BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Diajukan Oleh : Camilla Emanuella Sembiring

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. istri (Mangunsong, 1998). Survei yang dilakukan Wallis (2005) terhadap 900

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

KECEMASAN IBU TERHADAP PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu komunikasi primer dan

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab I PENDAHULUAN. Autisme merupakan suatu kondisi dimana seseorang, baik dari lahir ataupun

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak. Autis pertama kali ditemukan oleh Kanner pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

PENDIDIKAN MUSIK UNTUK ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Anak autis merupakan salah satu anak luar biasa atau anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

Transkripsi:

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia tidak bisa lepas dari hubungannya dengan manusia lain, yang saling mempengaruhi dan berinteraksi demi memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.gerald R. Miller mengatakan bahwa, "Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima." (Mulyana, 2007 : 68) Komunikasi merupakan hal alami yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menjalani kehidupannya. Sedari lahir manusia bahkan membutuhkan komunikasi untuk menyampaikan maksud atau pun keinginannya, seperti bayi yang menangis sebagai bentuk penyampaian pesan kepada orangtuanya saat merasa lapar, haus, kepanasan, ingin buang air ataupun berbagai kebutuhan lainnya. Seiring dengan bertambahnya usia bayi tersebut maka bertambah pula kemampuannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekitarnya. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik tentunya menjadi hal yang diinginkan setiap orangtua. Anak yang mampu berkomunikasi dan merespon dengan baik hal-hal yang terjadi di sekitarnya sering dianggap sebagai ciri-ciri anak yang cerdas. Hurlock (1980:115) menyatakan bahwa, semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai sehingga semakin cepat dapat berbicara. Lebih lanjut, perkembangan kemampuan komunikasi yang baik tentunya diharapkan pula perkembangan kepribadian dan karakter anak tersebut akan terbentuk dengan baik. Pada kenyataannya, tidak semua anak mempunyai kemampuan yang sama. Sedikit dari banyaknya anak yang lahir di dunia ternyata terlahir dengan keterbatasan dan hambatan dalam pertumbuhannya, baik secara fisik, mental ataupun intelegensinya. Anak-anak inilah yang kita kenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Autisme adalah keadaan pada anak yang masuk dalam kelompok anak berkebutuhan khusus. Autisme berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri. Penyandang

15 Autisme di kenal sulit dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Anak penderita Autisme cenderung menyendiri dan tidak menjukkan ketertarikan untuk bersosialisasi, bahkan dengan keluarganya sendiri. Anak dengan Autisme tidak bisa mengekspresikan emosi dan perasaannya dengan baik, sehingga apa yang mereka butuhkan dan inginkan sering tidak tersampaikan. Autisme pertama kali dikemukakan oleh Kanner (dalam Dawson & Catelloe, 1985 : 18) mendiskripsikan bahwa, gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia, mutest, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitive dan sereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungan (http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/206/108). Rudi Sutadi (Koswara, 2013:11) menyatakan bahwa, Autisme adalah gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan bereaksi (berhubungan) dengan orang lain, karena penyandang autis tidak mampu berkomunikasi verbal maupun non verbal. Lebih lanjut Sumarna (Koswara, 2013:11) mendeskripsikan bahwa, Autisme merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku yang khas, memiliki pikiran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal. Anak penderita Autisme umumnya tidak dapat diidentifikasi hanya dengan melihat bentuk fisiknya saja. Anak penderita Autisme umumnya terlihat seperti anak normal lainnya dalam hal fisik, namun terdapat kelompok ciri-ciri yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat apakah anak tersebut menderita Autisme atau tidak. Hal ini terkenal dengan istilah "Wing's Triad of Impairment" yang dicetuskan oleh Lorna Wing dan Judy Gould. Istilah "Wing's Triad of Impairment" menunjukkan perbedaan dan gangguan pada anak penderita Autisme, yakni perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi dan bahasa (Hasdianah, 2013). Aarons dan Gittens (1999) memberikan beberapa poin yang berharga yang menunjukkan kondisi anak penderita Autisme yang bentuknya klasik, yaitu : 1) kesulitan dalam berinteraksi dengan orang dan lebih tertarik pada objek; 2) lambat dalam mengembangkan kemampuan berbahasa; 3) meskipun dapat berkata-kata tetapi tidak dapat menggunakannya untuk kepentingan berkomunikasi sehari hari; 4) mengulang kata-kata dan

16 prase dari ungkapan-ungkapan di video, televisi atau lagu yang pernah mereka dengar; 5) sulit dalam menggunakan kata ganti kamu sebagai aku; 6) mengulang-ulang aktivitas yang sama dan kurang dapat mengembangkan imajinasi; 7) menolak perubahan di sekelilingnya; 8) mempunyai kemampuan mengingat dan belajar hafalan dengan sangat baik; 9) terlihat normal secara fisik (Hasdianah,2013 : 63). Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai perkembangan jumlah anak Autis di dunia. Mangunsong dalam bukunya yang berjudul Psikologi dan Pendidikan Anak Penyandang Autisme menyatakan bahwa penelitan terakhir mengenai Autisme di Amerika serikat menunjukkan 1 dari 150 anak yang lahir adalah individu Autis. Di Indonesia sendiri belum ada angka yang pasti mengenai prevalensi autisme, namun dari data yang ada di Poliklinik Psikiatri Anak dan Remaja RSCM pada tahun 1989 ditemukan 2 pasien, dan pada tahun 2000, tercatat 103 pasien baru. Hal ini berarti terjadi peningkatan yang mencapai 50 kali lipat.(http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/psi/article/download/118/108). Data lain yaitu Lembaga Sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun 2004 anak dengan ciri-ciri autistik atau GSA di Indonesia mencapai 475.000 orang. (http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/download/206/108 ) Peningkatan jumlah anak penderita Autisme secara pesat di dunia membuat semakin banyaknya penelitian dilakukan untuk mencari tau penyebab anak menderita Autisme. Sampai saat ini, belum ada hasil yang pasti mengenai bagaimana seorang anak bisa terlahir dengan Autisme, akan tetapi ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebabnya. Salah satu dugaan penyebab anak menderita Autisme adalah faktor genetik. Penelitian yang dilakukan oleh International Journal of Development Neuroscience (Hasdianah, 2013 : 45) menyatakan bahwa, keluarga yang mempunyai seorang anak autistik mempunyai kemungkinan untuk mempunyai anak dengan autistik lagi sekitar 5-10 %. Lebih lanjut National Institute of Health (Hasdianah, 2013 : 73) menyatakan, keluarga yang memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang juga autisme. Selain genetik, beberapa faktor lain yang diduga kuat menjadi penyebab Autisme adalah pestisida, obat-obatan, usia orangtua, perkembangan otak, flu, mercuri, Pb (plumbum) atau timah hitam, dan Cd (kamdium) yang sering digunakan dalam berbagai industri seperti pengolahan roti, ikan, tekstil, pewarnaan, logam,bahan bakar dan lainnya ( Hasdianah, 2013). Dengan berbagai dugaan penyebab terjadinya Autisme dan peningkatan jumlah penderita Autisme yang berkembang pesat, maka berbagai cara digunakan oleh orang tua

17 dari anak penderita Autisme untuk membantu agar anak tersebut dapat berkembang dalam hal komunikasi dan bersosialisasi.salah satunya adalah dengan bantuan dari sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, yang saat ini keberadaannya sudah banyak kita temukan. Keberadaan sekolah khusus Autisme tentunya sangat membantu dalam proses penyembuhan dan pembelajaran untuk anak dengan Autisme. Dengan bantuan langsung yang diberikan oleh guru yang benar-benar bisa mengerti dan memahami keadaan anak penderita Autisme, diharapkan anak dapat membuka dirinya secara perlahan.pendidikan bagi anak autis tentunya berbeda dengan pendidikan untuk anak normal. Berbagai terap di lakukan untuk membuat anak penderita Autisme mau berbicara dan bersosialisasi. Komunikasi secara tatap muka atau komunikasi antarpribadi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk membantu anak autisme dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Seperti yang dikatakan Effendy dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (2003 : 61), dibandingkan dengan bentuk bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Penerapan tahap-tahap komunikasi antarpribadi tentunya akan menciptakan komunikasi yang efektif pada anak penderita Autisme. Setelah kemampuan komunikasi dan sosialisasi menjadi lebih baik, tentunya anak dengan Autisme diharapkan dapat memiliki pribadi dan karakter yang baik. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa anak dengan Autisme memiliki kecenderungan menutup diri dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Keterbatasan ini telah terbukti dapat diatasi melalui peran komunikasi. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor ketertarikan penulis untuk melihat bagaimana tahap-tahap dan peran komunikasi antarpribadi dalam mengatasi keterbatasan anak dengan Autisme sehingga mampu berkomunikasi secara lebih efektif. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah anak berkebutuhan khusus, yaitu Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) yang berlokasi di jalan Sei Batu Rata No.14 Medan, Sumatera Utara. YAKARI merupakan salah satu sekolah untuk anak penderita Autisme yang cukup dipercaya di Medan, sebagai tempat yang dapat membantu anak penderita Autisme menjadi lebih dapat mandiri dan bersosialisasi. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana peran komunikasi antar pribadi dalam membantu anak penderita Autisme di sekolah YAKARI mencapai kemampuan berkomunikasi secara efektif.

18 1.2 Fokus Masalah Komunikasi dan Autisme adalah bidang kajian yang sangat luas, untuk menghindari penulisan yang rancu dan terlalu melebar penulis membatasi masalah penelitian ini hanya pada komunikasi antarpripadi pada anak penderita Autisme : 1. Bagaimana tahap-tahap komunikasi antarpribadi dalam pembentukan komunikasi efektif pada anak penderita Autisme di Sekolalah Khusus Autisme YAKARI? 2. Bagaimana peran komunikasi antarpribadi dalam pembentukan komunikasi efektif pada anak penderita Autisme di Sekolalah Khusus Autisme YAKARI? 1.3 Tujuan Penelitian berikut: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas sebagai 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap komunikasi antarpribadi dalam pembentukan komunikasi efektif pada anak penderita Autisme di Sekolah Khusus Autisme YAKARI 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi antarpribadi dalam proses pembentukan komunikasi efektif pada anak penderita Autisme di Sekolah Khusus Autisme YAKARI 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan maanfaat praktis. 1. Manfaat Akademis.penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian mengenai proses komunikasi antarpribadi dan menambah referensi khususnya bagi para mahasiswa FISIP USU jurusan komunikasi. 2. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang ingin mengetahui atau mempelajari mengenai komunikasi antarpribadi / interpersonal yang berkaitan dengan masalah komunikasi dengan anak

19 berkebutuhan khusus, khususnya penderita autisme yang mungkin belum pernah diketahui atau diteliti sebelumnya, serta sebagai referensi bagi rekan rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian di masa mendatang. 3. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, dan informasi bagi para orangtua yang memiliki anak penderita autisme mengenai peran dan tahap-tahap komunikasi antarpribadi / interpersonal yang baik dan efektif, serta menjadi motivasi bagi orangtua dengan anak penderita Autisme untuk dapat membantu anak penderita Autisme agar dapat berkomunikasi dengan efektif.