PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA. Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti ah, M.A, P.hD.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

POLA HUBUNGAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

Peers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Pertemanan atau persahabatan yaitu hubungan "akrab" antara sesorang

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

Transkripsi:

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II PERANAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) DALAM PERKEMBANGAN REMAJA Dosen Pengampu: Dra. Titik Muti ah, M.A, P.hD. Disusun oleh : Isnaini Muslikhah (2014011010) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dalam Perkembangan Remaja ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peranan peer group dalam perkembangan remaja. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan kita dapat mengambil manfaatnya sehingga dapat memberikan ilmu pengetahuan terhadap pembaca. Yogyakarta, April 2016 Penyusun ii

DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 2 C. Tujuan 2 BAB II PEMBAHASAN A. Remaja dan Perkembangannya 3 B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 4 C. Ciri-Ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 6 D. Macam-Macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 7 E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) 8 F. Pengaruh Perkembangan Peer Group 10 BAB III PENUTUP Kesimpulan 12 Daftar Pustaka 13 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Secara tradisional masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1993). Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman mempunyai tingkatan social kompetensi yang mampu memberikan energi tersendiri dalam penyesuaiannya dilingkungan sekolahnya. Selain peran keluarga, peran lingkungan juga sangat membantu remaja dalam perkembangannya. Salah satunya yaitu dengan hubungan peer group. Hubungan peer group yang positif dapat memberikan dukungan social yang baik terhadap remaja yang memiliki berbagai masalah dalam proses perkembangan, sehingga memunculkan kualitas persahabatan yang positif pula. Seperti disebutkan Hurlock (1992) bahwa perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama. Namun tidak sedikit pula remaja yang salah memilih kelompok sebayanya sehingga menimbulkan perilaku yang negatif dimana masa remaja adalah masa krisis identitas sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan sebayanya. Oleh sebab itu, peer group penting untuk diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan remaja. 1

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusuan masalah yang diperoleh yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan remaja dan perkembangan remaja? 2. Apa yang dimaksud dengan peer group? 3. Bagaimana ciri-ciri dan macam-macam bentuk peer group? 4. Apa saja fungsi peer group? 5. Bagaimana pengaruh perkembangan peer group? C. Tujuan Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya peer group dalam perkembangan remaja. 2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan macam-macam bentuk peer group. 3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi peer group. 4. Untuk mengetahui dan memahami dampak atau pengaruh peer group. 2

BAB II PEMBAHASAN A. Remaja dan Perkembangannya Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dngan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolesence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja, seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksmal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk, 1989). Namun yang perlu ditekankan disini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Remaja dikarakteristikkan sebagai masa 3

pencarian jati dirinya sendiri ditandai oleh hubungan teman sebaya yang erat dan pembentukan clique, penemuan nilai-nilai dan ideal-ideal yang tinggi, perkembangan kepribadian dan pembentukan identitas, dan pencapaian status dewasa dengan tugas-tugas menantangnya dan tanggung jawab (Pikunas, 1976). B. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Salah satu kegiatan yang dikembangkan individu pada masa remaja adalah menjalin interaksi dengan teman yang sebaya (Gander & Gardiner, 1981). Remaja cenderung membentuk kelompok-kelompok sebaya yang mereka sebut dengan sahabat. Istilah persahabatan atau pertemanan menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Ikatan persahabatan akan ditunjukkan oleh perilaku saling menolong di antara mereka, saling percaya, dan juga saling setia. Haber dan Runyon (1984) menyatakan bahwa persahabatan adalah hubungan interpersonal antar individu. Hubungan interpersonal yang efektif memerlukan individu-individu dengan karakteristik pribadi yang sehat dan seimbang. Perkembangan pribadi seseorang sebagian besar tergantung pada interaksi individu dengan individu lain melalui hubungan yang baik dan jujur, penuh rasa percaya, cita-cita dan komitmen bersama (Hurlock, 1992). Peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi (Santoso,1999:85). Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam peer group ini, individu menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya. Menurut pakar psikologi remaja Santrock, Cartwright dan Zander (kompas.com) peer group adalah 4

sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung. Maka di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada kelompok pertemanan. Mereka terdiri atas beberapa orang yang merasa punya ikatan kuat. Mereka kelihatan selalu bersama-sama dalam melakukan berbagai aktivitas. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto (1993:54) kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya. Menurut St.Vembriarto (1993: 55) ada beberapa pokok dalam pengertian teman sebaya: a. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan diantara anggotanya intim. b. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi social. c. Istilah kelompok dapat menunjuk kelompok anak-anak, kelompok remaja. Dalam kelompok teman sebaya (Peer group) akan memungkinkan individu untuk saling berinteraksi, bergaul dan memberikan semangat dan motivasi terhadap teman sebaya yang lain secara emosional. Adanya ikatan secara emosional dalam kehidupan peer group akan mendatangkan berbagai manfaat dan pengaruh yang besar bagi individu yang berada dalam kelompok tersebut. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peer group adalah sekelompok teman sebaya yang mempunyai ikatan emosional yang kuat dan mereka dapat berinteraksi, bergaul, bertukar pikiran dan pengalaman dalam memberikan perubahan dan pengembangan dalam kehidupan sosial dan pribadinya. Remaja sebagai siswa di sekolah, memandang seorang teman mempunyai tingkatan sosial kompetensi, dan untuk mengukur tingkat kesesuaian diri remaja dalam membina hubungan dengaan orang lain maka terdapat kualitas persahabatan yang menjadi prediktor untuk 5

mengindentifikasi penyesuaian tersebut. Kualitas peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik, dominansi, permusuhan). Hubungan peer group yang positif dicirikan dengan hubungan remaja yang membangun. Dimana terdapat dukungan sosial yang baik dalam hubungannya, seperti ketika menghadapi peristiwa tertekan atau stres (Laursen dalam Gunarsa, 2004). Dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan peer group atau hubungan peer group yang negatif, siswa yang memiliki hubungan peer group yang positif lebih dapat mengatasi stres karena dukungan dari teman-temannya. Selain itu, peer group yang positif berpengaruh terhadap adanya keahlian sosial yang diperoleh, seperti kemampuan kejasama dengan orang lain. Hubungan peer group yang positif akan memberi hasil pada prestasi akademik dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah, sedangkan hubungan peer group yang negatif akan menimbulkan masalah perilaku. Masalah perilaku yang muncul pada remaja seperti terlibat dalam perkelahian, tawuran, penggunaan obat-obatan, seks bebas sampai pada kenakalan remaja (Laursen dalam Gunarsa, 2004). C. Ciri-ciri Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Menurut Slamet Santoso (1999:87) ciri-ciri kelompok teman sebaya (peer group) adalah sebagai berikut: 1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas Peer group terbentuk secara spontan. Diantara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu diantara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Dimana semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya disegani dalam kelompok itu. 6

2. Bersifat sementara Karena tidak adanya struktur yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. 3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, yang mempunyai aturan atau kebiasaan yang berbeda-beda. Lalu mereka memasukkannya dalam kelompok sebaya sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok, kemudian dijadikan kebiasaan kelompok. 4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkretnya pada anakanak usia SMP atau SMA. D. Macam-macam Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Menurut para ahli yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982: 158) terdapat kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompokkelompok tersebut adalah: 1. Kelompok Chums (sahabat karib) Chums yaitu kelompok dalam mana remaja bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin yang sama, memiliki minat, kemampuan dan kemuan-kemauan yang mirip. Beberapa kemiripan itu membuat mereka sangat akrab, walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan mudah mereka melupakan. 2. Kelompok Cliques (komplotan sahabat) Cliques biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relative sama. Cliques biasanya 7

terdiri dari penyatuan dua pasang Chums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu Cliques umumnya sama. 3. Kelompok Crowds (kelompok banyak remaja) Crowds biasnya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibanding Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang. Dengan demikian terdapat kemampuan, minat dan kemauan diantara para anggota Crowds. 4. Kelompok yang diorganisir Kelompok yang diorganisir merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga lembaga tertentu misalnya sekolah. Kelompok ini timbul atas dasar kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam suatu kelompok-kelompok. 5. Kelompok Gangs Gangs merupakan kelompok yang terbentuk dengan sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut diatas. Mereka belajar memahami teman-teman mereka dan peraturan yang ada. E. Fungsi Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka peer group juga mempunyai fungsi. Menurut Santoso (1999: 85-87) Fungsi fungsi peer group tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. 8

2. Mengajarkan mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah ini dinamakan mobilitas sosial. 3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. 4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orangtua dan guru bahkan untuk masyarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. 5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantungan satu sama lainnya. 6. Peer group mengajarkan moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial. 7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagi kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lainnya juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. 8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Dengan adanya kelompok sosial seperti peer group tersebut akan memberikan ruang dan waktu kepada individu untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan pribadinya dalam aspek kehidupan sosialnya. Mereka akan mengalami perubahan dalam berbagai hal yang memungkinkan untuk berperan menjadi lebih luas dalam kehidupan kelompok sosialnya yang ditandai dengan perubahan sikap dan perilakunya. 9

Menurut E Mavis Hetherington and Ross D Parke (1979:486) sebagaimana kelompok sosial yang lain, maka kelompok teman sebaya (peer group) juga mempunyai fungsi yaitu: 1. Memberi perhatian yang positif dan saran: mengunjungi, memberikan kejutan/hadiah, saran, menawarkan bantuan, tersenyum, membentuk seseorang dari anak lain yang membutuhkan, percakapan umum. 2. Memberikan sikap dan penerimaan pribadi: secara fisik dan lisan. 3. Sikap tunduk: penerimaan pasif, meniru, sharing, menerima ide orang lain, mengikuti anak lain yang bermain, berkompromi, mengikuti teman yang lain meminta dengan keenagan dan kerjasama (kooperatif). Dalam peer group mereka akan bersikap lebih dewasa dan berusaha untuk dapat setara dan memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam kelompok, seperti belajar untuk menjadi pemimpin kelompok yang baik, memberikan konstribusi dan pengaruh terhadap kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan penuh dengan keleluasaan dan kebebasan dalam menemukan identitas diri dan juga konsep dirinya. F. Pengaruh Perkembangan Peer Group Dalam pertemanan sebuah peer group akan ada dampak atau pengaruh terhadap berkembangan remaja anggotanya baik pengaruh positif maupun negative. Menurut Santoso (1999: 88) dampak-dampak tersebut antara lain: 1. Pengaruh positif dari peer group adalah: a. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang. b. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan. c. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayanan yang mereka anggap baik. d. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya. 10

e. Mendorong individu untuk bersifat mandiri. f. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok. 2. Pengaruh negatif dari peer group adalah : a. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan. b. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota. c. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya. d. Timbul persaingan antar anggota kelompok. e. Timbul pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya. Dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat, karena telah berbuat sesuai dengan aturan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan harus ditanamkan dan dikembangkan dengan kebiasaan yang baik, agar seseorang dapat mencapai kehidupan yang baik, karena kedisiplinan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan. 11

BAB III KESIMPULAN Peer group merupakan kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana ia dapat berinteraksi. Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kelompok teman sebaya sangat berpengaruh terhadap citra diri remaja. Remaja menjadi lebih dekat dengan teman sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman sebaya dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Remaja dalam bergaul dengan teman sebaya merasa diberi status dan memperoleh simpati. Kualitas peer group terdiri dari kualitas persahabatan yang positif (seperti perasaan aman, pertemanan, dukungan) dan kualitas persahabatan yang negatif (seperti konflik, dominansi, permusuhan). Karena itu dalam pergaulan baik individu maupun kelompok harus dapat belajar berperilaku agar menuju kehidupan yang lebih baik. Kelompok teman sebaya (peer group) membutuhkan kedisiplinan agar dalam menjalankan aktivitas kelompoknya memperoleh suatu pengakuan dari masyarakat. Oleh sebab itu, peer group sangat penting untuk diperhatikan karena memiliki peranan yang cukup penting bagi perkembangan remaja. 12

DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad, Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Asmara, Tejo. 2007. Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III A di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Bayani, Irma, Sumastri Sarwasih. 2013. Attachment dan Peer Group dengan Kemampuan Coping Stress Pada Siswa Kelas VII di SMP RSBI Al Azhar 8 Kemang Pratama. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1. Ekasari, Agustina, Zesi Andriyani. 2013. Pengaruh Peer Group Support dan Self- Esteem Terhadap Resilience Pada Siswa SMAN Tambun Utara Bekasi. Jurnal Soul. Vol. 6, No.1. Hariastuti, Retno Tri. 2012. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menjalin Persahabatan. Jurnal Psikologi. Vol. 2, No. 2. 135-140. Indrayana, Praditya, Fabiola Hendrati. 2013. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Konsep Diri Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2, No. 3, 199 207. Nisfiannoor, M., Yuni Kartika. 2004. Hubungan antara Regulasi Emosi dan Penerimaan Kelompok Teman Sebaya pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 2 No. 2, 160-178. Wulan, Dewi Sri Nawang. 2007. Hubungan antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 13