BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktek kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit sebagai salah satu tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan untuk masyarakat memiliki peran yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Undang- Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang salah satu tujuannya memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit dengan terus meningkatkan mutu dan memperhatikan standar pelayanan rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Hatta, 2010). Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 44 Tahun 2009 pasal 40 ayat 1 menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia wajib melakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Peraturan Menteri Kesehatan No. 012 Tahun 2012 menyatakan bahwa, akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Akreditasi yang dilakukan bertujuan untuk 1
2 meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit, meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia dan rumah sakit sebagai institusi serta mendukung program pemerintah di bidang kesehatan. Akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk evaluasi mutu suatu rumah sakit yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen (Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2011). Dengan demikian rumah sakit harus menerapkan standar akreditasi yang berlaku bagi rumah sakit yang tertuang dalam standar akreditasi rumah sakit yang dibuat oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Kelompok standar akreditasi rumah sakit tahun 2012 yang harus dicapai rumah sakit meliputi, kelompok standar berfokus kepada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, kelompok sasaran keselamatan pasien, kelompok sasaran menuju millenium development goals. Salah satu aspek yang akan disurvei dalam standar akreditasi rumah sakit tahun 2012 yaitu telaah rekam medis tertutup. Menurut Pedoman Tata Laksana Survei Edisi III Tahun 2014, telaah rekam medis tertutup adalah analisis berkas rekam medis setelah pasien pulang yang dilakukan untuk memastikan kepatuhan rumah sakit menyediakan pencatatan balik ke belakang (track record) dari rekam medis. Pada format telaah rekam medis tertutup pada kelompok standar berfokus pada pasien salah satu yang dinilai adalah standar hak pasien dan keluarga. Penilaian terhadap mutu pelayanan di rumah sakit akan bertambah baik jika pelayanan yang akan dilakukan melibatkan peran aktif dari pasien maupun dari keluarga pasien dalam mengambil keputusan pelayanan. Dalam manual persetujuan tindakan kedokteran merupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling menghormati dan komunikatif antara dokter dengan pasien yang bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi pasien demi mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang disepakati. Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit (2012), salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent. Untuk menyetujui, pasien harus diberi penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang direncanakan, karena
3 diperlukan untuk suatu keputusan persetujuan. Informed consent dapat diperoleh pada berbagai titik waktu dalam proses pelayanan. Proses persetujuan ditetapkan dengan jelas oleh rumah sakit dalam kebijakan dan prosedur yang mengacu kepada undang-undang dan peraturan yang berlaku. Menurut S. Jacobalis (2003), penjelasan persetujuan tindakan kedokteran menjelang operasi umumnya masih kurang dilakukan oleh dokter di Indonesia. Penyebabnya bisa disebabkan oleh berbagai alasan yang salah satunya dikarenakan terlalu banyak pasien yang dilayani sehingga waktu untuk berkonsultasi sedikit. Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan malpraktek. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identifikasi pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Segala informasi yang tertulis dalam rekam medis akan dijadikan dasar oleh tenaga medis dalam melakukan tindakan selanjutnya dalam episode asuhan keperawatan. Catatan medis harus segera diselesaikan tepat waktu dan mengandung data yang akurat dalam pendokumentasian berkas rekam medis. Untuk mencapai tujuan tersebut harus ada kerjasama yang baik antara dokter dengan pemberi pelayanan kesehatan lainnya supaya catatan medis pasien dapat terisi dengan lengkap dan tepat waktu (Huffman, 1994). Menurut Rahmawati (2014), pengisian dokumen rekam medis harus diisi sebaik mungkin dan selengkap mungkin untuk kesinambungan informasi dan salah satu syarat dalam akreditasi rumah sakit, ketidaklengkapan dalam proses pengisian rekam medis dapat menyebabkan turunnya mutu. Menurut Febriyanti dan Sugiarti (2015), kelengkapan dokumen rekam medis dibutuhkan pada pelayanan di rumah sakit, terutama kasus berisiko seperti tindakan-tindakan invasif di ruang bedah. Ruang bedah atau kamar operasi adalah bagian dari sebuah pelayanan rumah sakit yang diperlukan untuk memberikan sarana dan prasarana tindakan bedah. Kasus bedah merupakan kasus berisiko tinggi maka memerlukan data yang lengkap agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya
4 kasus malpraktek yang bisa masuki ke ranah hukum. Menurut Pedoman Tata Laksana Survei Akreditasi Rumah Sakit Edisi III, pasien kebidanan merupakan salah satu kriteria pemilihan telusur. Sedangkan itu, tindakan sectio caesarea merupakan salah satu dari tindakan kebidanan yang melibatkan pasien kebidanan pula. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan Kepala Unit Rekam Medis di RSUD Bagas Waras pada bulan Januari, RSUD Bagas Waras Klaten akan melaksanakan akreditasi pada tahun 2017 dengan mengacu pada standar akreditasi rumah sakit sesuai KARS 2012. Salah satu aspek dalam akreditasi rumah sakit yang akan dilakukan survei adalah telaah rekam medis tertutup. RSUD Bagas Waras Klaten belum pernah melakukan telaah rekam medis tertutup. Telaah rekam medis tertutup dilakukan pada formulir consent pasien sectio caesarea karena formulir consent merupakan formulir yang penting dan dapat digunakan sebagai alat bukti hukum. Selain itu pasien sectio caesarea termasuk dalam tindakan operasi berisiko yang dapat menimbulkan efek berbahaya, termasuk dalam 10 besar tindakan yang banyak dilakukan di RSUD Bagas Waras, dan disebutkan dalam Pedoman Tata Laksana Survei III Tahun 2014 bahwa salah satu kriteria pemilihan pasien dalam metoda telusur adalah pasien kebidanan, sedangkan tindakan sectio caesarea termasuk dalam tindakan kebidanan maka memenuhi kriteria tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil telaah rekam medis tertutup terkait consent pada pasien sectio caesarea sesuai standar akreditasi rumah sakit 2012 di RSUD Bagas Waras Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah hasil telaah rekam medis tertutup terkait consent pasien sectio caesarea di RSUD Bagas Waras Klaten sesuai dengan akreditasi rumah sakit 2012?
5 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan, baik secara umum maupun khusus sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Menganalisis hasil telaah rekam medis tertutup terkait consent pasien sectio caesarea di RSUD Bagas Waras Klaten sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan pengisian consent pada pasien sectio caesarea sesuai format telaah rekam medis tertutup sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012. b. Menganalisis isi formulir consent berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012. c. Mengetahui persentase kelengkapan consent pasien sectio caesarea berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012. d. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian consent pasien sectio caesarea di RSUD Bagas Waras Klaten. e. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi ketidaklengkapan pengisian consent pasien sectio caesarea di RSUD Bagas Waras Klaten. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat, baik secara praktis maupun teoritis sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran persentase kelengkapan pengisian consent pasien sectio caesarea berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan pengisian, memberikan masukan dan saran terkait upaya peningkatan kelengkapan lembar consent sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012.
6 b. Bagi Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berkesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam hal analisis kelengkapan dan perhitungan persentase kelengkapan consent pasien sectio caesarea sesuai standar akreditasi rumah sakit 2012 serta dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu dapat digunakan sebagai referensi materi pembelajaran dan pengembangan ilmu dalam bidang rekam medis. b. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dasar untuk penelitian lain yang serupa. E. Keaslian Penelitian 1. Arumdani (2014), dengan judul penelitian Telaah Rekam Medis Tertutup Terkait Consent Berdasarkan Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil Penelitian: Hasil telaah rekam medis tertutup terhadap 100 berkas rekam medis pasien rawat inap, diperoleh hasil persentase kelengkapan pengisian consent untuk standar HPK 6.3 terkait persetujuan umum sebesar 80%, standar HPK 6.4 terkait persetujuan operasi dan tindakan invasif sebesar 92%, standar HPK 6.4 terkait persetujuan transfusi darah dan produk darah sebesar 89%, standar PAB 7.1 terkait risiko, keuntungan, komplikasi dan alternatif operasi sebesar 96%. Faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan pengisian adalah kesibukan individu yang mengisikan lembar tersebut dikarenakan banyaknya pekerjaan sehingga menyebabkan ketidaktelitian dan belum tersosialisasinya standar operating procedure (SOP) secara menyeluruh. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi ketidaklengkapan pengisian adalah dengan menjalin komunikasi dan juga sosialisasi.
7 Persamaan Penelitian: Menganalisis lembar consent berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012 dengan menggunakan formulir telaah yang telah disediakan oleh komisi akreditasi rumah sakit. Perbedaan Penelitian: Objek penelitian Arumdani (2014) adalah seluruh consent pada semua kasus yang terdapat pada berkas rekam medis pasien. Sedangkan peneliti menganalisis consent pada pasien sectio caesarea, yaitu informed consent dan general consent. Selain itu juga terdapat perbedaan pada tujuan khusus, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. 2. Ermawati (2016), dengan judul penelitian Telaah Rekam Medis Tertutup Terkait Consent Pasien Bedah Berdasarkan Standar KARS 2012 di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Hasil Penelitian : Pelaksanaan consent di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada telah dilksanakan sesuai standar KARS 2012, hal ini didukung dengan adanya persetujuan dan pemberian informasi sebelum dilakukan tindakan medis. Hasil persentase kelengkapan consent pada pasien bedah untuk standar HPK 6.3 25,88%, standar HPK 6.4 terkait persetujuan operasi dan tindakan medik 51,76%, persetujuan anestesi dan sedasi 65,88%, PAB 5.1 terkait risiko, keuntungan, dan anestesi alternatif sebesar 90,58%, sedangkan standar PAB 7.1 risiko, keuntungan, komplikasi, dan alternatif operasi sebesar 89,41%. Faktor yang menyebabkan ketidaklengkapan pengisian yaitu kesibukan individu dalam pengisian consent, keterbatasan jumlah SDM untuk TPP rawat inap, ketidaksesuaian item saksi pada formulir general consent, serta kurangnya sosialisasi dari pihak rekam medis dan pokja HPK dan PAB terkait pengisian formulir informed consent. Persamaan Penelitian : Menganalisis formulir consent berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012 dengan menggunakan formulir telaah yang telah disediakan oleh komisi akreditasi rumah sakit. Perbedaan Penelitian : Objek penelitian Ermawati (2016) adalah lembar consent pada pasien bedah, sedangkan peneliti menggunakan objek general consent dan informed consent pasien sectio caesarea. Selain itu terdapat perbedaan pada tujuan khusus, waktu, dan tempat
8 penelitian. Pada penelitian ini peneliti meneliti pelaksanaan consent, mengetahui isi formulir consent yang dianalisis sesuai dengan standar akreditasi rumah sakit 2012, faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan dan upaya mengatasi ketidaklengkapan tersebut. 3. Sulistyowati (2015), dengan judul Pelaksanaan Informed Consent Pada Pasien Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soedirman Kebumen Berdasarkan Standar KARS 2012. Hasil Penelitian : Tidak ada pelatihan pada pasien bedah yang akan melakukan informed consent, proses informed consent pada pasien bedah berlangsung dua kali yaitu diawali dengan penjelasan oleh dokter di poliklinik dan dilanjutkan dengan proses penandatanganan di bangsal bedah tanpa mengikutsertakan dokter yang bertanggung jawab. Pendokumentasian informed consent hanya dilakukan untuk persetujuan tertulis saja sedangkan untuk persetujuan lisan tidak didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Di RSUD Dr. Soedirman terdapat lembar penolakan untuk pasien yang menolak saran tindakan medis. Informasi yang disampaikan oleh dokter tidak lengkap sehingga belum sesuai dengan standar KARS 2012. Informasi yang didokumentasikan dalam rekam medis pasien yaitu hanya nama tindakan yang diberikan kepada pasien. Di RSUD Dr. Soedirman, pemberian penjelasan informasi kepada pasien tidak didokumentasikan sehingga hal ini tidak sesuai dengan standar HPK.6.4. Dalam penyampaian informasi baik dokter maupun perawat mengalami kendala berupa kesulitan pasien dalam memahami penjelasan sehingga harus berulang kali menjelaskan dengan berusaha menyesuaikan bahasa yang digunakan dan dipahami pasien. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan pasien, usia pasien, dan status sosial pasien yang berbeda-beda. Persamaan Penelitian : Objek yang diteliti adalah informed consent. Perbedaan Penelitian : Pada penelitian Sulistyowati (2015) objek hanya berfokus pada informed consent, sedangkan objek peneliti adalah informed consent dan general consent. Selain itu penelitian Sulistyowati (2015) berfokus pada pelaksanaan informed consent, sedangkan pada penelitian ini menelaah rekam medis secara tertutup
9 terkait consent pada pasien sectio caesarea sesuai dengan standar KARS 2012. 4. Herfiyanti (2015), pada jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia dengan judul Kelengkapan Informed Consent Tindakan Bedah Menunjang Akreditasi JCI Standar HPK 6 Pasien Orthopedi. Hasil Penelitian: Jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaklengkapan terbesar terdapat pada pengisian informed consent item penjelasan prognosis sebesar 54,1%, alternatif & resiko sebesar 52,5%, dan komplikasi sebesar 50,8%. Proses dari pelaksanaan informed consent di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung masih belum berjalan sebagaimana mestinya seperti yang tertuang dalam standar Prosedur Operasional (SPO) informed consent. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya formulir informed consent yang tidak terisi dengan lengkap. Persamaan Penelitian: Menganalisis kelengkapan informed consent tindakan bedah berdasarkan standar akreditasi rumah sakit 2012. Perbedaan Penelitian: Objek yang digunakan pada penelitian Herfiyanti (2015) adalah informed consent pada pasien orthopedi sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek general consent dan informed consent pada pasien sectio caesarea. Selain itu penelitian Herfiyanti (2015) berfokus pada analisis standar HPK 6 sedangkan peneliti berfokus pada telaah rekam medis tertutup pada consent yaitu standar HPK 6.3, HPK 6.4, HPK 8, PAB 5.1 dan PAB 8.1. F. Gambaran Umum Rumah Sakit 1. Profil Rumah Sakit RSUD Bagas Waras Klaten merupakan rumah sakit umum daerah yang terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 8 Tahun 2014 tanggal 7 Agustus 201 tentang Rumah Sakit Umum Daerah Bagas Waras Kabupaten Klaten. RSUD Bagas Waras Klaten beralamat di Jalan Ir. Soekarno Km.2 Buntalan Klaten Tengah, Klaten, Jawa Tengah, Telp. (0272) 3359188, Fax. (0272)
10 335966, dengan luas tanah 55.000m 2 dan luas bangunan 10.415 m 2. RSUD Bagas Waras Klaten merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dipimpin oleh direktur sebagaimana tertuang dalam Perda Kabupaten Klaten Nomor 10 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Klaten. RSUD Bagas Waras Klaten diresmikan dan mulai operasional pada hari sabtu tanggal 24 Oktober 2015 oleh Bupati Klaten. Mulai terhitung tanggal 23 Juli 2015, RSUD Bagas Waras Klaten menerima pola penetapan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan Keputusan Bupati Klaten Nomor 445/301 Tahun 2015 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Bagas Waras Klaten. Izin operasional RSUD Bagas Waras Klaten diberikan berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Klaten atas nama Bupati Klaten Nomor 503.24/002/OP/2015/29 tentang Pemberian Izin Operasional Rumah Sakit. Izin operasional diberikan pada tanggal 30 September 2015 dan masa berlaku izin operasional selama 5 tahun. 2. Visi, Misi, Motto dan Nilai RSUD Bagas Waras Klaten a. Visi Rumah sakit yang unggul dalam pelayanan paripurna serta berkeadilan. b. Misi 1) Mengutamakan keselamatan pasien. 2) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan berkeadilan. 3) Tempat pelayanan rujukan kesehatan yang paripurna dan terintegrasi. 4) Mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. 5) Mengutamakan pemenuhan kebutuhan anak dalam layanan kerumahsakitan.
11 c. Motto Motto RSUD Bagas Waras adalah ramah dan cepat dalam pelayanan, cekat dan tepat dalam penanganan. d. Nilai Melayani dengan PITA (Profesional, Ikhlas, Tulus, dan Adil). 3. Pelayanan yang Diberikan 1. Pelayanan Rawat Jalan a. Pelayanan Medik Umum 1) Poli Umum/IGD 2) Poli Gigi b. Pelayanan Medik Spesialis Dasar 1) Poli Penyakit Dalam 2) Poli Bedah 3) Poli Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi) 4) Poli Kesehatan Anak c. Poli Spesialis Penunjang Medik 1) Anestesiologi 2) Radiologi 3) Patologi Klinik 4) Rehabilitasi Medik d. Pelayanan Medik Spesialis Lain 1) Poli Syaraf 2) Poli THT 3) Poli Mata 2. Pelayanan Gawat Darurat a. Pelayanan Kegawat Daruratan 24 jam b. Pemeriksaan Umum 24 jam c. Rujukan 3. Pelayanan Untuk Ruang Bedah 4. Pelayanan Untuk Bersalin a. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal Fisiologis b. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal Risiko Tinggi 1) Masa Antenatal 2) Masa Intranatal
12 3) Masa Postnatal c. Pelayanan Kesehatan Neonatal d. Pelayanan Ginekologi e. Perawatan Transfusi Darah 5. Pelayanan Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU) 6. Pelayanan Rawat Inap (VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III) 7. Pelayanan Penunjang Medik a. Pelayanan Laboratorium b. Radiologi c. Pelayanan Fisioterapi d. Pelayanan Instalasi Gizi e. Bank Darah 8. Pelayanan Kefarmasian 9. Pelayanan CSSD (Central Sterile Supply Department) 10. Pelayanan Haemodialisa 4. 10 Besar Penyakit Rawat Inap Tahun 2016 Tabel 1. 10 Besar Penyakit Rawat Inap 2016 di RSUD Bagas Waras Klaten No Kode ICD 10 Diagnosis 1 I10 HT Esensial (primer) 2 B34.9 Viral Infection 3 I50.0 Congestive Heart Failure 4 O82.0 Delivery by RE Elective Caesarean Section 5 A09 Gastroenteritis Akut (Diare) (Colitis) (Enteritis) 6 O68.9 Labour and Delivery Complicated by Fetal Stress 7 D64.9 Anemia, unspecified 8 N39.0 Urinary Tract Infection 9 A90 Demam Dengue 10 R42 Pusing (Dizziness) dan Pening (Giddiness) Sumber: Unit Rekam Medis RSUD Bagas Waras Klaten
13 5. Performance Indikator RSUD Bagas Waras Klaten Tahun 2016 Tabel 2. Performance Indikator RSUD Bagas Waras Klaten 2016 No Performance Satuan Hasil 1 Jumlah Pasien Rawat Jalan Orang 38024 2016 2 Jumlah Pasien Rawat Inap Orang 29608 2016 3 BOR (Bed Occupancy % 59 Rate) 4 ALOS (Average Length of Hari 3,6 Stay) 5 TOI (Turn Over Interval) Hari 3,5 6 BTO (Bed Turn Over) Kali 47,5 7 GDR (Gross Death Rate) 0/00 2,99 8 NDR (Net Death Rate) 0/00 0,77 Sumber: Unit Rekam Medis RSUD Bagas Waras Klaten