kopi robusta yang dilaksanakan di 8 kabupaten 6 provinsi yaitu Bengkulu, Jambi, Lampung, Jatim, Bali dan NTB (2). kopi arabika yang dilaksanakan di 19 kabupaten 7 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Jabar, Bali, NTT, Sulsel dan Papua Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp 32.044.752.110,- (75,53%). 2) Pengembangan Tanaman Teh dengan kegiatan intensifikasi tanaman teh yang dilaksanakan di 9 kabupaten 3 provinsi yaitu Jabar, Jateng dan DI Yogyakarta. Realisasi anggaran sebesar Rp 2.868.851.500,- (80,71%). 3) Pengembangan tanaman kakao non Gernas Kakao dengan kegiatan perluasan, dan intensifikasi tanaman kakao serta perluasan tanaman kakao pasca bencana yang dilaksanakan di 13 kabupaten 4 provinsi di Indonesia yaitu Aceh, Sumbar, DI Yogyakarta, dan Gorontalo. Realisasi anggaran Rp 12.684.285.400,- (94,37%). Selain itu terdapat kegiatan Gernas kakao untuk rehabilitasi di 27 kabupaten 5 provinsi yaitu Sulbar, Sulteng, Sultra, Sulsel dan NTT dengan realisasi keuangan Rp 184.444.734.328,- (92,94%). 4) Pengembangan tanaman lada dengan kegiatan rehabilitasi dan perluasan tanaman lada yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Lampung dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap sebesar Rp 2.101.715.000,- (59,16%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 62

5) Pengembangan tanaman cengkeh dengan kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh dan rehabilitasi di daerah pasca bencana yang dilaksanakan di 21 kabupaten 6 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Banten, Maluku, dan Maluku Utara. Serapan anggaran sebesar Rp 3.597.522.927,- (97,54%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2013 No I Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tan. Rempah &Penyegar Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % 349.821.39 1 318.913.40 9 Output/ Fisik % 91,16 99,93 1 PengembanganTanaman Kopi 42.424.007 32.044.752 75,53 100,00 2 Pengembangan tanaman teh 3.554.420 2.868.851 80,71 100,00 3 PengembanganTanaman Kakao (non Gernas) 13.440.422 12.868.851 94,37 100,00 4 PengembanganTanaman Lada 3.552.560 2.101.715 59,16 100,00 5 PengembanganTanaman Cengkeh 3.688.128 3.597.523 97,54 100,00 6 Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Rempah dan Penyegar 732.975 708.037 96,60 100,00 7 Operasional Petugas Pendamping (Gernas) 239.800 0,00 0,00 0,00 8 Penanaman tan. rempah penyegar lainnya) 2.677.690 2.591.791 96,79 100,00 9 Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tanaman Rempah dan Penyegar 10 Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah & Penyegar 11 Gerakan Nasional Pening-katan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) 12 Dukungan Kegiatan Gernas Kakao 94.347 94.347 100,00 100,00 125.400 123.575 98,54 100,00 198.459.086 184.444.734 92,94 100,00 119.900 119.900 100,00 100,00 13 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan 3.813.148 3.652.358 95,78 100,00 Penyegar 15 Pengembangan Tanaman Pala 11.130.198 10.615.711 95,38 100,00 16 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan 1.743.521 1.463.389 83,93 100,00 Penyegar Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 63

No Program Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 17 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 2.368.260 2.220.444 93,76 100,00 18 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 4.826.094 4.549.303 94,26 100,00 19 Koordinasi Kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) 55.902.185 54.162.104 96,89 100,00 20 Layanan Perkantoran 929.250 870.588 93,69 100,00 4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp 546.605.910.695,- (74,22%) dari target. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dan pengadaan yang banyak mengalami sanggahan dan ada beberapa kqgiatan tidak terealisasi. Selain itu beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu termasuk perluasan tebu rakyat, bongkar ratoon/rawat ratoon yang dilaksanakan di 70 kabupaten 10 provinsi yaitu Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Aceh, Jambi, Sumsel, Lampung, Sulsel, dan Gorontalo. Realisasi anggaran sebesar Rp 435.809.255.170,- (73,18%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 64

2) Pengembangan tanaman kapas yang dilaksanakan di 29 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp 12.804.084.779,- (92,54%). 3) Pengembangan tanaman nilam yang dilaksanakan di 16 kabupaten 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bali, Sultra dan Gorontalo. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp 3.324.365.230,- (91,74%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2013 Anggaran (Rp000) Output/ No Program Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman 7 3 6. 4 9 5. 5 2 8 5 4 6. 6 0 5. 9 1 1 7 4, 2 2 77,08 Semusim 1 Pengembangan Tanaman Tebu 595.512.128 435.809.255 73,18 71,68 2 Penanaman Tanaman Kapas 13.836.838 12.804.085 92,54 99,54 3 Penanaman Tanaman Nilam 3.623.662 3.324.365 91,74 98,00 4 Penanaman tanaman semusim lainnya 270.000 265.189 98,22 100,00 5 Peningkatan kegiatan perlombaan & penghargaan perkebunan dll 40.000 40.000 100,00 100,00 6 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 1.052.240 872.097 82,88 100,00 7 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 3.532.415 3.268.087 92,52 100,00 8 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Semusim 118.490.295 90.122.226 76,06 100,00 9 Layanan Perkantoran 137.950 100.606 72,93 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 65

4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2013 sebesar Rp 188.256.497.316,- (91,58%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet dengan kegiatan perluasan tanaman karet rakyat yang dilaksanakan di 49 kabupaten 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Realisasi anggaran sebesar Rp 68.044.269.965,- (91,33%). Selain itu terdapat kegiatan perluasan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, tertinggal dan bencana alam yang dilaksanakan di 10 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Kepri, Kalbar, Kaltim dan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 66

Papua. Realisasi anggaran sebesar Rp 3.959.529.250,- (95,06%). 2) Pengembangan tanaman kelapa dengan kegiatan Peremajaan tanaman kelapa dilaksanakan di 89 kabupaten 22 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku, Malut, Papua dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran sebesar Rp 51.949.663.741,- (94,12%). 3) Pengembangan tanaman kelapa sawit dengan kegiatan peremajaan kelapa sawit dan penggantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bersertifikat yang dilaksanakan di 20 kabupaten 9 provinsi yaitu Sumut, Sumbar, Banten, Gorontalo, Sulbar, Sultra, NTT, Papua, Papua Barat. Realisasi anggaran sebesar Rp 6.339.767.665,- (96,04%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete dengan kegiatan peremajaan di 11 kabupaten 3 provinsi Sultra, NTB dan NTT, rehabilitasi di 3 kabuapten 3 provinsi Jateng, DI Yogyakarta dan NTB, dan perluasan di 10 kabupaten 6 provinsi yaitu Jateng, Jatim, Bali, NTB, Sulsel, dan Sultra. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp7.275.870.150,- (91,06%). 5) Pengembangan tanaman kemiri sunan/minyak dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp 226.534.000,- (97,07%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 67

6) Pengembangan tanaman sagu seluas 1.600 ha yang dilaksanakan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp 11.130.543.900,- (97,81%) Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2013 Anggaran (Rp 000) Output/ No Program Fisik Pagu Realisasi % % III Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 2 0 5. 5 6 9. 9 7 3 1 8 8. 2 5 6. 4 9 7 9 1, 5 8 99,85 1 Pengembangan tanaman karet rakyat 74.506.184 68.044.270 91,33 100,00 2 Pengembangan tanaman karet di daerah perbatasan, wilayah pasca konflik, 4.165.350 3.959.529 95,06 100,00 tertinggal dan bencana alam 3 Pengembangan Tanaman Kelapa 55.194.512 51.949.664 94,12 100,00 4 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 6.601.032 6.339.768 96,04 100,00 5 Pengembangantanaman Jambu Mete 7.990.507 7.275.870 91,06 99,93 6 Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Tan. Tahunan 477.570 397.530 83,24 100,00 7 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 17.895.078 14.646.835 84,20 100,00 8 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tan. Tahunan 2.199.035 1.914.029 87,04 100,00 9 Pembangunan Kebun Sumber Bahan Tanam Tan. Tahunan 148.800 147.850 99,36 100,00 10 Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi, 179.400 93.135 51,91 100,00 Produktivitas dan Mutu Tan. Tahunan 11 Pemberdayaan Pekebun Tan Tahunan 5.269.118 4.887.943 92,77 100,00 12 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan 233.383 226.534 97,07 100,00 13 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tan. Tahunan 6.894.118 6.135.440 89,00 100,00 14 Pengembangan Kebun Benih Tan.Tahunan 2.996.814 2.666.477 88,98 100,00 15 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tan. 7.102.172 6.255.035 88,07 100,00 Tahunan 16 Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat 1.891.250 1.278.542 67,60 100,00 17 Pengembangan Tanaman Sagu 11.380.000 11.130.535 97,81 100,00 18 Layanan Perkantoran 945.650 907.510 95,97 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 68

4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp 31.665.586.042,- (87,64%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Penanganan pascapanen tanaman semusim untuk tanaman Nilam yang dilaksanakan di 9kabupaten 6 provinsi yaitu Lampung, Jabar, Bali, Sulbar, Sulteng dan Gorontalo. Realisasi keuangan sebesar Rp1.288.804.680,-(85,34%) dari pagu anggaran sebesarrp1.510.200.000,- 2) Penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar yang terdiri atas : (1) Tanaman Kakao dilaksanakan di 14 kabupaten 9 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 69

provinsi yaitu Aceh, Jateng, DI Yogyakarta, Sumut, NTB, Sulteng, Sultra, Banten, dan Papua; (2) Tanaman Kopi dilaksanakan di 15 kabupaten 12 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT; (3) Tanaman Lada dilaksanakan di 2 kabupaten 2 propinsi yaitu Babel dan Kaltim; (4) Tanaman Cengkeh dilaksanakan di 2 kabupaten 2 provinsi yaitu Jabar dan Gorontalo; (5) Tanaman Teh dilaksanakan kabupaten Cianjur provinsi Jabar; dan (6) Tanaman Pala dilaksanakan di 5 kabupaten di 5 propinsi yaitu Jawa Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Realisasi keuangan sebesar Rp 7.426.894.100,- (98,82%) dari pagu anggaran sebesar Rp 7.515.262.000,- 3) Penanganan pascapanen tanaman tahunan yang terdiri atas: (1) Tanaman Karet dilaksanakan di 25 kabupaten 11 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Bengkulu, Banten, Jabar, Jateng, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel; (2) Tanaman Kelapa dilaksanakan di 15 kabupaten 8 propinsi yaitu Jambi, Jateng, Kalbar, Kalteng, Sulut, NTT, Maluku dan Malut; (3) Tanaman Jambu Mete dilaksanakan di 5 kabupaten 2 propinsi yaitu NTB dan NTT. Realisasi keuangan sebesar Rp 7.373.451.269,- (86,46%) dari pagu anggaran sebesar Rp 8.527.743.000,- 4) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan di 31 provinsi, kecuali DKI dan DI Yogyakarta, dengan serapan anggaran sebesarrp 2.759.323.100,- (85,13%). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 70

5) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunandilaksanakan di 26 provinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Papua, Papua Barat, NTB dan Kepri dengan serapan anggaran sebesar Rp 5.085.110.226,- (82,13%). 6) Penerapan standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan Indonesia (ISPO) dilaksanakan di 21 propinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Babel, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sulteng, Sultra, Sulbar, Papua, Papua Barat, Banten dan Jabar dengan serapan anggaran sebesar Rp 1.859.832.250,- (84,29%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % IV Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan 36.130.593 31.665.586 87,64 98,64 1 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan 100.200 89.199 89,02 80,16 2 Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 6.191.409 5.085.110 82,13 95,38 3 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan 3.241.320 2.759.323 85,13 97,46 4 Penilaian Usaha Perkebunan 1.277.825 1.140.147 89,23 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 71

No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % 5 Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan 2.206.427 1.859.832 84,29 95,24 6 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 17.545.930 16.089.150 91,70 100,00 7 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan 4.886.900 3.986.293 81,57 100,00 Pembinaan Usaha 8 Koordinasi Kegiatan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha 20.000 19.546 97,73 100,00 Perkebunan 9 Layanan Perkantoran 660.582 636.984 96,43 100,00 4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp 72.002.158.498,- (93,04%) dari pagu yang tersedia. Output kegiatan pentinguntukdukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2013 meliputi: 1) Pengendalian OPTtanaman perkebunan yang terdiri atas : (1) OPT tanaman Lada dilaksanakan di 11 kabupaten 5 propinsi yaitu Babel, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulsel; (2) OPT Tanaman Kopi dilaksanakan di 12 kabupaten 7 propinsi yaitu Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Bali dan NTB; (3) OPT Tanaman Cengkeh dilaksanakan di 7 kabupaten 4 propinsi yaitu Jateng, Sulut, Bali, dan Maluku; (4) OPT Tanaman Pala dilaksanakan di 8 kabupaten 5 propinsi yaitu Aceh, Sulut, Maluku, Malut dan Papua Barat; (5) OPT Tanaman Kakao dilaksanakan di 11 kabupaten 6 propinsi yaitu Bali, NTB, Sulbar, Sulsel, Sulteng dan Sultra; (6) OPT Tanaman Tebu dilaksanakan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 72

di 21 kabupaten 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Sumsel, sulsel dan Gorontalo; (7) OPT Tanaman Tembakau dilaksanakan di 3 kabupaten 3 propinsi yaitu Jateng, Jatim dan NTB; (8) OPT Tanaman Kapas dilaksanakan di 11 kabupaten 7 propinsi yaitu Jateng, Jatim, Sulsel, NTB, NTT, DIY dan Bali; (9) OPT Tanaman Kelapa dilaksanakan di 25 kabupaten 14 propinsi yaitu Aceh, Riau, Kalteng, NTB, Sulut, Sulteng, Sulsel, Malut, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalbar, dan Lampung; (10) OPT Tanaman Karet dilaksanakan di 7 kabupaten 6 propinsi yaitu Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Jabar; (11) OPT Tanaman Jambu Mete dilaksanakan di kabupaten Karangasem provinsi Bali. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp. 29.959.398.661,- (90,92%) dari pagu sebesar Rp. 32.951.869.000,-. 2) Pelaksanaan SL-PHTPerkebunan untuk non Tebu dilaksanakan di 66 kabupaten 23 provinsi yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung, Babel, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, Kalbar, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulteng, Maluku, Malut, Papua Barat dan Papua. Sedangkan untuk SL+PHT Tebu dilaksanakan di 29 kabupaten 7 propinsi yaitu Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim dan Sulsel. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp 14.514.367.586,- (94,95%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 18. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 73

Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % V Dukungan Perlindungan Perkebunan 77.389.758 72.002.158 93,04 9 9, 7 6 1 Pengendalian OPT tanaman 1.586.558 1.581.291 99,67 100,00 perkebunan 2 Pemberdayaan perangkat 12.297.993 11.932.056 97,02 100,00 3 Fasilitasi pencegahan kebakaran lahan 123.018 113.854 92,55 100,00 dan kebun 4 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 15.286.310 14.514.367 94,95 100,00 5 Pemberdayaan pengamat hama dan penyakit 87.200 83.099 95,30 100,00 6 Dukungan Kegiatan Perlindungan Perkebunan (Tahun) 385.800 385.800 100,00 100,00 7 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4.574.748 3.968.546 86,75 95,87 8 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan 31.365.311 28.378.107 90,48 100,00 9 Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan 6.112.440 5.852.998 95,76 100,00 10 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 4.813.530 4.489.502 93,27 100,00 11 Layanan Perkantoran 756.850 702.536 92,82 100,00 4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan adalah sebesar Rp 123.044.889.517,- (88,57%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut karena optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan Pembinaan, pengawalan dan pembangunan perkebunan dan kegiatan sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan yang tidak terlaksana sepenuhnya; terbatasnya panitia pengadaan barang/jasa dan beban tugas yang overload; terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 74

penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA); penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatankegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 19 berikut: Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2013 No Program Anggaran (Rp000) Output Pagu Realisasi % / Fisik % VI Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 138.918.273 123.044.890 88,57 98,36 1 Sertifikasi, pengujian, pengawasan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 67.200 61.476 91,48 100,00 2 Perencanaan, pengelolaan 2.540.300 2.413.989 keuangan, data, informasi dan 95,03 100,00 monev, umum 3 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK)) 3.226.240 3.086.747 95,68 100,00 4 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 11.537.226 10.927.919 94,72 100,00 5 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya 42.542.276 39.764.731 93,47 100,00 6 Dokumen Perencanaan 5.490.381 5.180.336 94,35 100,00 7 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 11.476.431 10.681.825 93,08 100,00 8 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas 11.409.063 8.754.239 76,73 80,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 75

No Program Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 9 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan 4.671.075 4.324.722 92,59 100,00 10 Layanan Perkantoran 41.253.930 33.484.072 81,17 100,00 11 Kendaraan Bermotor 2.362.003 2.251.002 95,30 100,00 12 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.342.148 2.113.829 90,25 100,00 4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp 150.823.203.774,- (91,36%) dari pagu yang tersedia. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut antara lain adanya optimalisasi dan efisiensi pada kegiatan pengadaan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Laboratorium; Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; dan Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatankegiatan pembangunan perkebunan. Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada tabel 20 berikut : Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 76

Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2013 No Program Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik VII Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi 1 6 5. 0 9 5. 6 2 3 1 5 0. 8 2 3. 2 0 4 9 1, 3 6 1 0 0, 4 7 Tanaman Perkebunan 1 Pengadaan sarana, prasarana perkantoran 18.188.564 17.357.555 95,43 100,00 2 Administrasi kegiatan, Standar, pedoman, perencanaan, monitoring, 879.820 867.113 98,56 100,00 evaluasi, keuangan dll 3 Peningkatan kapabilitas pegawai 1.600.445 1.596.657 99,76 100,00 4 Opersional Laboratorium 26.769.052 25.259.352 94,36 100,00 5 Pembangunan kebun contoh, demplot, 1.540.978 1.503.330 97,56 100,00 uji, koleksi dll 6 Pengawasan peredaran benih 2.124.494 1.862.667 87,68 100,00 7 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi 2.431.377 2.269.849 93,36 100,00 tanaman perkebunan 8 Pemanfaatan agensia hayati 728.518 708.763 97,29 100,00 9 Sertifikasi dan pengujian mutu benih 728.518 454.228 92,89 146,74 10 Administrasi Keuangan dan 1.772.799 1.062.083 59,91 100,00 Kepegawaian 11 Penyusunan Rencana Kerja 214.946 162.963 75,82 100,00 12 Peningkatan Kapabilitas Pegawai/ 1.364.782 1.117.787 81,90 140,00 Petugas 13 Monitoring dan Evaluasi 1.663.118 1.446.367 86,97 100,00 14 Layanan Perkantoran 50.974.126 44.098.783 86,51 100,00 15 Kendaraan Bermotor 1.953.984 1.909.241 97,71 100,00 16 Perangkat Pengolah Data dan 830.790 768.076 92,45 100,00 Komunikasi 17 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 34.316.075 32.027.159 93,33 100,00 18 Gedung/Bangunan 17.252.755 16.009.032 92,79 100,00 % Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 77

4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2013 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2011 dan 2012); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014. Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2013 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 138 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 78

UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (101 satker). Penilaian kinerja berpedoman pada Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2013. Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2013. Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut: a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 00-59 : Kurang/Tidak Berhasil 60-79 : Cukup Berhasil 80-95 : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 3 satker (2,17%), berhasil Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 79

berjumlah 110 satker (79,71%), cukup berhasil berjumlah 20 satker (14,49%) dan kurang berhasil berjumlah 5 satker (3,63%). Tabel 21. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Satker Lingkup Ditjen Perkebunan Tahun 2013 No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2013 Cukup Berhasil Berhasil Kurang Berhasil 1 Ditjen Perkebunan 0 1 0 0 2 Balai/UPT Pusat 0 4 0 0 3 Provinsi 2 20 7 3 4 Kabupaten/kota 1 85 13 2 Total 3 110 20 5 Apabila dilihat dari penyebaran satker, provinsi yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 2 yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara. Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya termasuk tidak berhasil (nilainya < 60) dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini. Tabel 22. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukupberhasil) Tahun 2013 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat 78 Cukup Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 78 Cukup Berhasil 3 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat 78 Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan 75 Cukup Berhasil 5 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 75 Cukup Berhasil 6 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kep. Riau 63 Cukup Berhasil Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 80

No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan 7 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 8 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 45 Tidak Berhasil 9 Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo 43 Tidak Berhasil 10 Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 13 Tidak Berhasil C 11 12 13 14 15 Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Flores Timur Dinas Pertanian, Perkebunan dan Hortikultura Kab. Mamasa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Soppeng Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bengkulu Tengah 78 Cukup Berhasil 76 Cukup Berhasil 76 Cukup Berhasil 75 Cukup Berhasil 75 Cukup Berhasil 16 Dinas Perkebunan Kabupaten Kota Baru 73 Cukup Berhasil 17 18 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Balangan 70 Cukup Berhasil 70 Cukup Berhasil 19 Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir 65 Cukup Berhasil 20 21 22 23 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Banjar Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapin Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kutai Kertanegara Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Penajam Paser Utara 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil D 24 25 Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Luwu Timur Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Selatan 45 Tidak Berhasil 30 Tidak Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat 3 (tiga)satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan dan Peternakan Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 81

Provinsi Gorontalo dan Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. Sedangkan 2 (dua) satker kabupaten/kotayang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2015. Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 sebagaimana disajikan pada tabel 23. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 82

Tabel 23. Capaian Serapan Anggaran Masing-masing Satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2013 N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 J A W A B A R A T 2 0. 0 7 1. 0 2 8, 0 0 1 8. 1 5 4. 3 9 2, 4 5 9 0, 4 5 1 0 0, 0 0 PROVINSI 12.458.945,00 11.747.545,70 94,29 100,00 1 DISBUN PROV JAWA BARAT 12.458.945,00 11.747.545,70 94,29 100,00 KABUPATEN 7.612.083,00 6.406.846,75 84,17 100,00 2 DISHUTBUN KAB CIANJUR 2.931.181,00 2.486.147,00 84,82 100,00 3 DISBUN KAB GARUT 2.889.787,00 2.520.294,75 87,21 100,00 4 DISBUN KAB SUMEDANG 1.791.115,00 1.400.405,00 78,19 100,00 2 J A W A T E N G A H 1 7 5. 7 4 1. 2 8 6, 0 0 1 6 0. 4 8 9. 0 3 4, 8 2 9 1, 3 2 1 0 0, 0 0 5 PROVINSI 175.741.286,00 160.489.034,82 91,32 100,00 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 175.741.286,00 160.489.034,82 91,32 100,00 KABUPATEN - - - - 3 D. I. Y O G Y A K A R T A 1 5. 8 9 7. 6 8 9, 0 0 1 4. 5 2 2. 9 6 5, 1 0 9 1, 3 5 1 0 0, 0 0 6 PROVINSI 11.990.782,00 11.226.768,52 93,63 100,00 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 11.990.782,00 11.226.768,52 93,63 100,00 7 8 KABUPATEN 3.906.907,00 3.296.196,58 84,37 100,00 DISTANHUT KAB KULON PROGO DISHUTBUN KAB GUNUNG KIDUL 1.988.205,00 1.581.032,48 79,52 100,00 1.918.702,00 1.715.164,10 89,39 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 83

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 4 J A W A T I M U R 3 8 9. 5 9 1. 8 4 1, 0 0 2 7 1. 4 2 9. 5 8 2, 7 6 6 9, 6 7 7 8, 4 4 9 PROVINSI 389.591.841,00 271.429.582,76 69,67 78,44 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 389.591.841,00 271.429.582,76 69,67 78,44 KABUPATEN - - - - 5 A C E H 2 5. 5 7 6. 6 6 0, 0 0 2 4. 0 2 9. 9 9 7, 7 1 9 3, 9 5 9 8, 7 6 PROVINSI 10.031.592,00 9.125.230,30 90,96 97,96 10 DISHUTBUN PROVINSI A C E H 10.031.592,00 9.125.230,30 90,96 97,96 KABUPATEN 15.545.068,00 14.904.767,41 95,88 99,27 11 DISHUTBUN KAB ACEH JAYA 1.310.548,00 1.203.424,45 91,83 98,76 12 DISHUTBUN KAB BENER MERIAH 1.574.650,00 1.541.047,46 97,87 99,29 13 DISHUTBUN KAB PIDIE 1.550.660,00 1.525.872,80 98,40 99,00 14 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA 1.364.938,00 1.298.968,50 95,17 99,61 15 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR 5.389.808,00 5.148.047,70 95,51 98,84 16 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA 1.724.667,00 1.684.131,00 97,65 100,00 17 DISHUTBUN KAB PIDIE JAYA 2.629.797,00 2.503.275,50 95,19 99,92 6 S U M A T E R A U T A R A 8. 0 6 3. 2 7 2, 0 0 7. 3 8 5. 5 9 3, 2 9 9 1, 6 0 1 0 0, 0 0 18 PROVINSI 6.687.814,00 6.074.743,89 90,83 100,00 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 6.687.814,00 6.074.743,89 90,83 100,00 KABUPATEN 1.375.458,00 1.310.849,40 95,30 100,00 19 DISBUN KAB BATUBARA 1.375.458,00 1.310.849,40 95,30 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 84

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 7 S U M A T E R A B A R A T 1 2. 2 1 5. 5 3 0, 0 0 1 0. 2 1 9. 4 8 4, 5 5 8 3, 6 6 1 0 0, 0 0 20 PROVINSI 8.169.950,00 6.605.285,30 80,85 100,00 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 8.169.950,00 6.605.285,30 80,85 100,00 KABUPATEN 4.045.580,00 3.614.199,25 89,34 100,00 DISBUN KAB PASAMAN 21 BARAT 22 DISTANPANGANHORBUNHUT KAB PD PARIAMAN 2.828.085,00 2.551.058,75 90,20 100,00 1.217.495,00 1.063.140,50 87,32 100,00 8 R I A U 1 1. 1 7 4. 4 4 8, 0 0 1 0. 2 8 8. 9 5 1, 4 0 9 2, 0 8 1 0 0, 0 0 PROVINSI 5.627.577,00 5.250.105,60 93,29 100,00 23 DISBUN PROVINSI RIAU 5.627.577,00 5.250.105,60 93,29 100,00 KABUPATEN 5.546.871,00 5.038.845,80 90,84 100,00 24 DISBUN KAB KAMPAR 1.322.091,00 1.253.928,50 94,84 100,00 25 DISHUTBUN KAB MERANTI 1.481.704,00 1.447.145,00 97,67 100,00 26 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR 1.485.576,00 1.112.291,50 74,87 100,00 27 DISBUN KAB ROKAN HILIR 1.257.500,00 1.225.480,80 97,45 100,00 9 J A M B I 3 7. 9 9 0. 9 6 5, 0 0 3 6. 9 0 1. 1 0 8, 3 0 9 7, 1 3 1 0 0, 0 0 PROVINSI 34.484.053,00 33.793.439,67 98,00 100,00 28 DISBUN PROVINSI JAMBI 34.484.053,00 33.793.439,67 98,00 100,00 29 KABUPATEN 3.506.912,00 3.107.668,63 88,62 100,00 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT 1.899.460,00 1.708.796,63 89,96 100,00 30 DISHUTBUN KAB KERINCI 1.607.452,00 1.398.872,00 87,02 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 85

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 0 S U M A T E R A S E L A T A N 1 6. 7 5 1. 6 7 8, 0 0 1 3. 8 9 2. 3 0 2, 8 2 8 2, 9 3 9 2, 7 8 31 PROVINSI 12.010.614,00 9.667.182,67 80,49 92,40 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 12.010.614,00 9.667.182,67 80,49 92,40 KABUPATEN 4.741.064,00 4.225.120,15 89,12 93,75 32 DISBUN KAB MUARA ENIM 1.647.734,00 1.405.495,25 85,30 94,01 33 DISBUN KAB MUSI RAWAS 2.036.560,00 1.796.445,80 88,21 92,01 34 DISBUN KAB O K I 1.056.770,00 1.023.179,10 96,82 96,70 1 1 L A M P U N G 3 0. 6 5 9. 7 3 0, 0 0 1 0. 7 4 7. 7 1 4, 3 4 3 5, 0 5 5 9, 6 4 PROVINSI 26.499.439,00 6.940.556,89 26,19 55,67 35 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 26.499.439,00 6.940.556,89 26,19 55,67 36 37 KABUPATEN 4.160.291,00 3.807.157,45 91,51 84,92 DISHUTBUN KAB LAMPUNG UTARA DISBUNHUT KAB WAY KANAN 2.518.671,00 2.191.602,00 87,01 84,21 1.641.620,00 1.615.555,45 98,41 86,00 1 2 K A L I M A N T A N B A R A T 1 8. 4 5 7. 1 9 3, 0 0 1 6. 9 0 7. 5 1 3, 7 9 9 1, 6 0 1 0 0, 0 0 38 PROVINSI 9.789.307,00 8.857.178,38 90,48 100,00 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 9.789.307,00 8.857.178,38 90,48 100,00 KABUPATEN 8.667.886,00 8.050.335,41 92,88 100,00 39 DISHUTBUN KAB MELAWI 1.143.746,00 985.767,00 86,19 100,00 40 DISHUTBUN KAB SAMBAS 1.552.372,00 1.320.834,96 85,08 100,00 41 DISHUTBUN KAB SANGGAU 1.585.002,00 1.547.898,25 97,66 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 86

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 42 DISHUTBUN KAB SINTANG 1.224.107,00 1.199.010,00 97,95 100,00 43 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU 44 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG 1.420.194,00 1.313.435,20 92,48 100,00 1.742.465,00 1.683.390,00 96,61 100,00 1 3 K A L I M A N T A N T E N G A H 1 0. 0 2 6. 1 1 1, 0 0 9. 3 9 2. 5 7 0, 0 2 9 3, 6 8 9 2, 7 0 45 PROVINSI 6.494.640,00 6.188.187,27 95,28 94,87 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 6.494.640,00 6.188.187,27 95,28 94,87 KABUPATEN 3.531.471,00 3.204.382,76 90,74 88,70 46 DISBUNHUT KAB KAPUAS 1.229.650,00 1.097.105,90 89,22 88,58 47 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 48 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR 1.165.885,00 1.050.362,46 90,09 86,60 1.135.936,00 1.056.914,40 93,04 91,00 1 4 K A L I M A N T A N S E L A T A N 1 5. 5 5 4. 2 1 5, 0 0 1 2. 4 3 2. 7 3 2, 9 8 7 9, 9 3 1 0 0, 0 0 49 PROVINSI 4.562.535,00 3.898.557,13 85,45 100,00 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 4.562.535,00 3.898.557,13 85,45 100,00 KABUPATEN 10.991.680,00 8.534.175,86 77,64 100,00 50 DISTANBUNNAK KAB BANJAR 51 DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT 1.730.464,00 1.229.601,50 71,06 100,00 1.376.569,00 1.163.887,50 84,55 100,00 52 DISHUTBUN KAB TAPIN 1.103.929,00 700.557,98 63,46 100,00 53 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH 1.119.379,00 849.817,00 75,92 100,00 54 DISBUN KAB KOTABARU 1.445.832,00 1.068.573,68 73,91 100,00 55 DISBUN KAB TABALONG 2.924.588,00 2.560.294,20 87,54 100,00 56 DISHUTBUN KAB BALANGAN 1.290.919,00 961.444,00 74,48 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 87

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 5 K A L I M A N T A N T I M U R 9. 5 0 0. 3 0 8, 0 0 6. 8 4 7. 1 4 3, 9 0 7 2, 0 7 8 6, 2 2 57 PROVINSI 5.427.424,00 3.633.485,00 66,95 88,10 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 5.427.424,00 3.633.485,00 66,95 88,10 KABUPATEN 4.072.884,00 3.213.658,90 78,90 83,71 58 DISBUNHUT KAB KUTAI KARTANEGARA 59 DISBUNHUT KAB PENAJAM PASER UTARA 60 DISBUNPANGANNAKPERIKAN AN KAB KUTAI BRT 1.306.675,00 965.222,80 73,87 80,21 1.613.080,00 1.222.056,10 75,76 84,55 1.153.129,00 1.026.380,00 89,01 86,50 1 6 S U L A W E S I U T A R A 1 6. 2 6 2. 8 0 3, 0 0 1 5. 9 8 7. 0 2 5, 6 5 9 8, 3 0 9 4, 7 4 61 PROVINSI 12.114.763,00 11.879.651,50 98,06 94,66 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 12.114.763,00 11.879.651,50 98,06 94,66 62 63 64 KABUPATEN 4.148.040,00 4.107.374,15 99,02 94,99 DISTANNAKBUN KAB MINAHASA UTARA DISHUTBUN KAB MINAHASA TENGGARA DISBUN KAB MINAHASA SELATAN 1.067.330,00 1.032.518,15 96,74 92,54 1.130.770,00 1.124.916,00 99,48 92,10 1.949.940,00 1.949.940,00 100,00 98,00 1 7 S U L A W E S I T E N G A H 8 6. 3 6 4. 6 1 2, 0 0 8 4. 9 3 7. 9 0 7, 1 7 9 8, 3 5 9 9, 0 8 65 PROVINSI 29.573.157,00 29.244.325,05 98,89 99,85 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 29.573.157,00 29.244.325,05 98,89 99,85 KABUPATEN 56.791.455,00 55.693.582,12 98,07 98,68 66 DISHUTBUN KAB POSO 6.418.030,00 6.337.598,00 98,75 100,00 67 DISHUTBUN KAB DONGGALA 6.400.650,00 6.384.011,60 99,74 94,20 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 88

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 68 DISBUN KAB TOLI-TOLI 14.001.530,00 13.900.996,50 99,28 99,82 69 DISBUN KAB BUOL 6.484.879,00 6.167.026,12 95,10 99,77 70 DISHUTBUN KAB MOROWALI 4.988.979,00 4.938.026,80 98,98 100,00 71 DISHUTBUN KAB PARIGI MOUTONG 4.363.979,00 4.099.480,50 93,94 92,25 72 DISHUTBUN KAB SIGI 12.513.730,00 12.250.726,10 97,90 100,00 73 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 1.619.678,00 1.615.716,50 99,76 99,98 1 8 S U L A W E S I S E L A T A N 9 6. 9 4 6. 8 9 9, 0 0 8 2. 0 0 9. 9 4 0, 4 6 8 4, 5 9 9 5, 6 1 74 PROVINSI 49.155.208,00 42.350.543,14 86,16 98,91 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 49.155.208,00 42.350.543,14 86,16 98,91 KABUPATEN 47.791.691,00 39.659.397,32 82,98 92,21 75 DISHUTBUN KAB BONE 4.154.950,00 3.470.861,43 83,54 99,66 76 DISHUTBUN KAB LUWU 10.242.650,00 10.205.784,13 99,64 100,00 77 DISBUNHUT KAB SINJAI 4.285.777,00 3.921.207,60 91,49 99,85 78 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA 5.302.537,00 4.690.394,45 88,46 96,17 79 DISHUTBUN KAB SOPPENG 4.669.150,00 3.590.508,87 76,90 87,50 80 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 81 DISTANBUNNAK KAB LUWU TIMUR 6.502.777,00 6.281.211,50 96,59 98,36 12.633.850,00 7.499.429,35 59,36 77,76 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 89

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 1 9 S U L A W E S I T E N G G A R A 7 3. 0 4 6. 9 8 6, 0 0 7 0. 6 7 6. 6 8 2, 0 9 9 6, 7 6 1 0 0, 0 0 82 PROVINSI 28.471.907,00 27.591.974,86 96,91 100,00 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA 28.471.907,00 27.591.974,86 96,91 100,00 83 KABUPATEN 44.575.079,00 43.084.707,24 96,66 100,00 DISTANNAKBUNHORTI KAB BOMBANA 1.050.551,00 1.038.555,44 98,86 100,00 84 DISTAN KAB KONAWE 21.169.535,00 20.599.335,90 97,31 100,00 85 DISBUN KAB KOLAKA 1.293.908,00 1.267.676,80 97,97 100,00 86 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN 21.061.085,00 20.179.139,10 95,81 100,00 2 0 M A L U K U 6. 9 4 7. 2 2 7, 0 0 6. 8 1 4. 8 2 0, 0 0 9 8, 0 9 9 2, 6 4 PROVINSI 5.729.867,00 5.630.610,00 98,27 92,30 87 DISTAN PROVINSI MALUKU 5.729.867,00 5.630.610,00 98,27 92,30 88 KABUPATEN 1.217.360,00 1.184.210,00 97,28 94,25 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA 1.217.360,00 1.184.210,00 97,28 94,25 2 1 B A L I 8. 8 1 5. 1 4 3, 0 0 8. 0 4 6. 6 2 6, 0 6 9 1, 2 8 1 0 0, 0 0 PROVINSI 7.434.780,00 6.735.972,85 90,60 100,00 89 DISBUN PROVINSI BALI 7.434.780,00 6.735.972,85 90,60 100,00 90 KABUPATEN 1.380.363,00 1.310.653,21 94,95 100,00 DISHUTBUN KAB KARANG ASEM 1.380.363,00 1.310.653,21 94,95 100,00 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 90

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 2 2 N U S A T E N G G A R A B A R A T 1 0. 5 4 9. 3 8 4, 0 0 1 0. 4 3 6. 6 1 4, 2 0 9 8, 9 3 1 0 0, 0 0 91 PROVINSI 9.455.327,00 9.343.209,20 98,81 100,00 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 9.455.327,00 9.343.209,20 98,81 100,00 KABUPATEN 1.094.057,00 1.093.405,00 99,94 100,00 92 DISBUN KAB DOMPU 1.094.057,00 1.093.405,00 99,94 100,00 2 3 N U S A T E N G G A R A T I M U R 2 1. 8 2 9. 5 5 3, 0 0 1 9. 9 8 1. 4 2 5, 9 0 9 1, 5 3 9 9, 4 5 93 PROVINSI 14.008.777,00 12.606.648,53 89,99 100,00 DISTANBUN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 14.008.777,00 12.606.648,53 89,99 100,00 KABUPATEN 7.820.776,00 7.374.777,37 94,30 98,46 94 DISTANBUN KAB BELU 1.030.542,00 970.957,00 94,22 100,00 95 DISTANBUNNAK KAB SIKKA 2.478.845,00 2.381.027,00 96,05 100,00 96 DISBUN KAB ALOR 1.629.110,00 1.586.025,00 97,36 100,00 97 DISHUTBUN KAB FLORES TIMUR 1.240.841,00 1.031.901,12 83,16 90,28 98 DISHUTBUN KAB ENDE 1.441.438,00 1.404.867,25 97,46 100,00 2 4 P A P U A 2 7. 7 0 9. 8 9 2, 0 0 2 6. 1 8 4. 6 8 3, 2 5 9 4, 5 0 9 5, 9 7 PROVINSI 13.883.277,00 12.767.268,80 91,96 96,31 99 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 13.883.277,00 12.767.268,80 91,96 96,31 100 KABUPATEN 13.826.615,00 13.417.414,45 97,04 95,62 DISHUTBUN KAB BIAK NUMFOR 1.052.750,00 920.488,95 87,44 96,90 101 DISHUTBUN KAB MERAUKE 9.085.475,00 8.942.362,50 98,42 94,80 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 91

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 102 DISTANBUN KAB NABIRE 1.254.350,00 1.247.443,00 99,45 98,50 103 DISBUN KAB JAYAPURA 1.145.550,00 1.040.230,00 90,81 94,85 104 DISBUN KAB SARMI 1.288.490,00 1.266.890,00 98,32 98,25 2 5 B E N G K U L U 6. 6 7 7. 2 3 6, 0 0 6. 2 0 0. 0 6 6, 8 8 9 2, 8 5 8 4, 8 9 PROVINSI 5.673.516,00 5.365.646,88 94,57 84,34 105 DISBUN PROVINSI BENGKULU 5.673.516,00 5.365.646,88 94,57 84,34 106 KABUPATEN 1.003.720,00 834.420,00 83,13 88,00 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH 1.003.720,00 834.420,00 83,13 88,00 2 6 M A L U K U U T A R A 1 4. 0 2 2. 1 4 0, 0 0 1 3. 9 1 4. 4 6 9, 5 4 9 9, 2 3 9 8, 2 5 107 PROVINSI 6.797.485,00 6.776.662,50 99,69 98,20 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 6.797.485,00 6.776.662,50 99,69 98,20 KABUPATEN 7.224.655,00 7.137.807,04 98,80 98,29 DISTAN KAB HALMAHERA 108 UTARA DISTAN KAB HALMAHERA 109 BARAT DISBUN KAB HALMAHERA 110 TENGAH 4.892.180,00 4.835.363,31 98,84 98,21 1.233.715,00 1.205.883,73 97,74 98,00 1.098.760,00 1.096.560,00 99,80 98,99 2 7 B A N T E N 6. 9 7 9. 9 6 8, 0 0 6. 7 3 5. 6 5 4, 5 1 9 6, 5 0 9 5, 8 5 111 PROVINSI 2.829.148,00 2.756.318,00 97,43 98,23 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 2.829.148,00 2.756.318,00 97,43 98,23 KABUPATEN 4.150.820,00 3.979.336,51 95,87 94,22 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 92

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 112 DISTANBUN KAB PANDEGLANG 2.024.470,00 1.866.396,00 92,19 88,15 113 DISHUTBUN KAB LEBAK 2.126.350,00 2.112.940,51 99,37 100,00 2 8 K E P U L A U A N B A N G K A B E L I T U N G 9. 6 5 3. 0 6 7, 0 0 7. 6 7 9. 8 1 0, 2 4 7 9, 5 6 8 1, 9 2 114 PROVINSI 5.023.396,00 4.611.655,70 91,80 80,12 DISTANBUNNAK PROV KEPULAUAN BABEL 5.023.396,00 4.611.655,70 91,80 80,12 115 KABUPATEN 4.629.671,00 3.068.154,54 66,27 83,86 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN 1.863.445,00 438.225,00 23,52 70,60 116 DISTANNAK KAB BANGKA 1.503.720,00 1.413.972,24 94,03 90,95 117 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH 1.262.506,00 1.215.957,30 96,31 95,00 2 9 G O R O N T A L O 1 5. 8 8 2. 6 7 8, 0 0 1 0. 0 7 9. 3 6 7, 3 0 6 3, 4 6 8 6, 5 1 118 PROVINSI 12.958.408,00 7.180.323,00 55,41 84,22 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 12.958.408,00 7.180.323,00 55,41 84,22 119 KABUPATEN 2.924.270,00 2.899.044,30 99,14 96,68 DISTANBUNPANGAN KAB PAHUWATO 1.785.660,00 1.763.415,30 98,75 96,47 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 93

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) 3 0 K E P U L A U A N R I A U 5. 4 7 6. 6 9 5, 0 0 4. 4 1 4. 7 3 2, 3 8 8 0, 6 1 9 1, 6 0 121 PROVINSI 3.990.770,00 3.021.860,00 75,72 88,90 DISTANHUTNAK PROVINSI KEPULAUAN RIAU 3.990.770,00 3.021.860,00 75,72 88,90 KABUPATEN 1.485.925,00 1.392.872,38 93,74 98,86 122 DISHUTBUN KAB NATUNA 1.485.925,00 1.392.872,38 93,74 98,86 3 1 P A P U A B A R A T 2 7. 3 3 5. 9 8 5, 0 0 2 6. 1 1 5. 3 3 2, 2 3 9 5, 5 3 9 1, 3 7 123 PROVINSI 9.964.499,00 9.654.614,00 96,89 96,55 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA BARAT 9.964.499,00 9.654.614,00 96,89 96,55 KABUPATEN 17.371.486,00 16.460.718,23 94,76 88,40 124 DISHUTBUN KAB FAK FAK 11.401.667,00 10.501.304,23 92,10 94,00 125 DISHUTBUN KAB KAIMANA 2.970.394,00 2.968.514,00 99,94 96,24 126 DISTANNAKBUN KAB MANOKWARI 1.861.075,00 1.856.625,00 99,76 95,67 127 DISBUN KAB RAJA AMPAT 1.138.350,00 1.134.275,00 99,64-3 2 S U L A W E S I B A R A T 5 0. 6 8 6. 1 3 1, 0 0 4 8. 0 5 2. 5 1 3, 2 4 9 4, 8 0 9 1, 8 3 128 PROVINSI 15.809.036,00 14.459.935,00 91,47 90,88 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 15.809.036,00 14.459.935,00 91,47 90,88 KABUPATEN 34.877.095,00 33.592.578,24 96,32 92,26 129 DISHUTBUN KAB MAJENE 4.003.550,00 3.680.178,94 91,92 91,38 130 DISHUTBUN KAB MAMUJU 7.535.135,00 7.316.395,00 97,10 92,66 131 DISBUN KAB MAMUJU UTARA 6.466.750,00 6.396.216,10 98,91 91,01 Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 94

N O P R O V I N S I / K A B U P A T E N P A G U R E A L I S A S I K E U A N G A N ( 2 0 J A N U A R I 2 0 1 4 ) K E U A N G A N F IS IK ( R p. ) ( % ) ( % ) DISHUTBUN KAB POLEWALI 132 MANDAR DISTANBUNHORTI KAB 133 MAMASA 4.279.410,00 4.136.036,00 96,65 92,10 12.592.250,00 12.063.752,20 95,80 93,00 3 3 U P T P U S A T 1 6 5. 0 9 5. 6 2 3, 0 0 1 5 0. 8 2 3. 2 0 3, 7 7 9 1, 3 6 9 5, 4 5 BALAI BESAR ( BBP2TP ) 134 SURABAYA BALAI BESAR ( BBP2TP ) 135 MEDAN 54.441.284,00 50.324.185,52 92,44 94,60 61.151.939,00 55.488.461,93 90,74 95,55 136 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK 16.319.231,00 14.514.417,62 88,94 92,40 137 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON 33.183.169,00 30.496.138,71 91,90 98,15 3 4 P U S A T 2 6 1. 8 6 7. 1 6 3, 0 0 2 0 8. 5 9 7. 4 7 1, 7 4 7 9, 6 6 8 3, 2 1 138 D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R K E B U N A N DIRAT TANAMAN REMPAH DAN 44.395.532,00 34.372.004,44 77,42 90,00 DIRAT TANAMAN SEMUSIM 118.548.245,00 90.174.482,29 76,07 75,00 DIRAT TANAMAN TAHUNAN 9.412.418,00 8.047.484,28 85,50 90,00 DIRAT PENANGANAN PASCA P 5.498.982,00 4.574.857,12 83,19 90,00 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEB 5.570.380,00 5.192.037,51 93,21 90,00 SEKRETARIAT DITJEN. PERKEB 78.441.606,00 66.236.606,10 84,44 90,00 T O T A L D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R K E B U N A N 1. 7 0 9. 4 2 1. 1 3 9, 0 0 1. 4 3 1. 3 2 9. 4 3 4, 8 3 8 3, 7 3 8 9, 9 7 Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Perkebunan pada tahun 2015. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 95

4. 3. C a p a i a n k i n e r j a a t a s k e g i a t a n y a n g d i p a n t a u o l e h U K P 4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2013 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 2 k e g i a t a n terdiri dari (1) Terlaksananya pencatatan areal giling tebu seluas 430.000 ha, (2) Terlaksananya sertifikasi benih unggul tebu untuk penanaman seluas 50.000 ha. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut semuanya 100% atau melebihi dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut: Tabel 23. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Tahun 2013 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya pencatatan areal giling tebu seluas 430.000 ha 107,50 Biru Sangat berhasil 3 Terlaksananya sertifikasi benih unggul tebu untuk penanaman seluas 50.000 ha 100,10 Biru Sangat berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada L a m p i r a n 6. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 96

BAB V KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 5 K E N D A L A D A N R E N C A N A T IN D A K L A N J U T 5.1. Permasalahan yang dihadapi Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2013 secara umum adalah Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam katagori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; Keterbatasan ULP di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis terutama terjadinya gagal tender/lelang; Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam; Adanya kebijakan pengadaan satu pintu disebagian besar pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; Khusus pengembangan tebu yaitu: sulitnya pengembangan areal baru, sulitnya mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan insfrastruktur, dan kurangnya sarana irigasi/pengairan; Masih sulitnya membangun kelembagaan, kemitraan dan pengembangan kewirausahaan agribisnis; tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 97

teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 5.1.1. Administrasi Secara administrasi masih banyak ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; 2) Seluruh jenis belanja untuk pengembangan perkebunan di daerah masuk dalam kategori belanja barang yang pelaksanaannya harus melalui lelang/tender; 3) Keterbatasan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; 4) Adanya kebijakan pengadaan satu pintu di sebagian besar Pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; 5) Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis karena masih adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan; 6) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; 7) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; 8) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit (LHA). Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 98

9) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam. 5.1.2. Teknis 5.1.2.1. Perencanaan 1) Terlambatnya usulan proposal kegiatan dari daerah (provinsi dan kabupaten/kota); 2) Penentuan kegiatan belum sepenuhnya memperhatikan usulan daerah dan koordinasi dengan daerah dalam penentuan kegiatan kurang optimal; 3) Unit cost yang terlalu kecil atau terlalu besar; 4) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 5) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; 6) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P; 7) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu; 8) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 9) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; 10) Tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 99

11) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; 12) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; 13) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 14) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; 15) Terjadinya anomali iklim. 5.1.2.2. Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; 4) Regu proteksi perkebunan tingkat petani umumnya tidak ada lagi; 5) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; 6) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 7) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 8) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 9) Terjadinya alih fungsi pemanfaatan lahan; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 100

10) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 11) Belum adanya lembaga Penjaminan Kredit Petani; 12) Tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten belum sepenuhnya memenuhi kewajiban menyiapkan sertifikat kebun petani, khususnya Gernas kakao; 14) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 15) Aset yang dimanfaatkan oleh pihak lain (Pemerintah Daerah) tanpa dukungan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak optimal pemanfaatannya; 16) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha. 5.1.2.3. Pelaksanaan 1) Pemanfaatan pengolahan limbah dan hasil samping pada kegiatan integrasi sawit-ternak sapi tidak dipergunakan sebagaimana mestinya; 2) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 3) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 101

4) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 5) Brigade proteksi tanaman kurang berfungsi; 6) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 7) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 8) Unit Fermentasi Biji Kakao belum beroperasi secara optimal; 9) Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Perkebunan yang tercatat dan ditatausahakan di Daerah sebagian besar merupakan aset eks. Proyek-Proyek Direktorat Jenderal Perkebunan yang perolehannya mulai dari tahun 1980. Kondisi aset tersebut sebagian besar telah rusak berat 10) Belum seluruhnya lokasi merealisasikan benih kuljar untuk tebu dan merivisi menjadi KBD konvensional; 11) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 12) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 102

5.1.2.4. Pengawasan 1) Monev dan pelaporan terlambat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana (paling lambat tanggal 31 Desember 2014 seluruh perusahaan perkebunan sudah harus menerapkan ISPO). 5.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: 5.2.1. Administrasi 1) Membuat penetapan kinerja (PK) antara Dirjen Perkebunan selaku pemberi amanah dengan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi/Kab/Kota selaku pelaksanan pembangunan perkebunan di daerah yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2013 di Bandung; 2) Penetapan CP/CL secara bertahap terhadap yang telah memenuhi syarat administrasi dan teknis; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 103

3) Percepatan proses pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Proses usul penghapusan BMN yang tidak ditemukan dan kondisi rusak berat; 9) Proses usul Hibah BMN Dekonsentrasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota 10) Proses usul Hibah BMN Tugas Pembantuan kepada Pemerintah Daerah dimana SKPD BMN tersebut tercatat. 11) Pencapaian pelaksanaan anggaran tahun 2013 sebagai pertanggungjawaban moral dan pemanfaatan anggaran kepada pemerintah maupun masyarakat; 12) Menyiapkan dan menyampaikan laporan keuangan (SAK dan SIMAK-BMN) semester II TA 2013 Kepada UAPPA/B Wilayah dan UAPPA/B E-1 Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan tepat waktu; 13) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 104

14) Kontrak yg sudah selesai untuk segera dibayarkan dengan menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak. 5.2.2. Teknis 5.2.2.1. Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Mempercepat proses revisi; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; 5) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll 5.2.2.2. Pengorganisasian 1) Telah dilaksanakan pembagian tugas antara Sekretariat dan Direktorat sebagai penanggung jawab capaian fisik kegiatan dan keuangan sesuai wilayah binaan (5-6 provinsi); 2) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 105

mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 3) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja setiap triwulan kepada seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota dengan tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota; 4) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 5) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 6) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 7) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 8) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 9) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 10) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 106

11) Penyediaan dana penjaminan untuk kredit KPEN-RP melalui dana pemerintah, khususnya untuk komoditi Karet dan Kakao, diusulkan kepada Kemenkeu; 12) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mengalokasikan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 13) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 14) Meminimalkan campur tangan dari pihak lain, seperti Bupati, DPRD, dll 5.2.2.3. Pelaksanaan 1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; 2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; 4) Perlu kesepakatan dengan BPN agar sertifikasi lahan untuk Program Revitalisasi Perkebunan dapat dimasukan dalam Program PRONA dan Sertifikasi Massal; 5) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani belum ada); Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 107

6) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 7) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 8) Pencairan dana dimulai secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 9) Mempercepat penyelesaian piutang negara pada petani eks Proyek UPP tersebut dengan (a) Penghapusan non pokok (bunga dan denda) Pinjaman petani dan (b) Pengendalian piutang negara pada petani; 10) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 11) Meningkatkan intensitas sosialisasi ISPO kepada stakeholder terkait; 12) Penerapan kemitraan usaha antara lain melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan dalam rangka untuk mencegah terjadinya gangguan usaha perkebunan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 108

5.2.2.4. Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui email, faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 109

BAB VI PENUTUP Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i

Bab 6 PENUTUP Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan yang menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat. Laporan ini memberikan informasi terhadap capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2013. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja. Pembandingan realisasi kinerja dilakukan terhadap target sebagaimana tertuang dalam RENSTRA tahun 2010-2014, RKT/PK tahun 2013 dan terhadap kinerja tahun 2012 serta perkembangan selama lima tahun terakhir. Secara umum kinerja pembangunan perkebunan tahun 2013, untuk sasaran makro capaiannya melebihi target yang ditetapkan dalam RKT Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013. Untuk sasaran mikro, meskipun terjadi perubahan iklim, capaian luas areal perkebunan meningkat 2,70% dibandingkan tahun 2012 dan produksi meningkat Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 110

5,07% dibandingkan tahun 2012. Realisasi serapan anggaran pada tahun 2013 sebesar 83,73% dengan realisasi fisik sebesar 89,97%. Dalam rangka menghadapi berbagai kendala dalam upaya pencapaian sasaran program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan, diperlukan komitmen yang kuat. Sinergisitas program dan kegiatan berbagai unit kerja eselon I dan instansi terkait akan mampu meningkatkan keefektifan, keefisienan dan keekonomiankjjjkkj;mn pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan. Selain itu, dukungan sinergisitas gerakan seluruh pelaku usaha perkebunan diharapkan mampu mendorong capaian sasaran pembangunan perkebunan sebagaimana telah ditetapkan, baik dalam Renstra Tahun 2010-2014, Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2013 maupun Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2013. Selain itu juga diperlukan dukungan dan sinergisitas kegiatan baik antar Eselon I Lingkup Kementan maupun Instansi eksternal Kementerian Pertanian seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kehutanan dan lain-lain. Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 111

L A M P I R A N Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2013 i