BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif yang artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru kelas VII SMP Negeri 1 Turi. Peneliti terlibat kolaborasi bersama guru dalam perencanaan dan terlibat kolaborasi bersama 5 orang teman peneliti yang bertindak sebagai observer. Guru sebagai pelaksana dan peneliti beserta 5 orang teman peneliti sebagai pengamat jalannya pembelajaran dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 60), penelitian tindakan dilakukan ketika diidentifikasi permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran, kemudian peneliti menetapkan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut Suharsimi (2006:74), PTK terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Turi yang beralamatkan di Turi, Sleman. Waktu penelitian ini dilakukan di bulan April 2017 (12 April 2017 29 April 2017) pada semester genap dengan pelaksanaan penelitian menyesuaikan jam pelajaran kelas VII C SMP Negeri 1 Turi selama 4 kali pertemuan. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII C SMP Negeri 1 Turi. Jumlah peserta didik kelas VII C adalah 32 peserta didik dengan jumlah peserta didik perempuan sebanyak 20 peserta didik dan peserta didik lakilaki sebanyak 12 peserta didik. D. Definisi Operasional 1. Model Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan penyajian permasalahan nyata, kemudian peserta didik diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. PBL diawali dengan (1)orientasi mengenai permasalahan, (2)pengorganisasian untuk meneliti, (3)penginvestigasian mandiri ataupun kelompok, (4)pengembangan dan presentasi produk, serta (5)analisis dan evaluasi proses pengatasan masalah. 49
2. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak peserta didik untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan (pemecahan masalah). Aspek berpikir kritis meliputi: memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi. 3. Pecemaran Lingkungan Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam lingkungan yang menyebabkan kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. 4. Hakikat IPA IPA adalah proses ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah yang mengkaji seluruh alam semesta, meliputi objek gejala alam dan interaksinya. 5. Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah proses pemerolehan pengetahuan yang melibatkan penelitian (inkuiri) dan aktivitas berpikir untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. 50
E. Rancangan Penelitian Siklus Penelitian Tindakan Kelas Gambar 2. Siklus PTK Suharsimi Arikunto (2006:74) Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Turi melalui model PBL (Problem Based Learning). Penelitian ini akan berhenti apabila peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik sudah terjadi. Adapun rencana dalam penelitian ini adalah : Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peneliti membuat rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) dengan model PBL. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari guru mata 51
pelajaran IPA yang bersangkutan. RPP disusun sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. b. Peneliti membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD). c. Peneliti mempersiapkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah dan lembar analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik. d. Peneliti mempersiapkan soal pre test dan post test 1 untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. e. Peneliti melakukan validasi instrumen kepada dosen ahli. 2. Pelaksanaan Tahap ini merupakan penerapan rencana yang telah di lakukan sebelumnya secara sadar dan terkendali untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ditampilkan dalam bentuk catatan yang meliputi: hasil analisis kemampuan berpikir kritis peserta didik, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran di dalam kelas, dan pelaksanaan test evaluasi setiap tindakan. 3. Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan 6 orang observer yang meliputi peneliti dan 5 teman peneliti yang merupakan mahasiswa IPA UNY. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan aktivitas guru dan peserta didik. Peristiwa yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas dievaluasi dan masalah yang muncul digunakan sebagai bahan refleksi. 52
4. Refleksi Pada tahap ini hasil pengamatan dianalisis dan kemudian akan digunakan sebagai refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi digunakan dalam menentukan perbaikan pada siklus pembelajaran berikutnya dengan tujuan untuk melakukan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II memperhatikan refleksi dari siklus I. Perencanaan siklus II meliputi: a. Revisi RPP yang telah dibuat pada siklus I. b. Peneliti menyusun lembar angket. Angket berisi garis-garis pokok yang ditanyakan dengan maksud agar peserta didik mengungkapkan tanggapan terhadap proses PBL dalam pembelajaran IPA. c. Peneliti mempersiapkan LKPD. d. Peneliti mempersiapkan lembar analisis peserta didik yang digunakan sebagai catatan peneliti untuk menilai kemampuan berpikir kritis peserta didik. e. Peneliti mempersiapkan soal post test 2 untuk mengetahui hasil belajar peserta pada siklus ini. f. Peneliti melakukan validasi instrumen kepada dosen ahli. 2. Pelaksanaan Pada penelitian di siklus II ini menggunakan model pembelajaran PBL dengan revisi yang diperlukan dalam rangka perbaikan dari siklus sebelumnya. 53
3. Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan 6 orang observer yang meliputi peneliti dan 5 teman peneliti yang merupakan mahasiswa IPA UNY dengan mengamati tindakan dan kendala peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Peneliti merangkum hasil pengamatan, post test 2, yang dilakukan pada siklus II untuk memudahkan merefleksi tindakan. Lembar observasi yang digunakan sama seperti lembar observasi pada siklus I kemudian memberikan angket pada peserta didik. 4. Refleksi Refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus I dan siklus II apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir atau tidak. Jika belum terdapat peningkatan, maka siklus dapat diulang lagi. F. Instrumen Penelitian 1. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: a. Silabus Silabus yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu silabus kurikulum 2013 yang sudah ada. b. RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL). RPP digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti membuat 4 RPP untuk 4 pertemuan. 54
c. LKPD (lembar Kerja Peserta Didik) LKPD berupa lembar kegiatan yang diberikan kepada peserta didik sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran. LKPD disesuaikan dengan RPP yang digunakan. LKPD berfungsi sebagai petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. LKPD disusun berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis. LKPD ini dikembangkan berdasarkan KI dan KD yang beracuan model pembelajaran PBL. Pengerjaan LKPD dilakukan secara diskusi berkelompok untuk mengidentifikasi permasalahan hingga mencapai solusi atas permasalahan tersebut. LKPD ini digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan sekaligus dapat menilai kemampuan kognitif peserta didik. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model PBL Lembar observasi keterlaksanaan Model PBL ditujukan untuk melihat keterlaksanaan sintak-sintak dalam model PBL selama proses pembelajaran baik dari segi guru maupun dari segi peserta didik. Lembar observasi diisi oleh observer pada setiap pertemuan. Lembar observasi ini sebagai bukti bahwa baik guru maupun peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model PBL. Kisi-kisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan model PBL dapat dilihat pada Tabel 6. 55
Tabel 6. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model PBL No. Sintaks PBL Nomor Item Jumlah 1. Memberikan orientasi mengenai 1, 2, 3, 4 4 permasalahan pada peserta didik 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti 5, 6, 7 3 3. Membantu menginvestigasi 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 7 mandiri dan atau kelompok 4. Mengembangkan dan 15, 16, 17, 18, 19, 20 6 mempresentasikan produk 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah 21, 22 2 Penelitian ini menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yang diterapkan pada sampel kelas yang akan diteliti. Keterlaksanaan model pembelajaran tersebut dapat diketahui dari lembar observasi keterlaksanaan model. Obyek yang diobservasi meliputi kegiatan guru. Observasi keterlaksanaan dilakukan selama empat pertemuan. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan guru dan peserta didik dalam menjalankan langkahlangkah yang terdapat pada model pembelajaran PBL setiap pertemuan. b. Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Angket berisi tentang garis-garis pokok yang ditanyakan dengan maksud agar peserta didik mengungkapkan tanggapannya (respon) terhadap pembelajaran IPA dengan PBL. Angket ini memuat empat respon, yaitu minat, sikap, keterampilan, dan pemahaman. Angket ini menggunakan instrumen yang disusun peneliti dengan menggunakan empat kategori, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Prosedur penyusunan angket diawali dengan membuat kisi-kisi, penyusunan angket berdasar kisi-kisi yang 56
dikembangkan dengan kajian teoritis. Kisi-kisi angket respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan model PBL dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran dengan Model PBL No. Respon Nomor Item Jumlah 1. Minat 2, 3, 4, 19, 20 5 2. Sikap 5, 7, 8, 14, 18 5 3. Keterampilan 9, 11, 12, 16, 17 5 4. Pemahaman 1, 6, 10, 13, 15 5 c. Lembar Pre-Test dan Post-Test Tes merupakan metode pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pre test untuk mengukur bagaimana kemampuan berpikir kritis awal peserta didik, dan melakukan post test setelah diberikan tindakan. Soal pre test dan post test terdiri dari soal pilihan ganda pada masing-masing siklus yang berfungsi untuk mengetahui hasil belajar kognitif dan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Kisi-kisi soal pretest dan posttest dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Aspek & Ranah No. Indikator Berpikir Soal Kritis 1. Memberikan Penjelasan Sederhana Membuat rumusan masalah Menjawab pertanyaan 2. Membangun Keterampilan Jumlah Item Soal Nomor Butir Soal Posttest Posttest Pretest 1 2 C4 3 2, 3, 18 10 1, 14 C3 4 4, 5, 6, 7 1, 2 3, 4 57
Aspek & No. Indikator Berpikir Kritis Penggunaan Prosedur yang tepat Melaporkan hasil observasi 3. Menyimpulkan Membuat dugaan (hipotesis) Menarik Kesimpulan 4. Memberikan Penjelasan Lanjut Mendefinisikan istilah 5. Mengatur Strategi Merumuskan Solusi Jumlah Nomor Butir Soal Ranah Item Posttest Posttest Soal Pretest Soal 1 2 C4 3 8, 10, 22 4, 5 12 C4, C5 4 11, 12, 13, 14 C4, C5 4 1, 15, 16, 17 C4, C5 4 9, 19, 20, 21 C4 4 23, 24, 25, 26 C5 4 27, 28, 29, 30 7, 9 6,7 3, 11 10, 11 8, 14 5, 13 12, 13 2, 9 6, 15 8, 15 d. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Observasi yang dilanjutkan dengan analisis ini dilakukan untuk menghitung tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik pada tiap siklus pembelajaran. Selain itu analisis ini untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang dikehendaki oleh peneliti. Lembar observasi ini menggunakan instrumen berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis dan diisi oleh peneliti. Kisi-kisi lembar observasi kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 9. 58
Tabel 9. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis No. Aspek Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis Skor Maksimal 1. Memberikan Penjelasan Membuat rumusan masalah 4 Sederhana Menjawab pertanyaan 4 2. Membangun Keterampilan Penggunaan Prosedur yang 4 tepat Melaporkan hasil observasi 4 3. Menyimpulkan Membuat dugaan (hipotesis) 4 Menarik Kesimpulan 4 4. Memberikan Penjelasan Mendefinisikan istilah 4 Lanjut 5. Mengatur Strategi Merumuskan Solusi 4 G. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai suatu hal, baik berupa catatan harian dan foto. 2. Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi kemampuan berpikir kritis dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan model PBL. 3. Teknik Tes Teknik tes penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif yang disesuaikan dengan aspek dan indikator berpikir kritis peserta didik 59
yang berupa pre test dan post test. Teknik tes dilakukan dalam bentuk tes tertulis yang terdiri dari soal-soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. H. Validasi Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168), instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2011: 128). Validasi dilakukan untuk menunjukkan kemampuan instrumen penelitian dalam mengukur kemampuan yang hendak diukur menggunakan instrumen tersebut. Validasi yang dilakukan peneliti kepada validator yaitu pada perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, dan LKPD, lembar keterlaksanaan model PBL, lembar observasi kemampuan berpikir kritis, dan soal pre test dan post test. Validitas yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. 1. Validitas Isi Validitas isi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian item soal terhadap aspek yang ingin dicapai. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian perangkat pembelajaran; lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran sesuai dengan kisi-kisinya; lembar observasi kemampuan berpikir kritis dengan kisi-kisinya; serta soal-soal tes IPA yang sesuai dengan kisi-kisi tes kepada ahli yang bersangkutan. 60
2. Validitas Konstruk Menurut Sugiyono (201: 129), validitas konstruk dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan. Validitas konstruk dilakukan untuk keperluan pencocokan di antara isi alat ukur dengan sasaran ukur, biasanya isi sasaran ukur disusun dalam bentuk spesifikasi yang meliputi bahan atau materi dan tujuan hasil belajar. I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data observasi dalam kegiatan pembelajaran, angket peserta didik pada akhir penelitian, data analisis kemampuan berpikir kritis, data observasi keterlaksanaan model PBL, dan data pre test post test. 1. Analisis Data Angket Respon Peserta Didik dalam Pembelajaran Dari data angket diperoleh data mengenai respon peserta didik terhadap pembelajaran secara akurat. Angket respon peserta didik terhadap pembelajaran PBL dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membuat rekapitulasi hasil angket akhir peserta didik. b. Menghitung persentase jawaban peserta didik. c. Melakukan analisis data angket dan evaluasi diri dengan cara membandingkan minat, keterampilan, tingkat pemahaman, dan sikap peserta didik dalam pembelajaran. Pernyataan positif memiliki skor 4 untuk kategori sangat setuju (SS), skor 3 untuk setuju (S), skor 2 untuk tidak setuju (TS), dan skor 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Kemudian pernyataan negatif juga 61
memiliki skor 4 untuk kategori sangat tidak setuju (STS), skor 3 untuk tidak setuju (TS), skor 2 untuk setuju (S), dan skor 1 untuk sangat setuju (SS). d. Analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif. 2. Analisis Data Keterlaksanaan Model Problem Based Learning (PBL) Penilaian keterlaksanaan model dilakukan dengan meberikan skor 1 apabila langkah pembelajaran model terpenuhi dan skor 0 apabila langkah pembelajaran model tidak terpenuhi. Nilai yang diperoleh dianalisis menggunakan persamaan berikut ini. P = Keterangan: P= Nilai keterlaksanaan model dalam persentase F= Aspek langkah pembelajaran yang terlaksana N= Jumlah keterlaksanaan aspek langkah pembelajaran Menurut Widoyoko (2009: 242), kriteria interpretasi persentase keterlaksanaan model pembelajaran adalah sebagai berikut: 80% P 100% = Sangat baik 60% P 80% = Baik 40% P 60% = Sedang 20% P 40% = Kurang 0% P 20% = Sangat kurang 3. Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Data observasi kemampuan berpikir kritis terdiri dari 5 aspek berpikir kritis dan 8 indikator dengan rentang skor penilaian 1,2,3, dan 4. Setiap aspek berpikir kritis tersebut dianalisis secara deskriptif dengan persentase. 62
Sedangkan cara pemberian kategori atau kriteria pada tingkat penguasaan kecakapan ini adalah dengan menggunakan sistem 100. Menurut Ngalim Purwanto (1994:103), kriteria penilaian adalah sebagai berikut: 54 % = kurang sekali 55 59 % = kurang 60 75 % = cukup 76 85 % = baik 86 100 % = sangat baik Perhitungan presentase digunakan rumus sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 1994:103): Keterangan: NP = Nilai persentase yang diharapkan R SM = Skor mentah yang diperoleh = Skor maksimum Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Instrumen yang telah diisi dicari skor keseluruhannya, sehingga tiap siswa memiliki skor. Selanjutnya dicari rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas dan simpangan bakunya. Kategorisasi hasil pengukuran menggunakan distribusi normal, dan untuk skala Likert dengan ketentuan seperti Tabel 10. untuk sikap siswa. Tabel 10. Kategori sikap atau minat siswa (Djemari Mardapi, Prof. Ph.D., 2008: 122-123) No. Skor Siswa Kategori Sikap 1. X + 1SBx Sangat positif/ sangat tinggi 2. + 1SBx > X Tinggi/ positif 3. > X - 1SBx Negatif/ rendah 4. X < - 1SBx Sangat negatif/ sangat rendah 63
Keterangan: adalah rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas adalah simbangan baku skor keseluruhan siswa dalam satu kelas adalah skor yang dicapai siswa 4. Analisis Pre-Test dan Post-Test Data Pre-Test dan Post-Test dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menggunakan presentase. Menurut Ngalim Purwanto (1994:103), kriteria penilaian adalah sebagai berikut: 54 % = kurang sekali 55 59 % = kurang 60 75 % = cukup 76 85 % = baik 86 100 % = sangat baik Perhitungan nilai Pre-Test dan Post-Test digunakan rumus sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 1994:103): Keterangan: NP = Nilai persentase yang diharapkan R SM = Skor mentah yang diperoleh = Skor maksimum Data hasil Pre-Test dan Post-Test kemudian dirata-rata dan dilihat perbedaan rata-rata nilai Pre-Test dan Post-Test siklus I dan siklus II. Perbedaan yang signifikan terjadi apabila rerata Post-Test lebih besar daripada rerata Pre- Test. 64
Dari hasil penghitungan rata-rata uji tes dapat ditentukan gainskor uji tes untuk setiap siklusnya. Gain adalah selisih antara nilai Posttest dan Pretest. Gain menunjukkan peningkatan pemahaman peserta didik setelah pembelajaran yang dilakukan guru. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan persamaan berikut (Hake, 1999: 65): g (N-Gain) = Keterangan: g = Gain yang dinormalisasi S SM = Skor = Skor maksimum Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Hake, 1999: 65): a. Tinggi, apabila g 0,7 b. Sedang, apabila 0,7 > g 0,3 c. Rendah, apabila g < 0,3 J. Indikator Keberhasilan Suatu tindakan dikataka berhasil apabila sudah mencapai kriteria yang telah dicantumkan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) telah memenuhi langkah-langkah pembelajaran secara keseluruhan dengan persentase minimal 80% terlaksana dalam kategori baik. 65
2. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis dari keseluruhan peserta didik telah mencapai kategori baik yakni sebesar 76% pada setiap aspek berpikir kritis yang dinilai dari instrumen lembar observasi kemampuan berpikir kritis. 3. Respon baik secara keseluruhan dari peserta didik terhadap pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) yang dinilai dari instrumen angket respon. 66